Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Tingkat Keyakinan

24 Juni 2014 |   Oleh praktisi Falun Dafa


(Minghui.org) Banyak orang memiliki ketertarikan, minat dan hobi. Beberapa kesukaan dapat menjadi sebuah jalan hidup, karena mereka telah menjadi semacam sistem kepercayaan. Tapi hanya melalui ujian, kita baru bisa benar-benar tahu bagaimana tingkat keteguhan dari keyakinan kita.

Mari kita menganalisis beberapa contoh ketertarikan versus keyakinan sejati.

Ketertarikan Shegong Terhadap Naga

Pada abad ketiga SM di Tiongkok, di zaman yang disebut Periode Musim Semi dan Musim Gugur, ada daerah bernama "She" di kerajaan Chu. Hakim dari daerah ini adalah Shen Zhuliang dan orang-orang memanggilnya Shegong (Bangsawan She).

Shegong memiliki ketertarikan terhadap naga. Ikat pinggangnya dihiasi dengan pola naga, gelas anggurnya berisi ukiran naga, dan rumahnya dihiasi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan naga.

Seekor naga asli mendengar tentang ketertarikan Shegong dan memutuskan untuk mengunjunginya. Sang Naga turun dari langit. Kepalanya melongok ke jendela kamar Shegong di lantai dua dan ekornya masuk ke dalam aula. Ketika Shegong melihat naga yang asli, ia sangat takut hingga wajahnya pucat pasi dan ia langsung lari bersembunyi.

Shegong senantiasa membahas tentang naga, menggambar naga dan mengukirnya. Tapi dalam hati, ia hanya menyukai simbol naga yang cocok dengannya, tapi bukan naga sungguhan! Karena hal ini, ketika naga asli mendatanginya, dia ketakutan.

Beberapa orang berkultivasi seolah-olah itu adalah hobi mereka, seperti halnya Shegong dan ketertarikannya terhadap naga. Mereka suka membaca kitab suci dan antusias berlatih. Tapi mereka hanya ingin latihan kultivasi yang dapat meningkatkan kesehatan mereka, memperpanjang umur mereka, dan memberi mereka kebahagiaan tanpa satu pun penderitaan.

Ketika realitas tidak sesuai dengan harapan mereka, atau ketika konflik dan konfrontasi muncul, terutama bila ada kesengsaraan, mereka menjadi takut dan mulai meragukan kultivasi. Mereka sering berkata kepada orang lain bahwa mereka adalah praktisi, tetapi mereka bukanlah praktisi sejati karena mereka memperlakukan kultivasi sebagai semacam hobi.

Mentalitas Yudas yang Mengejar Sesuatu

Yudas adalah salah satu dari dua belas murid Yesus Kristus. Dia mengikuti Yesus karena ia menyaksikan Yesus telah menggunakan kemampuan supranatural untuk menyembuhkan penyakit, mengusir setan yang merasuk dan membuat orang mati hidup kembali.

Yudas diberi tanggung jawab mengelola uang untuk membayar biaya hidup sehari-hari bagi Yesus dan para muridnya, mengurus biaya perjalanan dan membantu orang miskin. Dia telah mendengar khotbah Yesus setiap hari dan telah menyaksikan hidup Yesus yang tanpa mementingkan diri sendiri, tapi dia tidak pernah membuang keserakahannya sendiri.

Dia sering menyimpan sebagian kecil dari uang yang ia kelola, yang ia anggap sebagai "honornya." Dia pikir itu sangatlah wajar. Tapi di mata Tuhan, ia adalah seorang pencuri. Murid-murid yang lain percaya bahwa Yudas adalah asisten penting bagi Yesus, dan dia juga bangga pada dirinya sendiri dan sering memamerkan kemampuannya.

Meskipun Yudas telah lama menjadi pengikut Yesus, ia tidak pernah membuang sifat serakah dari dirinya dan tetap memelihara mentalitas bersaing. Tujuannya menjadi pengikut Yesus adalah untuk mendapat semua manfaat dari mengikuti orang yang kuat dan untuk menonjolkan dirinya. Setiap kali uang melewati tangannya, itu adalah sebuah ujian bagi dirinya, yang selalu gagal ia lewati.

Sebagai praktisi Falun Dafa, kita harus bertanya pada diri sendiri: Mengapa kita bisa marah satu sama lain atau mengeluh akan ketidakadilan yang menimpa diri kita? Apa yang kita kejar dan persaingkan? Kultivasi mensyaratkan praktisi untuk melepas keinginan akan ketenaran, kepentingan pribadi dan nafsu birahi. Jika seseorang tidak punya tekad untuk melepas keinginan, apakah dia masih tergolong seorang praktisi?

Keyakinan Ayub terhadap Tuhan

Dalam Kitab Perjanjian Lama, ada cerita tentang Ayub. Ayub adalah orang yang penuh berkah yang hidup dengan lurus. Iblis meragukan keyakinan Ayub terhadap Tuhan dengan menyatakan bahwa Ayub melayani Tuhan hanya karena Tuhan telah memberkatinya dengan kekayaan dan banyak anak.

Tuhan mengijinkan Iblis untuk menguji karakter Ayub dengan mengambil kekayaan, anak-anak, dan kesehatan Ayub (tapi tidak nyawanya). Meskipun menghadapi keadaan sulit, Ayub tidak mengutuk Tuhan.

Sangat mudah untuk memiliki keyakinan kepada Pencipta ketika dalam keadaan sejahtera dan bahagia, tetapi sulit untuk tetap teguh ketika kita telah kehilangan segalanya atau menderita. Keyakinan sejati adalah tanpa syarat, tanpa mempedulikan mendapatkan banyak berkah atau tanpa berkah sekalipun. Seorang praktisi sejati akan menunjukkan keteguhan saat menghadapi penderitaan.

