(Minghui.org)
Kota tempat tinggal saya berada di Provinsi Yunnan. Suku kami yang
minoritas hidup di kemah-kemah terpencil di antara pegunungan yang
tinggi dan jurang-jurang yang terjal. Meski jumlah penduduk
sedikit, sejarah kami berlatar belakang panjang. Kami semua percaya
kepada ajaran Buddha. Pemimpin suku kami, kepala suku, menurunkan
jabatan pimpinan kepada anak laki-lakinya. Saya salah seorang anak
perempuan dari kepala suku.
Kehidupan Saya Ketika
Masih Kecil
Saya terlahir sebagai seorang bayi yang mungil, montok berkulit
cerah yang menyenangkan. Suatu kali seorang peramal mengatakan
kepada ibu: “Jangan mengharapkan apa pun bagaimana baiknya anda
merawat dia. Bila dia sudah dewasa nanti, dia akan menikah dan
pergi ke tempat yang sangat jauh. Cinta anda dan pengorbanan anda
tak akan terbalas dalam bentuk apa pun.”
Ketika saya berumur antara 4 atau 5 tahun, ayah dan kakak laki-laki
saya meninggal dunia, kami hanya tinggal berdua, ibu dan saya.
Suatu malam ibu bermimpi ada seorang tua yang tinggi dengan rambut
putih seperti salju tumbuh lebat di kepalanya, dengan tergesa-gesa
mengatakan kepada ibu, “Lekas bangun. Bawa anakmu keluar. Ada
bandit sedang menuju ke sini!” Ibu segera melakukannya. Dia
menemukan tempat sembunyi di hutan. Ketika itu saya sudah
terbangun, namun tak mengeluarkan suara apa pun. Segera kami dapat
melihat banyak orang datang beramai-ramai membawa obor mendekati
kemah-kemah kami. Mereka membunuh siapa saja yang terlihat dan
membakar tempat tinggal kami hingga ludes. Ibu dan saya terpaksa
mencari perlindungan di tempat tinggal kerabat.
Dari peristiwa ini banyak orang menganggap saya seorang yang
istimewa dan memperlakukan saya sebagai seorang yang penting.
Setelah dewasa saya menikah dan tinggal di tempat yang sangat jauh,
tepat seperti yang dikatakan oleh peramal itu.
Meninggalkan Tempat Tinggal
Suatu malam menjelang pernikahan saya, para kerabat dari
kemah-kemah tetangga, maupun para kepala kemah berkumpul untuk
mengantarkan saya pergi, bernyanyi sepanjang malam. Mereka
melantunkan:
Daun-daun bambu di luar rumah bambu berbunyi gemersik. Cahaya
rembulan menyinari daun-daun bambu. Angin bertiup, bayangan bambu
bergerak-gerak.
Kemanakah anak perempuan kami akan pergi? Mereka juga melantunkan:
Gunung-gunung menjulang tinggi dan sungai mengalir jauh. Pengantin
pergi ke tempat jauh ke tanah tak dikenal. Jangan lupa kembali
mengunjungi ibumu.
Keinginan Hati Saya yang Paling Besar
Setelah bebeapa puluh tahun kerinduan saya pada tempat tinggal
berkurang. Namun masih tersisa kenangan manis di dalam celah-celah
jiwa saya. Masih ada perasaan ikatan yang kuat dan kesetiaan yang
menghubungkan saya dengan orang-orang di kampung halaman tempat
tinggal suku kami
Baru setelah saya mulai berlatih Falun Gong saya menyadari bahwa
hubungan ini adalah suatu nasib yang sudah digariskan. Di dalam
suku saya, hanya saya seorang yang menjadi praktisi Falun Gong.
Kemudian saya juga menyadari bahwa saya menikah dan bertempat
tinggal sangat jauh itu adalah agar saya memperoleh Fa, dan
karenanya melalui saya orang-orang di suku kami bisa memperoleh
manfaatnya juga.
