Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Perjalanan Pulang Saya yang Panjang

1 Juli 2014 |   Oleh praktisi Dafa dari Provinsi Henan, Tiongkok


(Minghui.org) Kota tempat tinggal saya berada di Provinsi Yunnan. Suku kami yang minoritas hidup di kemah-kemah terpencil di antara pegunungan yang tinggi dan jurang-jurang yang terjal. Meski jumlah penduduk sedikit, sejarah kami berlatar belakang panjang. Kami semua percaya kepada ajaran Buddha. Pemimpin suku kami, kepala suku, menurunkan jabatan pimpinan kepada anak laki-lakinya. Saya salah seorang anak perempuan dari kepala suku.

Kehidupan Saya Ketika Masih Kecil

Saya terlahir sebagai seorang bayi yang mungil, montok berkulit cerah yang menyenangkan. Suatu kali seorang peramal mengatakan kepada ibu: “Jangan mengharapkan apa pun bagaimana baiknya anda merawat dia. Bila dia sudah dewasa nanti, dia akan menikah dan pergi ke tempat yang sangat jauh. Cinta anda dan pengorbanan anda tak akan terbalas dalam bentuk apa pun.”

Ketika saya berumur antara 4 atau 5 tahun, ayah dan kakak laki-laki saya meninggal dunia, kami hanya tinggal berdua, ibu dan saya. Suatu malam ibu bermimpi ada seorang tua yang tinggi dengan rambut putih seperti salju tumbuh lebat di kepalanya, dengan tergesa-gesa mengatakan kepada ibu, “Lekas bangun. Bawa anakmu keluar. Ada bandit sedang menuju ke sini!” Ibu segera melakukannya. Dia menemukan tempat sembunyi di hutan. Ketika itu saya sudah terbangun, namun tak mengeluarkan suara apa pun. Segera kami dapat melihat banyak orang datang beramai-ramai membawa obor mendekati kemah-kemah kami. Mereka membunuh siapa saja yang terlihat dan membakar tempat tinggal kami hingga ludes. Ibu dan saya terpaksa mencari perlindungan di tempat tinggal kerabat.

Dari peristiwa ini banyak orang menganggap saya seorang yang istimewa dan memperlakukan saya sebagai seorang yang penting. Setelah dewasa saya menikah dan tinggal di tempat yang sangat jauh, tepat seperti yang dikatakan oleh peramal itu.

Meninggalkan Tempat Tinggal

Suatu malam menjelang pernikahan saya, para kerabat dari kemah-kemah tetangga, maupun para kepala kemah berkumpul untuk mengantarkan saya pergi, bernyanyi sepanjang malam. Mereka melantunkan:

Daun-daun bambu di luar rumah bambu berbunyi gemersik. Cahaya rembulan menyinari daun-daun bambu. Angin bertiup, bayangan bambu bergerak-gerak.

Kemanakah anak perempuan kami akan pergi? Mereka juga melantunkan: Gunung-gunung menjulang tinggi dan sungai mengalir jauh. Pengantin pergi ke tempat jauh ke tanah tak dikenal. Jangan lupa kembali mengunjungi ibumu.

Keinginan Hati Saya yang Paling Besar

Setelah bebeapa puluh tahun kerinduan saya pada tempat tinggal berkurang. Namun masih tersisa kenangan manis di dalam celah-celah jiwa saya. Masih ada perasaan ikatan yang kuat dan kesetiaan yang menghubungkan saya dengan orang-orang di kampung halaman tempat tinggal suku kami

Baru setelah saya mulai berlatih Falun Gong saya menyadari bahwa hubungan ini adalah suatu nasib yang sudah digariskan. Di dalam suku saya, hanya saya seorang yang menjadi praktisi Falun Gong. Kemudian saya juga menyadari bahwa saya menikah dan bertempat tinggal sangat jauh itu adalah agar saya memperoleh Fa, dan karenanya melalui saya orang-orang di suku kami bisa memperoleh manfaatnya juga.

Segera setelah saya memperoleh Fa, saya memperkenalkan Falun Gong kepada kerabat yang paling dekat. Kembali pulang ke komunitas suku saya untuk menyebarkan Fa menjadi keinginan hati yang sangat kuat.

Namun mulailah penganiayaan yang bertubi-tubi dan saya berkali-kali ditahan secara ilegal dan dikenai hukuman kerja paksa. Keinginan hati yang sangat kuat itu terpaksa ditangguhkan.

