Delegasi China yang menemani Yu
meminta agar pemerintah Denmark melakukan apa yang perlu dilakukan
untuk membatasi atau menghentikan kemunculan Falun Gong dan
pengaruhnya selama kunjungan Yu.
Untuk itu, delegasi China menekan pejabat Denmark untuk membatalkan
semua ijin media yang ditujukan kepada The Epoch Times dan NTDTV,
dua perusahaan independen internasional China yang terkenal dengan
laporan berita mereka yang objektif.
Perusahaan-perusahaan media nasional mengutuk upaya PKC untuk
membatasi kebebasan berbicara di Denmark, dengan banyak anggota
parlemen mengekspresikan kemarahan.
Delegasi China Berusaha
Menghalangi Protes Damai Praktisi
Sejak melangkah keluar dari pesawat, Yu Zhengsheng bertemu dengan
protes damai ke mana pun ia pergi.
Pada tanggal 5 Juni, praktisi pergi ke Kedutaan Besar China di
Kopenhagen untuk memprotes 14 tahun penganiayaan Partai terhadap
Falun Gong dan meminta pemerintah dan warga Denmark untuk membantu
menghentikan pengambilan organ praktisi Falun Gong yang masih hidup
di China.
Praktisi kemudian mengklarifikasi fakta kepada orang yang lewat di
New King's Square dan membentangkan spanduk dalam bahasa Inggris
dan China. Orang-orang yang belum pernah mendengar tentang
penganiayaan terkejut dan menandatangani petisi mendukung Falun
Gong.
Ketika delegasi China melihat spanduk praktisi mengungkap kejahatan
rezim, mereka meminta pejabat Denmark untuk memerintahkan polisi
menghentikan protes.
Delegasi China Terpaku oleh Kaos Kuning
Praktisi
Pada tanggal 6 Juni, tiga praktisi yang mengenakan kaos kuning,
secara paksa didorong ke sebuah mobil polisi yang sudah menunggu
dan dibawa menjauh.
Wu, yang tidak mengenakan Kaos kuning, menanyai polisi yang berdiri
disampingnya, "Mengapa polisi memaksa para wanita itu masuk ke
dalam mobil dan kemudian membawanya pergi? Mereka hanya mengenakan
kaos kuning. Mereka bahkan tidak memegang spanduk!" Polisi itu
menjawab, "Delegasi China mengatakan bahwa mereka tidak ingin
melihat lagi kaos kuning selama sisa kunjungan mereka."
Wu berkata: "Jika saya adalah pemerintah Denmark, saya akan
memberitahu delegasi China:
'Denmark adalah negara demokrasi, dan dengan demikian, orang bisa
memakai apapun yang mereka inginkan di sini, kita tidak punya hak
untuk mencampuri.'" polisi berkata ia mempunyai pandangan yang
sama.
"Apakah Anda tahu mengapa tiga wanita tadi datang ke sini hari
ini?" Tanya Wu kepada petugas. "Mereka hanya ingin memberitahu
orang-orang tentang penganiayaan yang sedang berlangsung di China
dan meminta mereka untuk membantu menghentikan perbuatan rezim
China mengambil organ praktisi Falun Gong yang masih hidup.”
"Di China, jika Anda menulis surat kepada kerabat dan menyebutkan
fakta bahwa Falun Gong adalah baik dan bahwa penganiayaan adalah
salah, Anda akan dipenjara selama tiga tahun." Polisi itu mengerti
tetapi mengatakan bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Seorang reporter dari surat kabar Denmark Ekstra Bladet menanyai Li
[wanita] yang adalah seorang praktisi Falun Gong tentang situasi
yang terjadi tersebut. "Kami bertiga dengan damai berdiri di sana
mengenakan kaos kuning," jelasnya. "Sebagai warga negara Denmark,
kami memiliki hak untuk memberitahu pejabat China yang berkunjung
untuk segera menghentikan penganiayaan terhadap Falun Gong.
Beberapa pejabat mengatakan bahwa mereka berempati terhadap Falun
Gong tetapi mereka harus melaksanakan perintah yang diberikan
kepada mereka."
Media Mengutuk PKC Karena Melanggar Hak Kebebasan Berbicara
di Denmark
Departemen media Parlemen Denmark dan Keluarga Kerajaan telah
mengeluarkan izin resmi untuk koran The Epoch Times dan NTDTV,
memberikan izin meliput untuk menghadiri dua pertemuan antara
delegasi China dan pejabat Denmark. Namun, wartawan tersebut
kemudian diberitahu bahwa pemerintah Denmark "hanya mengizinkan
media pemerintah untuk meliput" pada dua pertemuan ini.
