Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Penganiayaan Wang Guijin Dari Kota Muling, Provinsi Heilongjiang

28 Juni 2014

(Minghui.org) Wang Guijin, seorang praktisi Falun Gong, dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada Bulan Mei 2002 dan disiksa secara brutal. Istri dan anaknya yang berusia tiga tahun telah sering dipaksa pindah untuk menghindari penganiayaan dan masih bahkan sampai hari ini, hidup dalam ketakutan. Anaknya bertanya baru-baru ini, "Papa, kapan kita akan tenang dan tidak perlu bersembunyi dari polisi? Kapan polisi akan berhenti mendatangi kita?"

Berikut ini adalah cerita Wang atas apa yang telah dialaminya.

Nama saya adalah Wang Guijin. Saya berusia 38 tahun dan tinggal di Kota Muling, Provinsi Heilongjiang. Saya dituduh "Mengacaukan hukum dengan menggunakan aliran sesat" dan dimasukkan ke dalam penjara sejak tanggal 7 Mei 2002 sampai tanggal 7 Mei 2007.

Saya mulai berlatih Falun Gong dengan istri saya pada Bulan November 1997. Sebelumnya, saya tidak menyukai segala bentuk Qigong. Namun, ketika saya menyaksikan anggota keluarga istri saya menjadi sehat setelah berlatih Falun Gong, saya dan istri saya memutuskan untuk mencobanya. Istri saya menderita TBC yang parah, paru-paru kanannya rusak, membutuhkan obat setiap hari melalui infus. Setelah berlatih Falun Gong, paru-parunya sembuh dan TBC-nya lenyap.

Baru saja keluarga saya  menikmati kebahagiaan yang diberikan Falun Gong kepada kami, Partai Komunis Tiongkok (PKT) memulai penganiayaan pada Bulan Juli 1999. Istri saya dan saya pergi ke Beijing dua kali untuk mengajukan permohonan bagi Falun Gong. Pada Bulan Juli 2000, kami pergi untuk kedua kalinya, membawa anak kami yang berusia tujuh bulan dengan kami. Kami membentangkan spanduk dengan kata-kata, "Falun Dafa baik!" di Lapangan Tiananmen dan berteriak, "Falun Dafa baik! Sejati-Baik-Sabar baik! Kembalikan reputasi Falun Dafa! Kembalikan reputasi Guru!" Kami dibawa ke Kantor Polisi Qianman dekat Lapangan Tiananmen dan dikirim pulang malam itu.

Untuk menghindari pelecehan polisi setempat setelah kami kembali ke rumah, kami pindah ke Kota Mudanjiang. Pada akhir tahun 2001, kami kembali ke Kota Muling.

1. Ditangkap dan Menjadi Sasaran Interogasi Paksa

Saya ditangkap pada sore hari, tanggal 7 Mei 2002 oleh beberapa petugas dari Kota Mudanjiang dan Kantor Polisi no. 2 di Kota Muling. Saya diborgol dan dibawa ke mobil polisi. Mereka mengambil telepon genggam saya, printer, dan beberapa booklet klarifikasi fakta. Saya dibawa ke Departemen Kepolisian Distrik Yangming di Kota Mudanjiang malam itu.

Saya diborgol ke kursi yang terbuat dari batang-batang baja dan dipaksa untuk duduk langsung di jeruji tanpa bantal. Ada ring logam pada kaki dan pegangan kursi. Setelah tertahan di kursi, seseorang tidak akan bisa bergerak, tidak peduli bagaimana mereka menyiksa anda.

Seorang penjaga datang dan menampar wajah saya beberapa kali tanpa mengucapkan sepatah kata. Saya hampir pingsan. Dia menggeleng dan menggerutu, "Mengapa tampaknya tidak begitu menyakitkan?" Saya bertanya kepadanya, "Mengapa kamu memukul saya?" Dia marah dan mencambuk kepala saya dengan sabuknya. Dia terus berkata, "Apakah saya harus memiliki alasan untuk memukul kamu? Jika kamu mati, itu dianggap bunuh diri. Saya tidak takut apapun."

Penjaga itu berhenti ketika ia bosan. Penjaga lain datang dan berkata, "Sekarang giliran saya. Kamu harus belajar cara yang lebih baik untuk melakukan itu." Dia mengambil sabuk dan mulai mencambuk kaki saya, berkata, "Menyerang kakinya akan membuat kuku kakinya berubah ungu dan akhirnya lepas." Dia terus mencambuk kaki saya. Saya tidak bisa menggerakannya karena ia terborgol ke kursi.

Saya menjerit menahan rasa sakit ketika ia pertama kali memukul kaki saya. Dia melihat dengan gembira dan berkata, "Lihat, itu efektif!" Saya menolak untuk membuat suara lain. Setelah beberapa saat, ia mulai memukul paha saya. Kaki saya menjadi berwarna ungu dan bengkak. Sakitnya tidak terbayangkan.