Tingkat Keyakinan

Lao Zi menyebutkan tentang orang-orang yang berkultivasi Dao:.. "Orang berkebijakan tinggi mendengar Tao, dengan rajin akan menjalaninya. Orang berkebijakan menengah mendengar Tao, seolah-olah boleh menjalani, boleh tidak. Orang berkebijakan rendah mendengar Tao, akan menertawakannya dengan keras, jika tidak ditertawakan maka itu bukan merupakan Tao." (Ceramah 9, Zhuan Falun)

Adapun untuk praktisi, saya pikir ada tiga tingkatan juga.

Tingkat pertama (terendah) terdiri dari orang-orang yang berkultivasi pada tingkat “ucapan di bibir.” Mereka mungkin praktisi baru yang bersemangat ingin mencoba kultivasi, dan memuji Sang Buddha di mulut sepanjang waktu. Tapi mereka biasanya tidak membaca ceramah dan menjadi takut dan ragu-ragu ketika karma penyakit pertama kali muncul.

Tingkat kedua terdiri dari orang-orang yang hanya setengah hati percaya pada Fa. Beberapa dari mereka memasuki pintu kultivasi untuk mencari perlindungan dari kesengsaraan, atau keinginan memperoleh manfaat setelah melihat orang lain yang telah memperoleh manfaat. Setengah dari hati mereka adalah sifat kebuddhaan, dan setengah lainnya masih penuh dengan konsep manusia. Mereka ingin mencapai kesempurnaan, tetapi tidak mau kehilangan benda-benda manusia. Mereka terlihat beramal tapi diam-diam ingin memperoleh balasan lebih dari yang mereka berikan.

Tingkat ketiga terdiri dari orang-orang yang meyakini dengan sepenuh jiwa mereka. Keyakinan mereka merasuk dalam tulang, dan mereka terus-menerus meningkatkan tingkat mereka, menjadi satu dengan keyakinan mereka. Tidak ada sesuatu pun yang tidak bisa mereka lepaskan. Tidak ada sesuatu pun yang bisa menggoyahkan mereka dari kepercayaan mereka. Mereka hidup sesuai dengan kepercayaan mereka, bersedia untuk membuktikan keyakinan mereka melalui pengorbanan yang luar biasa.

Di Luar Lingkup Perolehan Pribadi

Selama berabad-abad, orang telah menyembah Sang Buddha untuk pergi ke Dunia Sang Buddha, atau menyembah Yesus Kristus untuk pergi ke Surga.

Sejumlah orang berpikir bahwa mereka bisa mendapat kekayaan dengan memiliki keyakinan kepada Buddha. Beberapa orang berpikir mereka dapat diberkati dan dilindungi dengan menyembah Tuhan. Pada akhirnya, pendekatan ini tidak bisa disebut keyakinan. Memulai jalur kultivasi dengan pikiran-pikiran semacam ini dapat ditoleransi, tapi seiring waktu kita harus meluruskan diri kita secara fundamental dan menyingkirkan semua hal yang egois. Tujuan keyakinan yang sejati, murni, bukan lah untuk keuntungan diri pribadi.

Berkeyakinan sejati adalah untuk berasimilasi dengan karakter alam semesta, menjadi kehidupan yang baik dalam alam semesta dan melindungi alam semesta.

Guru mengatakan,

“Xiulian itu tanpa syarat apa pun, bila ingin Xiulian, Xiulian-lah.” (Ceramah 1, Zhuan Falun)

“Apa yang disebut Buddha? Tathagata artinya berjalan diatas kebenaran, datang sesuai dengan yang diinginkan, demikian sebuah sebutan oleh orang awam, sedang Buddha yang sejati Dia adalah pelindung alam semesta, Dia akan bertanggung jawab atas faktor positif dalam alam semesta.” (“Dao Hang, Ceramah Fa di Amerika Bagian Barat”)

Keyakinan sejati tidak mementingkan diri sendiri, untuk kepentingan orang lain, sebuah tanggung jawab, dan sebuah kewajiban.

Saya menyaksikan bahwa beberapa praktisi hanya bisa percaya sedikit lebih, setelah mereka mendapatkan sedikit lebih. Keyakinan seperti ini tidak akan mampu bertahan dalam ujian. Guru menyebutkan hal ini dalam "Berkultivasi Demi Siapa" (Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju I)

“Tekanan apa pun, bukankah itu merupakan ujian apakah anda secara dasar dapat bersikap teguh terhadap Fa-Buddha? Jika secara dasar masih tidak teguh terhadap Fa, maka apapun tidak perlu dibicarakan lagi.”

Beberapa praktisi tampak gigih melakukan latihan dan belajar Fa. Tapi ketika karma penyakit muncul, mereka tidak bisa mengatasinya dan mulai panik. Sebenarnya, jawabannya adalah cukup sederhana. Hal ini untuk menguji integritas keyakinan kita, apakah kita kukuh dalam Fa atau hanya mengejar kesehatan dan kekayaan.

Pemahaman saya adalah bahwa keyakinan memiliki tingkat yang berbeda-beda. Kita tidak perlu mondar-mandir di satu tingkat terlalu lama. Kita harus meningkat dan melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi untuk menjadi lebih dekat dengan dewa dan menjadi dewa.

Dengan pertanyaan berikut, mari kita bertanya pada diri sendiri: "Bisakah kita tetap teguh dalam Fa, tidak peduli apakah kita sehat atau sakit, kaya atau miskin?"

Chinese version click here
English version click here