(Minghui.org)
Zhou Yanbo pernah memiliki pekerjaan yang bagus dan keluarga yang
bahagia. Sebagai suster kepala dan salah satu anggota pertama dari
departemen operasi rumah sakit setempat, dia memperoleh banyak
penghargaan atas kontribusinya. Di rumah, dia hidup bahagia bersama
suami dan putranya.
Kehidupan bahagianya berakhir
ketika penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada tahun 1999.
Dia ditangkap sebanyak lima kali selama periode 1999 dan 2003,
beberapa kali disiksa hingga di ambang kematian. Dia dipecat dari
pekerjaan, dan suaminya mengabaikan dia untuk menghindari akibat
dari penganiayaan. Keluarganya membayar denda yang sangat besar
untuk pembebasannya.
Dia menjadi tuna wisma, pindah dari satu tempat ke tempat lain
bersama ibunya pada tahun 2003, untuk menghindari penangkapan lebih
lanjut, dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Ibunya meninggal
dunia pada tahun 2006.
Melihat kembali penderitaan yang dialaminya, Zhou mempertahankan
hati yang teguh, “Ini adalah keyakinanku pada Falun Gong,” katanya.
“Falun Gong memberi kekuatan kepada saya untuk melewati semua
ini.”
Ditangkap Dua Kali karena Mengajukan
Permohonan
Seperti banyak praktisi Falun Gong lainnya, Zhou pergi ke Beijing
setelah penganiayaan dimulai pada 20 Juli 1999, berharap untuk
mengklarifikasi fakta tentang latihan Falun Gong kepada rezim
penguasa. Dia ditangkap dua kali karena permohonannya.
Tidak lama setelah ditangkap untuk kedua kalinya pada Oktober 2000,
dia dibawa ke Pusat Rehabilitasi Kecanduan Obat-obatan Dalian. Di
sana, dia diinterogasi dan dilarang tidur selama lima hari, dan
para penjaga memukul serta menyiksanya. Mereka menyetrumnya dengan
tongkat listrik, berusaha memaksanya melepas kepercayaannya.
Zhou dipindahkan ke Pusat Penahanan Dalian pada tanggal 11 November
2000. Dia ditahan di ruangan kecil bersama 16 tahanan lain, selama
masa ini, dia kehilangan berat badan sebesar 10 kg dalam 51 hari
dalam melakukan kerja berat.
Dihukum Dua Tahun di Kamp Kerja Paksa Masanjia yang
Terkenal Jahat
Zhou dihukum dua tahun penjara, tanpa proses apapun pada tanggal 21
Desember 2000. Dia dibawa ke Kamp Kerja Paksa Masanjia Cabang No.
2, di mana lebih dari 1.000 wanita ditahan di sana.
Tiga puluh orang dipaksa masuk ke dalam ruangan seluas 30 meter
persegi, di mana masing-masing ranjang ditempati oleh empat orang.
Para praktisi yang ditahan di Masanjia menderita masalah malnutrisi
(kekurangan gizi).
Siksaan sesungguhnya ada di sini untuk Zhou, bagaimanapun juga,
cuci otak yang tiada akhir dan taktik para penjaga yang selalu
berubah dalam usaha untuk merubahnya.
Dia diawasi oleh tahanan lain yang ditugaskan sepanjang waktu.
Mereka mencatat semua yang dia lakukan, dan sering menggeledah
barang-barang miliknya.
Peragaan penyiksaan:
Pemukulan
Karena dia menolak untuk
melepaskan latihan Falun Gong, para penjaga memukul dan memaksanya
berdiri, juga berjongkok untuk waktu yang lama, kadang-kadang
selama berhari-hari.
Keluarganya tidak diberi tahu perihal keberadaannya mau
penangkapannya. Ketika akhirnya keluarga dia mengetahui keadaannya,
suami dan putranya pergi dari Dalian ke Shenyang untuk
mengunjunginya pada 5 Januari 2001. Mereka kecewa karena tidak
diijinkan untuk menemui Zhou.
Dipindahkan Diantara Tiga Kamp Kerja Paksa
Untuk menambah sumber dari kamp kerja paksa lain dalam usaha untuk
merubah praktisi Falun Gong, para penjaga di Masanjia mulai
mengirim para praktisi ke fasilitas-fasilitas lainnya.
Dua praktisi laki-laki dan sepuluh praktisi perempuan, termasuk
Zhou,dibawa ke Kamp Kerja Paksa Zhangshi, kamp kerja paksa untuk
laki-laki, pada tanggal 19 April 2001.
Di sana, praktisi wanita ditahan di satu ruangan. Zhou juga dipaksa
duduk di tanah selama enam hari tanpa tidur, dan dia menjalani cuci
otak secara ekstensif. Dia sering mendengar jeritan dan teriakan
dari ruangan lain, dan kemudian mengetahui bahwa Yin Liping, 33
tahun, telah diperkosa oleh empat orang. Seorang praktisi wanita
lain, Qu, hilang. Sebelum peristiwa ini, lebih dari 200 praktisi
telah “dirubah” di Kamp Kerja Paksa Zhangshi.