Segera setelah saya memperoleh Fa, saya memperkenalkan Falun Gong
kepada kerabat yang paling dekat. Kembali pulang ke komunitas suku
saya untuk menyebarkan Fa menjadi keinginan hati yang sangat
kuat.
Namun mulailah penganiayaan yang bertubi-tubi dan saya berkali-kali
ditahan secara ilegal dan dikenai hukuman kerja paksa. Keinginan
hati yang sangat kuat itu terpaksa ditangguhkan.
Suatu kali saya membaca alinea ini di Zhuan Falun
“Para Sang
Maha Sadar menyelamatkan manusia, selalu memiliki sebuah surga
sendiri, Sakyamuni, Amitabha, Vairocana dan lain-lain, para Buddha
Tathagata ini dalam menyelamatkan manusia, semua punya sebuah dunia
yang dipimpinnya sendiri. Dalam galaksi kita ini, dunia semacam ini
ada 100 lebih, Falun Dafa kita juga punya Dunia Falun.” (Ceramah
III: Gong aliran Buddha dan Agama Buddha)
Suatu ketika, saya menyadari
bahwa saya dan kerabat dekat saya berasal dari kerajaan langit yang
sama, dimana awan-awannya putih halus dan pohon-pohonnya berwarna
hijau giok.Saya ingat bahwa saya juga melihat pemandangan
reinkarnasi saya selama lebih dari ratusan tahun. Banyak dari
pemandangan ini berkaitan dengan orang-orang terdekat. Keinginan
lama saya untuk pulang, untuk mengklarifikasi faktakebenaran kepada
orang-orang terdekat semakin menguat.
Perjalanan Pulang
Perjalanan pulang itu sangat sulit. Perjalanan dengan kereta api
berlangsung selam dua hari satu malam dengan berkali-kali pindah
kereta. Perjalanan terakhir memerlukan kendaraan beroda tiga.
Pengemudi tidak mau pergi malam hari melewati hutan, jadi saya
harus melakukan klarifikasi fakta kepadanya. Saya katakan bahwa
saya ini seorang praktisi Falun Gong jadi tak mungkin mendapatkan
bahaya, dan —karena dia menolong saya tentu juga tidak akan
mendapatkan bahaya. Para dewa dan Buddha akan memantau kita.
Ayahnya mengerti apa yang saya katakan. Lalu dia katakan kepada
anak laki-lakinya, “Antarkan dia. Ibu ini tampaknya benar-benar
seorang praktisi. Menolong dia akan mendapat berkah. Pergilah, saya
akan menunggumu di rumah.”
Tengah malam di hutan pastilah menakutkan. Jalan di pegunungan
tampak seperti benang berkelok-kelok, bergelombang tak kelihatan
ujungnya. Kendaraan roda tiga itu berjalan di kegelapan, ditengah
lolongan serigala dan jeritan kera. Kebanyakan orang pastilah tidak
mau melakukan perjalanan seperti itu. Saya katakan kepada
pengemudi, “Jangan takut. Katakan ‘Falun Dafa baik,
Sejati-Baik-Sabar baik’ Guru Dafa akan melindungi kita.” Saya
memancarkan pikiran lurus sambil berbicara, untuk menghalau rasa
takutnya maupun sambil melakukan klarifikasi fakta kepadanya.
Setelah berjalan beberapa kilo meter di jalan pegunungan di tengah
hutan, akhirnya kami sampai di sebuah rumah penginapan pada jam
1.30. Pengemudi itu bersikeras akan pulang, katanya: “Saya sama
sekali tidak takut. Sebaliknya saya merasa semua yang berada di
hutan takut pada kita dan mereka menjauh. Saya percaya sekali
tentang Falun Gong yang baru saja anda ceritakan.” Sekali lagi saya
katakan kepadanya, “Untuk Mempercayai dan berulang-ulang melafalkan
‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik’ akan melenyapkan
kejahatan dan akan mengantarkan anda pulang dengan selamat. Saya
akan mengirmkan getaran pikiran baik dari sini. Anda harus keluar
dari partai komunis, agar para Dewa dan Buddha melindungi anda.”