Sore itu, wartawan yang sama ditolak masuk ke Royal Palace, karena
apa yang disebut sebagai "perubahan rencana." Mereka diberitahu
bahwa hanya fotografer Kerajaan Denmark dan wartawan China yang
dipilih khusus yang diizinkan masuk Istana.
Perusahaan media besar di Denmark gempar atas perilaku PKC, dan
secara terbuka mengutuk mereka yang telah melanggar kebebasan
berbicara di negara mereka.
Pada tanggal 8 Juni, surat kabar Jyllands-Posten menerbitkan sebuah
artikel halaman penuh menegur pemerintah Denmark yamg telah tunduk
kepada PKC. Keterangan foto dalam artikel itu berbunyi: "Tokoh No.
4 China, Yu Zhengsheng bertemu dengan anggota parlemen Denmark.
Foto di atas diberikan oleh fotografer media resmi China karena
wartawan Denmark tidak diizinkan untuk mengambil foto apapun,
simpan foto Yu yang sedang berjalan menaiki tangga Parlemen."
Artikel itu mencatat bahwa menurut jadwal asli yang resmi, Yu dan
delegasinya akan bertemu dengan Ketua Parlemen Denmark pada pagi
hari tanggal 6 Juni. Ini merupakan sebuah kebiasaan umum di mana
semua wartawan media diperbolehkan untuk memotret peristiwa semacam
ini.
Jadi, pada tanggal 5 Juni, departemen media Parlemen Denmark, yang
bertanggung jawab untuk mengeluarkan izin media, telah mengirimkan
email kepada wartawan The Epoch Times menyatakan, "Surat permohonan
Anda untuk menghadiri pertemuan antara Yu dan Ketua Parlemen telah
disetujui."
Namun, sore itu, departemen media Parlemen Denmark menginformasikan
The Epoch Times bahwa mereka telah menarik izin mereka semula,
dengan menyatakan: "Atas permintaan delegasi China, hanya
fotografer resmi Denmark yang akan diizinkan untuk menghadiri acara
tersebut. Parlemen Denmark telah memilih untuk menerima permintaan
tersebut."
Menurut Jyllands-Posten, pejabat Denmark awalnya enggan menyetujui
permintaan delegasi China. Delegasi China menanggapi dengan
mengatakan, "Baiklah, jika demikian marilah kita mengadakan acara
tanpa media yang hadir!" Pada saat itu, Parlemen Denmark sepakat
untuk mengurangi jumlah wartawan pada acara tersebut dan
membatalkan izin media The Epoch Times dan NTDTV.
Setiap kali seorang pejabat asing mengunjungi Denmark adalah hal
yang biasa bagi pemerintah Denmark untuk mengundang semua media
datang ke Gedung Pertemuan Parlemen. Pejabat Denmark tidak bisa
menjelaskan secara rinci mengapa mereka mengubah kebijakan yang
sudah berjalan lama ini atas perintah seorang tamu pejabat
China.
Anggota Parlemen Mempertanyakan Menteri Luar Negeri
Denmark
Ketika seorang reporter Jyllands-Posten mempertanyakan Wakil
Menteri Komite Urusan Luar Negeri Denmark, Soren Espersen, tentang
kejadian kontroversial ini, menteri menjawab, "Ini benar-benar
tidak dapat diterima dan harus segera dihentikan! Hal ini tidak
pernah terdengar di Denmark.
"Jika PKC tidak menyukai demokrasi kita, maka mereka harusnya pergi
saja. Saya akan meminta Menteri Luar Negeri Villy Søvndal untuk
menjelaskan di depan Komite Urusan Luar Negeri Parlemen mengapa hal
ini dibiarkan terjadi, dan tentu saja, kami juga akan membahas
mengapa hal serupa terjadi selama kunjungan Presiden Hu Jintao
tahun lalu."
Ketika wartawan dari Ekstra Bladet mewawancarai Simpson, seorang
anggota Parlemen Partai Rakyat, dan Pernille Skipper, juru bicara
pengadilan Partai Koalisi Red-Green, Skipper mengatakan: "Hal-hal
ini terus terjadi lagi dan lagi, dengan semua media yang dianggap
berseberangan dilarang menghadiri peristiwa kenegaraan yang
dijadwalkan.
"Lagi dan lagi, polisi telah memaksa pengunjuk rasa agar bubar
hanya karena spanduk yang tidak salah. Skipper mengatakan bahwa ia
akan menanyai Bødskov apa yang sebenarnya terjadi, siapa yang
mengeluarkan perintah ini kepada polisi, apa arti kebebasan
berbicara dan kebebasan berkumpul di Denmark, dan mengapa polisi
membatasi orang-orang mengekspresikan pandangan mereka?”
Chinese version click here
English
version click here