Zhou dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Shenxin tiga minggu kemudian,
di mana dia menjalani banyak sesi cuci otak yang intens.
Ketika dipaksa menonton video yang menghujat Falun Gong pada suatu
hari, dengan kondisi fisik yang lemah, Zhou berdiri dan berjalan
sempoyongan menuju TV, lalu mencabut kabelnya. Sekelompok penjaga
segera masuk ke dalam ruangan dan menyeretnya ke sel isolasi.
Para penjaga memukul dan menggantungnya dengan borgol terpasang di
pergelangan tangannya. Empat penjaga berdiri di sekitarnya,
mengejek dan menertawakannya, “Dia terlihat sangat nyaman.”
Peragaan penyiksaan: Digantung
dengan tangan terborgol
Menahan rasa sakit yang luar
biasa, setiap menit sangatlah menyiksa bagi Zhou. “Pada saat itu,
saya teringat ibu, suami, anak, teman-teman, dan rekan-rekan
saya... saya sangat merindukan mereka,” dia mengenangnya
kembali.
Zhou tetap berada di ruang isolasi selama tiga hari sebelum dibawa
ke lokasi ketiga, Penjara Dabei.
Penjaga di sana mengikatnya pada ranjang dalam posisi elang
membentang. Dia mulai melakukan mogok makan untuk memprotes
penganiayaan, tapi penjaga di sana mencekok dia. Selama dicekok
paksa, segumpal rambutnya tercabut keluar dan dia muntah
darah.
Peragaan penyiksaan: Diikat pada
ranjang
Seorang suster membawakan susu
untuk Zhou sehari setelah dia dicekok paksa. Dia berkata pada Zhou
bahwa dia merasa sedih melihat keadaannya yang sangat memilukan,
dan dia menangis sepanjang malam.
Ilustrasi penyiksaan: Cekok
paksa
Karena terus-menerus melakukan
mogok makan, Zhou menjadi kekurangan nutrisi sangat parah. Dia
mengalami demam, dan seorang dokter menyatakan bahwa dia mengalami
gagal jantung dan ginjal.
Pihak berwenang akhirnya memutuskan untuk membebaskannya pada
tanggal 10 Agustus 2001. Seorang tahanan membawanya keluar dari
rumah sakit bawah tanah penjara, meskipun saat itu musim panas,
kakinya terluka karena dingin yang luar biasa.
Sepuluh bulan terasa seperti sepuluh tahun baginya. “Kebebasan
diperoleh hampir merengut nyawa saya,” kata Zhou.
Dia kemudian mengetahui bahwa pejabat telah memeras 3.000 yuan dari
suaminya sebelum pembebasannya.
Dipecat dari Pekerjaan
Zhou pulih dengan cepat setelah melakukan latihan Falun Gong
lagi.
Dia kemudian kembali ke rumah sakit tempat sebelumnya dia bekerja
sebagai suster senior dan meminta dia dipekerjakan kembali, namun
kepala rumah sakit memaksa dia menulis pernyataan untuk melepaskan
Falun Gong sebelum dia bisa kembali bekerja.
Ketika Zhou menolak, kepala rumah sakit memecatnya
Ditangkap untuk Ketiga Kalinya -- Diikat pada Kursi
Harimau
Zhou segera menyebarkan materi yang mengekspos penganiayaan. Namun
demikian, dia dilaporkan kepada polisi dan ditangkap lagi pada 31
Oktober 2001. Begitu berada di penahanan, seorang petugas polisi
memukul kepalanya dan mengikatnya ke alat penyiksa kursi harimau
sepanjang malam.
Ilustrasi penyiksaan: Kursi
harimau
Dia dibawa ke Pusat Penahanan
Distrik Jinzhou pada hari berikutnya, di mana dia melakukan mogok
makan lagi. Karena ini, dia dipukuli dan dicekok paksa. Sebelas
hari kemudian, pada tanggal 11 November 2001, dia dibebaskan.
Dijepit dan Dikunci pada Lantai
Ketika meengunjungi seorang teman praktisi di Tieling, Liaoning,
pada 8 Oktober 2002, Zhou dan temannya ditangkap pada tengah
malam.
Zhou dibawa ke Pusat Penahanan Tieling keesokan harinya, di mana
penjaga mengikatnya ke lantai dalam posisi elang membentang, selama
sebulan. Saat itu suhu udara di luar adalah 30 derajat Celcius (-22
Fahrenheit), jadi penjaga membuka jendela untuk membekukannya.
Sementara dia dalam kedinginan, para penjaga memerintahkan beberapa
tahanan menginjak dirinya untuk menahan dia di lantai.