Pada jam 4 pagi saya hubungi dia, dia menjawab, “Terima kasih saya
sudah keluar dari hutan dan hampir sampai rumah.” Tidak lama
kemudian dia menelpon saya: “Terima kasih banyak pada anda. Ayah
baru saja mengatakan bahwa anda seorang wanita yang hebat. Dia juga
mengatakan baru pertama kali dia bertemu seorang praktisi sejati
seperti anda. Dia sangat bahagia. Dia ingin berterima kasih lagi
kepada anda.”
Sambutan yang Hangat
Keesokan harinya sementara menunggu jemputan saudara sepupu, saya
mengunjungi salah satu perkemahan suku. Semua kerabat saya sangat
gembira bertemu dengan saya lagi setelah sekian banyak tahun
berpisah. Karena saya anak perempuan seorang Kepala Suku mereka
berlutut di depan saya sesuai dengan adat suku, tetapi menurut
perasaan saya hal itu karena diri mereka yang sejati mengenali
saya, bahwa saya adalah satu-satunya yang membawa kebenaran kepada
mereka. Ini adalah kemuliaan Guru, namun beliau membiarkan saya
yang memperoleh kehormatan. Saya ceritakan kepada semua kerabat
bahwa saya di sana adalah sebagai pengikut Falun Gong. Saya
ceritakan kabar baik tentang Sejati-Baik-Sabar. Saya ceritakan juga
tentang kultivasi dan penderitaan penganiayaan. Air mata mereka
berlinang-linang. Kata mereka: “Kami tahu anda seorang yang baik,
seorang terhormat di suku kami.”
Sepupu saya mengantarkan ke rumah nenek. Dulu kemah kami digunakan
hanya untuk empat keluarga, sekarang ini meningkat menjadi 37.
Semua kerabat memberi hormat kepada saya sesuai dengan adat, lalu
memeluk saya sambil berkata: “Kami menunggu peristiwa seperti ini
sudah lama sekali. Akhirnya anda pulang juga.”
Lebih dari seratus orang berkumpul di rumah bambu tradisional yang
sudah tua milik nenek. Kami duduk bersama berpesta kecil reuni
keluarga.
Ada suatu kebiasaan di suku kami, tidak memikirkan sesuatu
berlarut-larut tetapi langsung mengungkapkan perasaan dalam bentuk
nyanyian. Mereka menyanyikan apapun yang mereka lihat dan rasakan.
Usia nenek hampir 100 tahun. Semangatnya masih tinggi ketika
melihat saya. Dia mengacungkan jempolnya sambil mengucapkan
pernyataan: “Cucu perempuan saya hebat!” Lalu dia bernyanyi:
“Cucu saya hebat, sungguh hebat. Cucu saya adalah batangan emas
suku kita”
Semua kerabat kami berebutan mengundang saya untuk menginap di
rumahnya dan makan bersama. Warga di suku kami sangat ramah. Jika
ada seorang anak perempuan yang telah menikah kembali pulang
setelah berpisah dalam jangka waktu yang lama, sudah menjadi adat
setiap keluarga mengirimkan undangan untuk makan bersama; dan juga
menjadi adat harus menerima semua undangan itu, tanpa
kecuali.
Membuat Semua orang Memahami Fakta Kebenaran
Ada sepasang suami isteri yang sudah berusia akhir 70-an, empat
atau lima kali mampir mengundang saya. Saya pergi ke rumahnya
dengan membawa hadiah. Mereka menunggu saya dan telah menyediakan
buah-buahan dan teh. Mereka menyalami saya dengan hangat, sambil
mengucapkan: “Berpuluh tahun kami menunggu anda. Kami sangat
merindukan anda. Anda adalah anak seorang kepala suku yang baik
yang mengantarkan kita ke kedamaian dan kebahagiaan.” Setelah saya
melakukan klarifikasi fakta kepada mereka, mereka menangis sambil
mengatakan: “Kami mempercayai semua yang anda katakan. Semua yang
anda katakan adalah benar dan baik. Anda telah pergi begitu lama
dan kembali membawa kitab suci.”
