(Minghui.org) Minggu tanggal 1 Juni 2014 bertepatan dengan hari Umanis Kuningan, Lapangan Kota I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar dipenuhi masyarakat yang rekreasi. Beragam kegiatan masyarakat diselenggarakan oleh beberapa kelompok masyarakat.
Praktisi Falun Dafa Bali untuk yang kelima kalinya mengadakan kegiatan pentas Genderang Pinggang, mengenalkan Falun Dafa dengan pertunjukan seni, memberi warna lain di hari itu. Seragam kuning keemasan dan suara gemuruh puluhan genderang, memeberi warna lain di sore itu.
Latihan Falun Gong bersama
Pertunjukan genderang pinggang diawali dengan bermain keliling lapangan, mengabarkan kepada semua pengunjung agar mendekat dan mengetahui keberadaan Falun Dafa. Pengenalan Barisan Genderang Pinggang dan Falun Dafa kepada pengunjung disiarkan melalui rekaman dengan pengeras suara. Mengenalkan apa itu Falun Dafa, cara berlatih, manfaat serta penganiayaan di Tiongkok.
Penonton berkerumun di sekitar pertunjukan Genderang Pinggang
Di luar barisan, team klarifikasi fakta membagikan brosur penganalan Falun Dafa dan lotus kertas kepada pengunjung yang sedang menikmati pertunjukan dan yang sedang duduk santai bersama keluarga. Beberapa orang kelihatan sangat serius menyimak isi brosur.
Penonton membaca dengan serius brosur pengenalan Falun Dafa
Di sisi lain lapangan, ada sekelompok praktisi latihan gong bersama disertai pengumpulan tanda tangan dukungan yang ditujukan kepada Komisioner Tinggi HAM PBB untuk membantu mengakhiri penganiayaan dan pengambilan organ paksa di Tiongkok. Masyarakat yang lewat menyimak gambar dan juga penjelasan praktisi serta menonton video pengambilan organ. Banyak masyarakat yang mebubuhkan tandatangannya memberi dukungan.
Dari orang dewasa, anak kecil menyaksikan papan informasi pengambilan organ paksa di Tiongkok
Dalam kegiatan pengumpulan tanda
tangan seorang praktisi bercerita pengalamannya mengikuti kegiatan
tersebut. Berikut pengalamannya:
Saya melihat sekelompok mahasiswa sebuah perguruan tinggi terkenal
di Bali sedang melakukan kegiatan, ini adalah kesempatan saya
klarifikasi fakta dan meminta mereka berpartisipasi
menandatangani ‘Petisi Kepada Komisioner Tinggi HAM PBB dan
Pemerintah Republik Indonesia: Seruan Untuk Dihentikannya Segera
Praktek Pengambilan Organ Tubuh Dari Praktisi Falun Gong di
Tiongkok’. Kurang lebih ada 45 yang ikut memberi dukungan tanda
tangan termasuk seorang dosennya. Seandainya saya di rumah atau
liburan ke pantai berarti saya tidak bisa mengklarifikasi fakta
kepada 45 orang tersebut. Sebagian besar dari mereka sa ma sekali
tidak tahu apa itu Falun Gong dan hanya 2-3 orang yang sudah tahu.
Mereka sangat kritis dan tidak mudahbegitu saja menandatangangi
petisi, namun mereka tersentuh setelah saya jelaskan secara panjang
lebar tentang Falun Gong dan situasi penindasan di Tiongkok.