Bulan berikutnya, para penjaga mengikatkan kaki ke lehernya, dan
menguncinya dalam posisi seperti ini di lantai. Karena sirkulasi
darahnya tersumbat, dia tidak bisa merasakan kaki kanannya selama
enam bulan.
Doktor di tempat penahanan, Qian Dapeng, mencekok paksa padanya
dengan larutan garam yang sangat pekat. Ketika Zhou terikat pada
lantai, Qian terus-menerus mencekoknya dengan menggunakan selang
yang dimasukkan melalui hidungnya selama sebulan. Sampai dia
mengalami pendarahan perut barulah selang itu dilepaskan.
Selama periode ini, para penjaga mengirim Zhou ke Kamp Kerja Paksa
Masanjia sebanyak tiga kali untuk meningkatkan penganiayaan. Namun
demikian, karena dia gagal melewati tes kesehatan sebanyak tiga
kali itu, Masanjia menolak untuk menerimanya.
Dia pernah mengalami gejala gagal jantung dan ginjal, berada di
ambang kematian. Pusat penahanan melepaskannya pada tanggal 9
Desember 2002, setelah memeras 4.000 yuan dari suaminya.
Hampir Meninggal Setelah 20 Hari Kelaparan
Zhou tinggal bersama saudaranya setelah dia dibebaskan. Sebelum
pulih sepenuhnya, dia ditangkap untuk kelima kalinya pada 11
Januari 2003.
Dia tidak diberi makan dan minum selama 20 hari di Pusat Penahanan
Dalian, selama itu tubuhnya menjadi kaku, kurus, dan dingin. Dia
tidak memiliki tenaga bahkan untuk bergerak sekalipun. Pada tanggal
30 Januari, setelah ditahan selama 20 hari, dia dilepaskan pada
malam Tahun Baru Imlek. Polisi memeras 1.000 yuan dari
keluarganya.
“Di mana Rumah Saya?”
Zhou dibawa pulang ke rumah saudaranya. Ibu, adik, dan
saudara-saudaranya yang lain semua berada di sana, dan walaupun
saat itu adalah Tahun Baru, tidak ada suasana kegembiraan.
“Ketika memasuki pintu, saya merasakan udara menjadi dingin,” kata
Zhou. “Mereka semua terlihat sangat serius. Saya dibebaskan
bukanlah hal yang menyenangkan bagi kami semua. Mungkin karena ada
ancaman dan tekanan berat dari polisi.”
“Setiap kali saya dibebaskan, saudari dan saudara saya harus
membayar sejumlah besar uang kepada polisi. Mereka semua hidup
dengan anggaran yang ketat, dan denda tersebut membuat hidup mereka
semakin berat. Uang 13.000 yuan selanjutnya menjadi beban yang
sangat berat bagi saya sementara saya berpindah-pindah tanpa
mempunyai pekerjaan.”
Rumah tidak menjadi tempat yang aman bagi Zhou. Polisi sering
mengganggunya, dan bahkan jika dia tinggal di rumah keluarga yang
lain, polisi dengan cepat menemukannya, dan akan sering menelepon
dan juga berkunjung. Polisi berkata bahwa jika dia sudah pulih,
mereka akan mengirimnya kembali ke tempat penahanan sehingga
dia bisa menyelesaikan “hukumannya.”
“Ini menjadi perjuangan saya, tapi saya harus melarikan diri,” kata
Zhou. “Saya tidak bisa menelepon putra ataupun suami saya. Bahkan
membuat saya sangat sedih setelah mendengar kabar bahwa putra saya
mengalami diskriminasi di sekolah karena saya adalah praktisi Falun
Gong.”
Pada hari-hari di mana dia jauh dari rumah, polisi membuat
panggilan telepon secara rutin kepada suaminya dan juga
mengganggunya di tempat kerja. Suaminya hidup dalam ketakutan
setiap hari, dan rasa takut itu melampaui kemampuannya untuk
manahan. Akhirnya, pada suatu malam, Zhou diam-diam pulang untuk
menemui keluarganya, suaminya berkata bahwa dia ingin
menceraikannya.
Perceraian itu sangat sulit buat Zhou, dan setelah bertahun-tahun
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain bersama ibunya
untuk menghindari gangguan lebih lanjut, ibunya meninggal dunia
pada Februari 2006.
“Masih menjadi tunawisma dan berusia 50-an, saya terus-menerus
bertanya pada diri sendiri, ‘Mengapa harus menjalani semua
penderitaan ini?’” kata Zhou.
“Saya menyukai pekerjaan saya, saya senang bersama suami dan putra
saya. Saya bisa dengan mudah pulang ke rumah dan kembali ke
kehidupan normal kapan saja jika saya mau menulis surat pernyataan
melepaskan Falun Gong. Tapi saya tidak bisa melakukannya sekarang.
Ini adalah pilihan yang telah saya buat dengan keyakinan dan hati
nurani saya.”
Chinese version click here
English
version click here