Suatu hari saya sedang berdiri di tepi jalan sambil bercakap-cakap
dengan bekas teman sekelas. Tiba-tiba ada seseorang mendekati dari
belakang dan menepuk kepala saya sambil sedikit mengomel. Saya
membalikkan badan dan terlihat seorang kakek yang umurnya lebih
dari 80, bermata bulat, bongkok dan pipinya kempot karena giginya
sudah habis. Dia menarik kedua tangan saya dan melayangkan tepukan
lagi, “Kamu telah lupa. Kamu telah melupakan saya. Saya selalu
memikirkan kamu setiap hari. Saya merindukan kamu setiap hari. Kamu
telah kembali, tapi kamu tidak menemui saya.
“Ketika kamu masih anak-anak ayahmu menggadaikan kamu karena dia
punya hutang lantaran kalah berjudi. Sayalah yang membayar tebusan.
Suatu hari kita berada di tengah ladang ketika terjadi badai. Saya
yang menggendong kamu dan berlari menuju ke bawah pohon. Kamu tidak
mau saya gendong dan menggigit pundak saya. Lihatlah saya. Apakah
kamu tidak kenal saya lagi? Saya adalah mantan kepala desamu!” Saya
melihat lelehan air mata di mukanya karena menangis, “Mantan kepala
desa, bagaimana keadaan anda? Sekarang saya teringat anda, maafkan
saya. Hari ini saya pasti berkunjung ke tempat anda.” Saya ingin
berkata lagi, tetapi tak ada satu kata pun dapat keluar, tertahan
dalam kerongkongan.
Sore itu saya menyiapkan hadiah untuk berkunjung ke mantan kepala
desa di rumah bambunya yang baru. Orang tua itu sangat gembira
sekali. Dia memperkenalkan kepada semua anggota keluarganya dan
menjamu saya sangat istimewa. Saya menceritakan kepada mereka
tentang Falun Gong dan pengalaman mendapat penganiayaan. Katanya:
“Kami telah mendengar itu. Kamu dianiaya. Kamu menderita. Partai
Komunis itu jahat, saya tahu itu. Kamu telah membantu saya keluar
dari partai. Kamu harus sering pulang dan menemui kita semua.”
Jawab saya: “Pasti. Saya akan mengingat harus sering pulang menemui
anda semua.”
Selama di sana saya gunakan setiap waktu yang terluang membuat
jimat yang saya berikan kepada setiap orang. Mereka menerima dengan
kedua belah tangannya, sambil mengatakan: “Kami mendapat berkah.
Guru telah memberkahi kami.”
Saudara sepupu laki-laki saya seorang yang ramah. Dia sangat senang
mendengarkan saya menceritakan fakta kebenaran. Dia sangat
terkesima. Berkali-kali dia mengatakan: “Falun Gong sungguh sangat
hebat. Partai Komunis menindas Falun Gong karena sangat takut akan
ada semakin banyak orang menjadi baik.” Saya katakan kepadanya:
“Mereka yang menjadi praktisi Falun Gong tidak akan mementingkan
diri mereka, tetapi mementingkan kepentingan orang lain lebih dulu.
Mereka tidak akan mengambil barang bukan milik mereka. Guru
mengajarkan agar kita berkultivasi dan meningkatkan xinxing kita.
Jangan menginginkan apa pun yang bukan milik anda, dan apa pun
milik anda juga tidak akan hilang.” Dia mengangguk-anggukkan
kepala, “Itu sangat masuk akal. Falun Gong sungguh benar-benar
hebat.”
Keajaiban Terjadi
Pada suatu siang hari ketika saya sedang berjalan menuju ke rumah
seorang kerabat. saya melihat ada dompet berwarna hitam. Saya
mengambil dompet itu dengan maksud untuk mencari siapa yang
memilikinya. Setiap orang mengatakan, “Kami mempunyai kebiasaan di
sini, bila seseorang menemukan sesuatu barang dan tak ada seorang
pun yang mengklaim itu kepunyaannya, maka yang menemukan itu boleh
memilikinya.” Saya katakan kepada mereka, “Kami yang menjadi
praktisi Falun Gong harus memikirkan orang lain. Siapa pun yang
kehilangan dompet pasti merasa sedih. Jika saya tidak dapat
menemukan pemiliknya, saya akan ke stasiun pemancar radio untuk
membuat pengumuman.”