Dia bosan memukul paha saya dan mulai menekan paha saya dengan tumit sepatunya. Lalu ia mengambil sesuatu yang sangat tajam dan berkata, "Biarkan saya melihat bagaimana rasanya jika saya mencakar tulang rusuk kamu dengan ini." Dia menggulung pakaian saya dan mulai mencakar rusuk saya dari atas ke bawah. Tidak ada kata untuk menggambarkan rasa sakit. Saya menjerit. Dia kemudian puas dan berkata, "Tunggu sampai nanti. Ada yang lain, cara yang lebih baik untuk berurusan dengan kamu."

Ketika ia berhenti, saya berpikir kalau dia lelah dan tidak akan menyakiti saya lagi. Namun, ia tiba-tiba meraih dan meremas testikel saya, dan saya pingsan karena rasa sakit yang hebat. Ia melemparkan air dingin untuk membangunkan saya dan berkata, "Sekarang, ceritakan kejahatan kamu." Saya bicara gagap dan berkata, "Saya berlatih Falun Gong untuk menjadi orang baik. Saya tidak melakukan kejahatan apa pun."

Mereka marah dan mengeluarkan kantong plastik. Mereka menutupi kepala saya dengan palstik dan diikatkan di leher. Setelah beberapa saat saya tidak bisa bernapas dan mulai tercekik. Saya hanya menatap tanpa bergerak. Salah satu penjaga buru-buru memotong lubang kecil di dekat hidung saya. Setelah saya menarik napas, ia melemparkan puntung rokok ke dalam tas. Asap memenuhi tas, saya tersedak. Tepat sebelum saya pingsan, ia melepaskan tas, berkata, "Sekarang kamu harus mengatakan sesuatu, bukankah bisa? Atau mungkin kamu ingin saya mencoba beberapa cara lain?" Saya menjawab, "Kamu sudah mengetahui apa yang saya ketahui. Apa lagi yang kamu ingin saya katakan?"

Mereka ingin tahu dengan siapa saya berhubungan di Kota Mudanjiang dan saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak punya hubungan di sana. Saya berkata bahwa saya bekerja sendirian, hanya men-download materi dari internet dan menyusunnya sendiri. Salah satu penjaga berkata, "Kamu masih bermain-main." Dia pergi mencari sesuatu. Dia kembali dan bergumam, "Kamu lebih mudah sekarang. Tongkat listrik tidak tersedia sekarang, tapi kami punya cara lain." Dia memanggil dua penjaga lainnya. Mereka memaksa saya untuk tiarap di lantai. Dia berdiri di atas kaki saya sementara dua lainnya menarik tangan saya ke arah kepala, mereka ingin mematahkannya.

2. Sebuah Pusat Penjara Hitam

Hari berikutnya, saya dikirim ke Pusat Penahanan Nomor 2 di Kota Mudanjiang. Sebelum mereka membawa saya ke sana, salah satu penjaga bertanya, "Apakah kamu punya uang? Jika demikian, akan lebih mudah untuk menangani kasus kamu." Saya tahu mereka sedang berusaha untuk memeras uang dan saya berkata, "Tidak, saya tidak punya." Mereka memperketat borgol sehingga itu melukai daging saya.

Mereka memaksa saya berjalan, meskipun kaki saya terluka parah sampai saya hampir tidak bisa bergerak. Di pusat penahanan, penjaga menanyakan pertanyaan yang sama, "Apakah kamu punya uang?" Saya memberinya jawaban yang sama dan dimasukkan ke dalam sel dengan narapidana termiskin.

Kepala narapidana bertanya, "Apa kejahatanmu?" Saya menjawab, "Saya tidak melakukan pelanggaran apapun. Saya berlatih Falun Gong." Dia memanggil," Zhu, sama seperti kamu." Orang yang ia panggil tersenyum pada saya. Namanya Zhu Zhaocheng. Dia juga seorang praktisi dan ia telah ditahan di sana selama lebih dari tiga bulan.

Pada malam hari, para penjaga memanggil Zhu dan saya keluar. Seorang tahanan berkata, "Kamu akan mendapatkan pukulan sekarang." Sel kami dekat dengan beberapa sel wanita dimana praktisi wanita bersikeras melakukan latihan dan membaca Fa. Para penjaga tidak dapat menghentikan mereka, sehingga mereka  memaksa menghentikannya dengan memukuli praktisi laki-laki. Beberapa praktisi laki-laki menderita pemukulan sebelum saya. Malam itu giliran kami. Zhu dan saya berdiri di sana. Tak lama penjaga kembali dan memerintahkan kami kembali ke sel kami. Para praktisi wanita telah menyerah karena mereka tidak ingin para praktisi laki-laki dipukuli.

