(Minghui.org)
Sebuah artikel baru di Minghui melaporkan begini:
“Pengadilan
Tinggi Kriminal Argentina menyerahkan sebuah kasus kembali ke
Pengadilan Banding Kriminal Federal pada 17 April 2013, yang
meminta agar dibukanya kembali pengadilan terhadap para terdakwa
berikut ini: mantan presiden dan ketua Partai, Jiang Zemin, mantan
anggota Komite Tetap Partai, Luo Gan.
Keduanya
dituntut atas penganiayaan dan genosida terhadap praktisi Falun
Gong di China. Penuntut, Himpunan Falun Dafa Argentina (FDAA),
telah dua kali melakukan banding atas kasus ini. Kini kasusnya akan
dibuka kembali.
FDAA berharap bahwa pengadilan Argentina bisa menegakkan spirit
hukum dengan mengeluarkan surat penangkapan internasional bagi
Jiang dan Luo.”
(
http://en.minghui.org/html/articles/2013/6/3/140287.html)
Saya percaya bahwa keputusan
kasus ini akan memberikan momentum bagi banyak penuntutan terhadap
mantan kepala Partai Komunis China (PKC) Jiang di seluruh dunia,
dan akan memberikan motivasi kepada lebih banyak orang lagi untuk
mengadili Jiang dan kaki tangan utamanya, Luo Gan (mantan anggota
Komite Tetap Partai), Liu Jing (mantan Deputi Direktur Kantor 610
Pusat), dan Zhou Yongkang (mantan kepala Komite Politik dan Hukum).
Ini adalah para kepala kejahatan dalam penganiayaan terhadap Falun
Gong.
Kelompok Jiang-Luo-Liu-Zhou adalah Paling Jahat dan
Penjahat Genosida yang Pernah Dijumpai dalam Sejarah Umat
Manusia.
Karena iri hati terhadap popularitas Falun Gong, Jiang Zemin secara
sembunyi-sembunyi mendirikan Kantor 610 Pusat dan berbagai cabang
di seluruh China pada 10 Juni 1999, dengan menjadikan ratusan juta
praktisi yang mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar sebagai sasaran.
Untuk membenarkan penganiayaan yang tak berdasar ini, kelompok
Jiang-Luo-Liu-Zhou tanpa alasan memanipulasi berbagai aparatur
negara, dan menggunakannya untuk menganiaya Falun Gong.
Selain itu, praktisi mengalami lebih dari seratus macam metode
penyiksaan, dan membawa mereka ke rumah sakit jiwa dan pusat-pusat
pencucian otak, kelompok Jiang-Luo-Liu-Zhou juga mengejutkan dunia
dengan mengambil organ tubuh hidup-hidup dari para praktisi yang
masih hidup. Kejahatan yang belum pernah terjadi ini tidak pernah
ditemukan di planet ini, dan di luar bayangan dari orang normal
manapun.
Selama penganiayaan ini, kelompok Jiang-Luo-Liu-Zhou tidak hanya
mengganggu sejumlah warga China dengan mengintimidasi dan memaksa
mereka agar tetap diam, tetapi juga membahayakan masa depan China
sendiri. Karena harus memilih antara melindungi kepentingan pribadi
atau suara hati, banyak orang China dan pemerintah asing di seluruh
dunia yang secara enggan bersekongkol dengan tindakan kejahatan PKC
ini. Partisipasi yang pasif dari mereka dalam penganiayaan
dilakukan, baik secara langsung atau tidak langsung, ini merupakan
hal yang memalukan bagi mereka.
Kekejaman terhadap Falun Gong juga menyebabkan kemerosotan
moralitas dan hancurnya sistem hukum China. Seluruh negeri ini
dibelit oleh berbagai masalah sosial, dan China benar-benar dalam
krisis yang besar.
Penganiayaan praktisi Falun Gong yang sudah berlangsung lama dan
berskala besar selama 14 tahun ini juga telah menjadi beban besar
bagi China di komunitas internasional, seperti yang terlihat dengan
munculnya berbagai protes yang ditujukan pada para pemimpin PKC
saat mereka berkunjung ke luar negeri. Aksi protes yang menyambut
kunjungan kepala Partai Xi Jingping yang baru menjabat saat ke
Amerika Serikat adalah contohnya.
Jiang Zemin Digugat di 17 Negara -- Kebaikan Selalu Menang
Atas Kejahatan
Jiang Zemin telah digugat karena tindakan anti kemanusiaan,
genosida, dan penyiksaan di 17 negara dan berbagai kawasan, antara
lain Amerika Serikat, Kanada, Australia, Swiss, dan Belgia,
Spanyol, Jerman, Yunani, Hong Kong dan Taiwan.
Prinsip hukum manusia yang tidak pernah berubah yaitu kebaikan akan
selalu menang atas kejahatan. Meski akan ada beberapa yang jatuh
bangun dalam prosesnya, tetapi jika dilihat dari sejarah, maka
manusia memiliki harapan. Kasus Argentina yang menentang Jiang
Zemin dan Luo Gan dengan jelas memperlihatkan ini.