Ketika saya sampai di stasiun pemancar, saya bertemu saudara sepupu
laki-laki saya dan saya menceritakan tentang penemuan dompet itu.
Dia membuka dompet itu, terlihat lembaran-lembaran uang 100 yuan
dan dua kartu bank. Dia memeriksa lebih teliti dan menghitung
uangnya. Kemudian dia berteriak, “Ini dompet saya. Ada lebih dari
1.000 yuan, dua kartu bank, yang totalnya berisi puluhan ribu yuan.
Terima kasih Falun Gong. Terima kasih Guru Li. Sekarang saya lebih
percaya lagi pada ‘Sejati-Baik-Sabar baik.’ Falun Gong
hebat.”
Kemenakan saya, anak keenam dari kakak laki-laki saya sedang
dirawat di rumah sakit di kota. Dia menelpon saya hingga tiga kali
untuk bisa bertemu dengan saya. Suatu hari sementara kami sedang
makan siang dia datang dan memandangi kami Katanya. “Selama
seminggu ini saya tidak pernah makan.” Jawab saya: “Mari, silahkan
makan bersama kami. Kamu pasti akan baik-baik saja.” Sementara kami
makan bersama saya ceritakan tentang kehebatan Falun Gong. Dia
mendengarkan terus sampai selesai makan, lalu katanya: “Hebat, saya
merasa enak sekarang. Rumah sakit tidak dapat menyembuhkan penyakit
saya. Mendengarkan cerita kamu, saya merasa sehat sekarang,
seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Saya tak pernah merasakan
enaknya makan dan begitu bahagia selama beberapa tahun ini.”
Saya menyertai kemenakan saya pulang dan melakukan klarifikasi
lebih jauh. Kata saya, “Sekarang ini tak ada seorang pun yang
membicarkan tentang moral, hanya uang. Orang akan mencelakakan
orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi. Para Dewa dan
Buddha ada dimana-mana. Setiap perbuatan jahat pasti akan dibalas.
Demi untuk kita semua dan keluarga kita, kita harus segera mulai
berbuat sesuai dengan ajaran Sejati-Baik-Sabar. Partai Komunis
melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Surga pasti akan
menghancurkannya. Jika kita masih menjadi anggota partai, ketika
surga menghancurkannya, kita pasti ikut musnah. Demi keselamatan
kita harus keluar dari Partai dan organisasi afiliasinya.”
Saya ceritakan juga tentang peristiwa dompet itu. Seketika dia
merasa gelisah. Saya tanyakan mengapa, dan jawabnya, “Kami pernah
melakukan perbuatan buruk. Anak perempuan saya menemukan sebuah
dompet di jalan. Saya periksa berisi lebih dari 2.000 yuan dan uang
itu kami gunakan semuanya. Dalam kurun tiga bulan, seluruh tubuh
anak saya warnanya berubah menjadi kuning dan terasa lemah. Dia tak
kunjung sembuh meski telah dirawat di rumah sakit. Hingga sekarang
sudah lebih dari tiga tahun. Kami telah mengeluarkan biaya hampir
30.000 yuan untuk perawatan di rumah sakit itu, namun dia masih
juga belum bisa kembali bersekolah.”
Saya minta kemenakan saya itu menelpon anaknya. Saya melakukan
klarifikasi fakta kepadanya dan saya minta dia untuk melafalkan
“Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” berulang-ulang Anak
perempuan itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Sebentar
kemudian saya mendeteksi dari suaranya sepertinya semangatnya
menjadi lebih baik. Pada hari-hari selanjutnya dia sering datang,
Kata dia, “Saya merasa nyaman dan bahagia bila bersama anda.”
Musim panas yang lalu, anak ke-enam kakak laki-laki saya menelpon
saya untuk mengatakan khusus kepada saya, “Terima kasih bibi.
