(Minghui.org)
Saya seorang praktisi Falun Dafa veteran yang memulai kultivasi
pada tahun 1997. Suatu pagi di musim dingin tahun 2009, saya
terbangun dan mengalami kesulitan menelan. Pada malam hari, saya
hampir tidak bisa makan atau minum karena leher dan tenggorokan
bengkak. Rasa sakitnya tak tertahankan.
Keesokan harinya, saya perlu
mengantarkan materi informasi tentang Falun Dafa ke dua desa. Tidak
peduli seberapa banyak rasa sakitnya, saya harus pergi! Saya
meminta seorang rekan praktisi untuk pergi dengan saya.
Perjalanannya sekitar 10 mil, dan kami jalan pada jam 9 malam dan
kembali pada jam 3 pagi berikutnya. Saya harus beristirahat setiap
mil karena rasa sakit yang hebat dan saya terus berkeringat selama
enam jam. Namun, saya merasa senang bahwa saya masih mampu
melaksanakan misi saya sebagai seorang praktisi Dafa.
Leher saya membengkak besar dan terus membesar, dan saya tidak bisa
menelan air, apalagi makan. Meskipun sakit luar biasa, saya
bertahan dalam belajar Fa dan latihan untuk menyingkirkan
penganiayaan oleh kekuatan lama. Pada hari ketujuh, seorang rekan
praktisi datang bertanya kepada saya apakah saya akan pergi ke
konferensi Fa tingkat kabupaten. Saya tidak bisa berbicara, jadi
saya menulis di selembar kertas, "Ya!" Kata saya dalam hati: "saya
harus pergi ke konferensi Fa, tapi saya tidak boleh membiarkan
rekan-rekan praktisi melihat keadaan saya saat ini!" Saya belajar
Fa dan memancarkan pikiran lurus tanpa henti.
Pada hari kedelapan, leher saya masih bengkak dan saya tidak bisa
menelan apa pun. Saya ingat Guru mengajarkan kita:
“Hidup dan
mati bukanlah kata bualan, Dapat atau tidak melihat wujud
sebenarnya (“Hati Mengerti Sendiri”, Petunjuk Penting Untuk Gigih
Maju II)
Saya berlutut di depan foto Guru
dan berkata: "Guru, murid Anda tidak melakukannya dengan baik dan
telah dimanfaatkan oleh kekuatan lama, saya minta maaf telah
mengecewakan Anda."
Saya pikir saya harus meminum air. Setelah saya pikir semua itu
hanyalah air, jadi bagaimana bisa menyakiti saya? Saya mengambil
cangkir dan meneguk besar, tapi saya muntah. Saya tidak menyerah.
Saya mengambil gelas itu dan mulai minum satu, dua ... lima teguk,
dan setelah setiap tegukan, tubuh saya akan terhuyung-huyung
mundur, keringat bercucuran karena rasa sakit. Saya mendorong
kepala ke atas kasur dan mencoba mengatur napas. Tiba-tiba saya
memuntahkan potongan besar dahak kental berwarna kuning, dan
kemudian semakin banyak uang keluar. Saya memuntahkan setengah
ember dahak kental. Kemudian leher saya kembali ke ukuran normal,
dan rasa sakit menghilang. Saat itu saya tahu saya telah mengatasi
kesengsaraan saya, dan saya mulai menangis dan merasa sangat
berterima kasih atas belas kasih Guru yang tak terbatas.
Pagi selanjutnya setelah memancarkan pikiran lurus pada jam 6, saya
pergi ke konferensi Fa.
Chinese version click here
English
version click here