Saya ditahan di Pusat Penahanan Nomor 2 selama satu bulan dan kemudian dipindahkan ke Pusat Penahanan No 1 di Bulan Juni. Makanan yang jelek, dan kami tidur di lantai berhimpitan, berdesakan bersama-sama. Hari sangat panas di musim panas, tapi meskipun kami berkeringat banyak, kami tidak ingin bangun di malam hari karena takut kehilangan tempat kami. Jika anda pergi ke toilet di malam hari, anda harus berdiri dan menunggu tempat kosong di area tidur.

Kami dipaksa untuk melakukan kerja paksa membuat sumpit. Ketika kami tidak bekerja, kami harus duduk diam dan tidak diizinkan untuk bergerak atau berbicara. Penggunaan toilet terbatas - kami diberikan waktu hanya 1 menit. Selama enam bulan penahanan, saya tidak pernah bisa untuk menyikat gigi. Keluarga saya tidak diberitahu tentang keberadaan saya dan tidak bisa mengirimi saya kebutuhan sehari-hari. Para penjaga tidak mengizinkan narapidana lain untuk memberikan saya sikat gigi atau pasta gigi.

3. Penjara Mengerikan

Pada Bulan Oktober 2002, saya dijatuhi hukuman lima tahun dan dikirim ke bangsal No 10 di Penjara Kota Mudanjiang. Keluarga saya akhirnya tahu di mana saya berada.

Para penjaga tidak mengizinkan praktisi untuk berbicara satu sama lain. Kami tidak diperbolehkan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, menulis surat, membuat panggilan telepon, atau menerima kunjungan dari anggota keluarga.

Praktisi Falun Gong dipaksa melakukan kerja seperti memetik kacang, membuat sumpit sekali pakai, atau menjahit bantal kursi mobil. Kami bangun sekitar pukul 04:00 dan bekerja sampai pukul 22:00. Jika kami tidak mampu menyelesaikan kuota tepat waktu, kami harus tetap bekerja sampai selesai, tidak peduli kapan selesainya. Makanan di penjara jelek seperti makanan babi, dan ada pasir di bagian bawah mangkuk kami. Makanan hewan peliharaan akan lebih baik daripada makanan kami.

Dari waktu ke waktu, kami dibawa ke rumah sakit penjara untuk tes darah. Narapidana lain iri dan berkata, "Pemerintah memperlakukan kamu dengan baik dan memberikan pemeriksaan medis rutin." Ini membuat kami bingung. Sekarang kami tahu alasannya - tes darah persiapan untuk pengambilan organ.

Lima tahun penahanan saya berakhir pada tanggal 7 Mei 2007 dan saya akhirnya bisa meninggalkan penjara.

4. Keluarga Saya Juga Menderita

Setelah saya dibebaskan, polisi setempat sering datang untuk mengganggu keluarga dan orang tua saya. Saya diberitahu untuk melapor kepada mereka setiap hari dan diperlukan untuk mendapatkan izin pergi ke mana pun. Mereka sering pergi ke rumah saya dengan mobil polisi untuk memeriksa saya.

Orang tua saya adalah petani yang jujur. Mereka tidak pernah berurusan dengan polisi sebelumnya. Selama lima tahun saya ditahan, orang tua saya begitu khawatir tentang saya sampai rambut mereka berubah menjadi putih. Ibu saya menderita masalah jantung parah karena stres akibat kunjungan polisi. Ketika adik saya menikah dan diperlukan untuk mengubah tempat tinggalnya, polisi setempat menolak untuk melakukannya karena saya. Bahkan sekarang, dia masih tidak dapat mengubah tempat tinggalnya, yang telah mempengaruhi pekerjaannya dan kemampuan untuk mencari nafkah.

Istri saya pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari penganiayaan ketika saya masih di penjara dan telah hidup sangat ketakutan. Anak kami telah bergerak kesana-kemari dengan kami sejak ia lahir. Ia tidak memiliki ayah selama lima tahun dan harus tetap bersembunyi dengan ibunya. Sampai hari ini, kami masih bersembunyi dan hidup dalam ketakutan.

Anak saya bertanya kepada saya, "Papa, kapan kita tenang dan tidak perlu bersembunyi dari polisi? Kapan polisi akan berhenti mendatangi kita? Saya ingin tinggal bersama kakek-nenek saya." Saya melihat anak saya yang tercinta dan berkata, "Ketika Partai Komunis Tiongkok Jatuh."

Anak saya dan saya berharap agar hari itu segera datang! Mereka yang mengetahui kebenaran berharap hari itu juga!

Chinese version click here
English version click here