Terima kasih Guru Li. Kemarin lusa mobil saya terjatuh dari lereng
yang tinggi dan rusak berat. Saya terjebur ke dalam sungai. Ada
seorang yang sedang lewat menolong dan membawa saya ke rumah sakit.
Saya tidak sadar selama sehari. Menurut dokter saya tidak menderita
luka kecuali hanya tergores sedikit di atas alis mata. Uang dari
perusahaan asuransi hampir mencukupi untuk membeli mobil baru. Para
dokter mengatakan saya pasti mendapat perlindungan dari kekuatan
yang sangat besar, begitu beruntung dan mendapat berkah. Saya tahu
ini pasti Guru Li yang melindungi saya. Saya dengan yakin akan
menceritakan hal ini kepada semua orang. Saya akan mengatakan agar
selalu ingat, ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.’ Pasti Guru
Li yang menyelamatkan saya. Terima kasih Guru Li!”
Meski jalan-jalan di pegunungan sekarang sudah bertambah baik,
jalan yang naik turun itu bila dilewati masih menimbulkan rasa
takut. Banyak pendakian dan penurunan sangat tajam, bahkan di
beberapa tempat penurunannnya itu tampak hampir tegak lurus. Bila
saya ingin pergi melakukan klarifikasi fakta kemana pun, selalu ada
seorang muda yang dengan senang hati mengantarkannya dengan sepeda
motor. Meski usia saya sudah hampir memasuki 60, saya berani pergi
kemana saja demi tanggung jawab saya tentang penyelamatan makhluk
hidup yang dengan penuh harap menunggu kedatangan saya untuk
memberikan klarifikasi fakta. Lagi pula saya mempunyai Guru yang
melindungi saya.
Saya mempunyai seorang bibi yang nafasnya tersengal-sengal bila dia
bergerak. Ketika saya mengunjungi dia, saya harus membantu
mendudukkanya di tempat tidur. Dia saya ajari melafalkan: “Falun
Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Setengah jam kemudian, katanya:
“Sepanjang hidup saya, belum pernah merasakan begitu enak dan
nyaman seperti sekarang ini. Saya merasa segar dan ringan,
seolah-olah dapat melayang. Juga terasa sperti ada yang
berputar-putar di luar tubuh.” Saya katakan kepadanya: “Anda
mempunyai takdir pertemuan. Semuanya ini pertanda baik. Harap
kepercayaan anda ini dijaga selalu kuat.”
Bibi yang selalu berbaring di tempat tidur selama beberapa tahun
belakangan ini tiba-tiba bangkit dan meninggalkan kamar. Dia
kembali lagi dengan membawa nampan dengan beberapa pucuk dupa dan
bungkusan dari kain kuning. Dia membawa nampan itu tinggi sejajar
dengan kepalanya, duduk berlutut di depan saya, lalu berkata,
“Melalui berkah anda, semua persoalan saya telah lenyap. Terima
kasih. Dengan rendah hati terimalah persembahan saya. Jika anda
menolak, dosa saya masih saya derita.”
Saya tahu di dalam bungkusan kain kuning itu uang tunai beberapa
ratus yuan. Ini adalah formalitas kebiasaan suku kami dalam upacara
persembahan kepada para Dewa dan Buddha. Umunya dilakukan juga
untuk memberikan terimakasih yang istimewa kepada penderma atau
penyelamat. Saya sering menemukan hal seperti itu bila mengunjungi
kerabat-keabat lainnya. Saya selalu menolak dan mereka selalu
mengatakan, “Jika anda tidak mau uang, ambil sesuatu yang istimewa
sesuai adat suku kami.” Saya tetap menolak, dan mereka selalu saya
ingatkan agar selalu mengatkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar
baik.”
Maka yang saya katakan kepada bibi: “Guru kita itu maha besar dan
penuh belas kasih. Beliau tidak membolehkan kita menerima uang atau
hadiah. Kita menyelamatkan manusia tanpa menerima balasan atau
ketenaran nama, tetapi dengan tanpa egois sama sekali. Guru Li akan
mengatur semuanya. Jika anda menaruh kepercayaan pada Falun Dafa,
anda akan dijamin akan selalu dalam keadaan damai dan
sejahtera.”