Minghui juga sama melaporkan ini:
“Pada 13
Desember 2005, FDAA melayangkan tuntutan terhadap Luo Gan, yang
kemudian ia menjadi Wakil Direktur Kantor 610, saat dia mengunjungi
Argentina. Dia dituntut karena menggunakan Kantor 610 untuk
menjalankan rencananya secara langsung dan menyebarkan penganiayaan
terhadap Falun Gong. Kasus ini diterima oleh Hakim Dr. Octavio
Araoz de Lamadrid, dari Pengadilan Kriminal Federal No. 9.
Pada Desember 2009, setelah empat tahun melakukan investigasi dan
mengumpulkan berbagai saksi dari banyak praktisi Falun Gong, Hakim
Lamadrid mengeluarkan surat penangkapan internasional yang meminta
Interpol menangkap sang tergugat yaitu Jiang dan Luo saat mereka
meninggalkan China, dan mengesktradisi mereka untuk pengadilan di
Argentina atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan. Sang Hakim
memasukkan Jiang ke dalam kasus Luo setelah dia menemukan bahwa
mantan presiden China ini telah mencetuskan penganiayaan terhadap
Falun Gong.
Duta Besar China di Argentina mengeluarkan surat resmi kepada
Menteri Luar Negeri Argentina; Pejabat Pengadilan Argentina, dan
berbagai menteri negara yang berbeda, meminta “agar dihentikan
semua kasus terkait dengan Falun Gong” segera setelah mereka
menerima pemberitahuan atas surat penangkapan terhadap Jiang dan
Luo ini. Mereka juga mengancam bahwa kasus itu seharusnya tidak
diproses, dan hal itu akan merusak hubungan bilateral antara China
dan Argentina.
Tidak lama kemudian, Hakim Lamadrid dipaksa untuk mengundurkan diri
dan pemerintah Argentina segera mengatur hakim lain untuk
mengantikan posisinya. Pada hari pertama hakim yang baru ditunjuk
itu mengambil ahli, dia segera menarik surat penangkapan
internasional terhadap Jiang dan Luo dan menutup kasus tersebut
karena kurangnya bukti.
FDAA melakukan banding kepada Pengadilan Banding Kriminal Federal,
pada Desember 2010 bahwa kasus ini mempraktekkan prinsip peradilan
universal, dan bukti yang cukup akan penganiayaan, yang diberikan
oleh penggugat, adalah cukup untuk diterima dan dipercayai.
Tetapi, pengadilan menolak kasus ini berdasarkan prisinp “non bis
in idem” [Jika Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah
memutuskan kasus itu maka tidak ada pengadilan yang bisa mencoba
untuk menangani kasus yang serupa].
Intinya, prinsip yang memegang dua masalah identik tidak dapat
diangkat secara indipenden terhadap terdakwa yang sama karena kasus
yang sama berdasarkan pelanggaran HAM terhadap pengikut Falun Gong
telah dibawa ke Spanyol, Pengadilan Banding yang menjalankan
prisinp ini.”
FDAA lalu melakukan banding
terhadap Pengadilan Tinggi Kriminal Argentina, dimana pada 7 April
2013, telah menolak keputusan Pengadilan Banding Kriminal Federal
yang menutup kasus ini dan meminta agar kasus ini dikembalikan ke
Pengadilan Kesembilan dari Pengadilan Kriminal Federal untuk
disidangkan kembali.
Kelompok Jiang-Luo-Liu-Zhou Menghadapi Masa Depan yang
Bahkan Lebih Suram dari Mantan Kepala Rejim Khmer
Merah
Pada 30 Mei 2013, Nuon Chea dan Khieu Samphan, dua mantan pemimpin
tinggi Rejim Khmer Merah, untuk pertama kalinya secara terbuka
meminta maaf kepada korban di sebuah pengadilan di Phnom Penh,
ibukota Kamboja. Mereka masih menjalani peradilan di Pengadilan
Internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kembali Februari 2009, pengadilan genosida PBB membuka sidang di
Phnom Penh dan mendakwa lima petinggi Rejim Khmer Merah era Pol Pot
dengan tuduhan kejahatan perang, anti kemanusiaan, penyiksaan, dan
pembunuhan. Mantan kepala Penjara S21 Kang Kek IEW mengakui bahwa
sebanyak 15.000 tahanan meninggal dunia akibat dianiaya selama masa
jabatannya pada tahun 1975 hingga 1979. Dia dijatuhi hukuman 35
tahun penjara pada tahun 2010 dan pengadilan menolak
bandingnya.
Dari tahun 1975 hingga 1978, Rejim Khmer Merah yang didukung oleh
PKC telah membunuh hampir dua juta orang di Kamboja, sebuah negara
dengan populasi kurang dari delapan juta orang. Para korban
termasuk 200.000 warga China yang tinggal di sana.
Takdir dari para pemimpin rejim Khmer Merah ini adalah sebuah tanda
ramalan bagi kelompok Jiang-Luo-Liu-Zhou. Buktinya, mereka
menghadapi masa depan yang makin suram karena mereka tidak hanya
membunuh banyak orang, juga berusaha memfitnah Fa Buddha dan
merusak moralitas China. Apa yang menunggu mereka tidak hanya
keadilan di dunia manusia, tetapi juga penderitaan yang tiada akhir
di neraka.
Chinese version click here
English
version click here