Saya katakan juga kepadanya, “Guru Li yang memberkahi anda. Jika
ingin berterima kasih, tujukan kepada Guru Li.”
Kedua matanya berlinang-linang, lalu katanya, “Saya berterima kasih
kepada Guru Li. Saya juga ingin menjadi pengikut Guru Li.”
Tua dan Muda sedang Menunggu Klarifikasi
Beberapa orang kerabat yang berusia 70-an dan mulai jompo mendengar
kepulangan saya, mereka berdatangan. Mereka semua mendengarkan
dengan penuh perhatian ketika saya membicarakan Falun Gong. Dan
yang sudah berlatih selalu mengatakan yang sebenarnya dan tidak
pernah berbohong, bahwa berkultivasi itu sangat baik bagi semua
orang, meningkatkan xinxing itu membuat orang menjadi baik.
Mereka mengatakan, “Kami telah mendengarkan anda. Kami semua
mempercayai yang anda katakan itu semuanya benar. Apa pun yang anda
katakan kami mempercayainya. Semua yang dikatakan Partai tak lain
hanya kebohongan. Falun Gong adalah Hukum Buddha. Kita semua
mempercayai ajaran Buddha. Sejak sekarang kami mempercayai Falun
Gong dan Guru Li.”
Anak-anak di setiap kemah suku sangat istimewa. Jika saya singgah
dan tinggal di salah satu kemah, mereka memberi salam kepada saya
sebelum berangkat ke sekolah, dan ketika pulang mereka membawakan
saya aneka warna bunga liar. Mereka selalu ingat mengatakan “Falun
Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Setiap hari selalu saja ada
seorang anak baru yang datang untuk mengatakan: “Nenek, saya belum
keluar” atau “Saya belum mendapat amulet.” Saya selalu membantu
seorang demi seorang keluar dari Partai Komunis dan organisasi
afiliasinya dan memberi mereka masing-masing sebuah amulet.
Kadang-kadang saya pergi dengan kerabat ke hutan untuk memetik
sayuran liar. Udara di tengah hutan sungguh segar, dan segala jenis
bunga tumbuh di sana. Mata ketiga saya dapat melihat pohon-pohon,
rerumputan, dan bunga-bunga semuanya ingin mendengarkan fakta
kebenaran Falun Gong, jadi saya berteriak kepada mereka, “Harap
diingat ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Ada dua pohon
yang sangat tinggi. Keduanya muncul berbentuk manusia di dimensi
lain. Mereka sangat tua. Setelah saya melakukan klarifiksasi
kepadanya, mereka mendekapkan kedua tangannya di depan dada dan
berkata: “Kami telah menunggu di sini selama 6.000 tahun.”
Suatu hari di pasar ketika sedang menyusuri gang yang sempit saya
dihentikan oleh seorang wanita, lalu bertanya: “Apakah anda kenal
saya?” Saya perhatikan dia dan meski rasanya sudah kenal namun tak
dapat mengingat namanya. Katanya lagi, “Saya dulu berjualan mi
beras. Apakah lupa?” Setelah mendengar itu segera teringat.
Selanjutnya saya ceritakan kepadanya: “Saya mendapatkan Fa Buddha
di rumah ibu mertua saya. Yaitu Falun Gong yang dianiaya oleh
Partai Komunis. Saya sudah menjadi praktisi selama lebih dari 10
tahun. Saya pulang sekarang ini tidak hanya menengok kampung
halaman, secara khusus untuk menceritakan kepada setiap orang
tentang Falun Gong.” Dia sangat tersentuh dan terharu. Dia menangis
dan memeluk saya erat-erat.
Suatu hari yang lain ada seorang teman kemenakan saya datang saat
kemenakan sedang keluar kota. Saya melakukan klarifikasi kepadanya
dan membantu dia keluar dari Partai. Ketika kemenakan telah di
rumah dia mengunjungi temannya itu, yang kala itu baru saja selesai
membangun rumah. Dia mengajak untuk ikut merayakannya. Kata
temannya lagi, “Bibimu itu baik. Jangan lupa ajak dia
datang.”
Ada kemenakan laki-laki lainnya yang tak mau berpisah dengan saya
selama seminggu. Dia melafalkan tak henti-hentinya: “Falun Dafa
baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Sekali amuletnya dikalungkan di
lehernya dia tak mau melepaskannya lagi. Dia juga minta diajari
lima gerakan latihan. Dia belum pernah duduk dalam posisi lotus
(sila ganda) tetapi dalam waktu setengah jam dia sudah bisa.
Katanya, “Duduk dalam posisi seperti ini terasa nyaman. Meski
sedikit nyeri, saya tak akan melepaskannya. Saya merasa penuh
energi setelah duduk seperti ini.”
Saya mencari siapa saja yang pernah saya kenal untuk melakukan
klarifikasi kepada mereka dan menolong keluar dari Partai. Saya
lakukan juga kepada orang-orang yang belum saya kenal. Karena
berasal dari daerah yang sama, aksen ucapan kami adalah sama, dan
kebiasaan kami juga sama, jadi kami segera bisa saling cocok satu
sama lain. Dengan sedikit pemanasan, klarifikasi fakta itu berjalan
dengan mudah.
Saya juga mendengar selentingan bahwwa ada bekas teman wanita
sekelas tinggal di kota kecil tetangga. Saya menelpon dia dan
mengunjungi dengan taksi. Jalan menuju ke kotanya melewati tanaman
kapas sutera yang sedang berbunga berwarna merah cerah. Di kota ini
tinggal orang-orang dari suku minoritas. Anak perempuan teman saya
dan menantunya keduanya pegawai kantor pemerintah setempat. Mereka
menerima saya dengan penuh kehangatan. Mereka menjamu saya dengan
nasi yang baunya semerbak, yang dimasak dalam bambu, juga nasi
biasa. Mereka mengajak saya berkeliling menikmati pemandangan di
sekitar kota.
Seluruh waktu saya gunakan menceritakan kepada mereka tentang
perubahan-perubahan yang saya alami setelah saya menjadi praktisi
Falun Gong dan kebaikannya, dan juga keburukan Partai Komunis.
Semua anggota keluarganya telah keluar dari Partai. Anak
laki-lakinya mengidap semacam penyakit, jadi dia terus menerus
melafalkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.”
Sebulan telah lewat dengan cepat. Saya merasa terharu. Orang-orang
sesuku saya begitu sederhana dan ramah. Mereka semua mempercayai
Falun Gong. Sepertinya mereka telah lama menunggu kedatangan saya
untuk menceritakan fakta kebenaran pada tahun-tahun ini.
Pada malam sebelum hari saya meninggalkan tempat ini, banyak orang
berkali-kali meminta saya agar nanti sering kembali berkunjung. Ada
beberapa orang yang mengusulkan jika sudah pensiun agar kembali ke
sini. Bahkan salah seorang mengatakan, “Saya akan menghadiahkan
kebun teh di atas gunung. Saya jamin anda akan hidup lebih nyaman
di sini di pegunungan daripada di kota sana.”
Bulan mulai terbit. Kami mulai menyanyikan lagu adat kami:
Usai mendengarkan Falun Gong
hati kami menjadi ringan bercahaya, sekarang dan seterusnya
Kami bekerja keras dan bertahan selama hidup
Sembilan kata-kata emas akan abadi di hati kami
Besok kereta api berbunyi melengking
Saudari kami akan pergi Malam ini melon dan buah-buahan harum
menggoda
Saudari jika anda mendengar nyanyian burung
Sadarilah itu panggilan untuk anda agar kembali pulang
Pohon kelapa berbuah kelapa
Buah kelapa berair melimpah segar
Saudariku pulang menyelamatkan kami
Berhasil mencapai kesempurnaan menuai buah Buddha sejati
Chinese version click here
English
version click here