Suatu kali saya membaca alinea ini di Zhuan Falun

“Para Sang Maha Sadar menyelamatkan manusia, selalu memiliki sebuah surga sendiri, Sakyamuni, Amitabha, Vairocana dan lain-lain, para Buddha Tathagata ini dalam menyelamatkan manusia, semua punya sebuah dunia yang dipimpinnya sendiri. Dalam galaksi kita ini, dunia semacam ini ada 100 lebih, Falun Dafa kita juga punya Dunia Falun.” (Ceramah III: Gong aliran Buddha dan Agama Buddha)

Suatu ketika, saya menyadari bahwa saya dan kerabat dekat saya berasal dari kerajaan langit yang sama, dimana awan-awannya putih halus dan pohon-pohonnya berwarna hijau giok.Saya ingat bahwa saya juga melihat pemandangan reinkarnasi saya selama lebih dari ratusan tahun. Banyak dari pemandangan ini berkaitan dengan orang-orang terdekat. Keinginan lama saya untuk pulang, untuk mengklarifikasi faktakebenaran kepada orang-orang terdekat semakin menguat.

Perjalanan Pulang

Perjalanan pulang itu sangat sulit. Perjalanan dengan kereta api berlangsung selam dua hari satu malam dengan berkali-kali pindah kereta. Perjalanan terakhir memerlukan kendaraan beroda tiga. Pengemudi tidak mau pergi malam hari melewati hutan, jadi saya harus melakukan klarifikasi fakta kepadanya. Saya katakan bahwa saya ini seorang praktisi Falun Gong jadi tak mungkin mendapatkan bahaya, dan —karena dia menolong saya tentu juga tidak akan mendapatkan bahaya. Para dewa dan Buddha akan memantau kita. Ayahnya mengerti apa yang saya katakan. Lalu dia katakan kepada anak laki-lakinya, “Antarkan dia. Ibu ini tampaknya benar-benar seorang praktisi. Menolong dia akan mendapat berkah. Pergilah, saya akan menunggumu di rumah.”

Tengah malam di hutan pastilah menakutkan. Jalan di pegunungan tampak seperti benang berkelok-kelok, bergelombang tak kelihatan ujungnya. Kendaraan roda tiga itu berjalan di kegelapan, ditengah lolongan serigala dan jeritan kera. Kebanyakan orang pastilah tidak mau melakukan perjalanan seperti itu. Saya katakan kepada pengemudi, “Jangan takut. Katakan ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik’ Guru Dafa akan melindungi kita.” Saya memancarkan pikiran lurus sambil berbicara, untuk menghalau rasa takutnya maupun sambil melakukan klarifikasi fakta kepadanya.

Setelah berjalan beberapa kilo meter di jalan pegunungan di tengah hutan, akhirnya kami sampai di sebuah rumah penginapan pada jam 1.30. Pengemudi itu bersikeras akan pulang, katanya: “Saya sama sekali tidak takut. Sebaliknya saya merasa semua yang berada di hutan takut pada kita dan mereka menjauh. Saya percaya sekali tentang Falun Gong yang baru saja anda ceritakan.” Sekali lagi saya katakan kepadanya, “Untuk Mempercayai dan berulang-ulang melafalkan ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik’ akan melenyapkan kejahatan dan akan mengantarkan anda pulang dengan selamat. Saya akan mengirmkan getaran pikiran baik dari sini. Anda harus keluar dari partai komunis, agar para Dewa dan Buddha melindungi anda.” Pada jam 4 pagi saya hubungi dia, dia menjawab, “Terima kasih saya sudah keluar dari hutan dan hampir sampai rumah.” Tidak lama kemudian dia menelpon saya: “Terima kasih banyak pada anda. Ayah baru saja mengatakan bahwa anda seorang wanita yang hebat. Dia juga mengatakan baru pertama kali dia bertemu seorang praktisi sejati seperti anda. Dia sangat bahagia. Dia ingin berterima kasih lagi kepada anda.”

Sambutan yang Hangat

Keesokan harinya sementara menunggu jemputan saudara sepupu, saya mengunjungi salah satu perkemahan suku. Semua kerabat saya sangat gembira bertemu dengan saya lagi setelah sekian banyak tahun berpisah. Karena saya anak perempuan seorang Kepala Suku mereka berlutut di depan saya sesuai dengan adat suku, tetapi menurut perasaan saya hal itu karena diri mereka yang sejati mengenali saya, bahwa saya adalah satu-satunya yang membawa kebenaran kepada mereka. Ini adalah kemuliaan Guru, namun beliau membiarkan saya yang memperoleh kehormatan. Saya ceritakan kepada semua kerabat bahwa saya di sana adalah sebagai pengikut Falun Gong. Saya ceritakan kabar baik tentang Sejati-Baik-Sabar. Saya ceritakan juga tentang kultivasi dan penderitaan penganiayaan. Air mata mereka berlinang-linang. Kata mereka: “Kami tahu anda seorang yang baik, seorang terhormat di suku kami.”

Sepupu saya mengantarkan ke rumah nenek. Dulu kemah kami digunakan hanya untuk empat keluarga, sekarang ini meningkat menjadi 37. Semua kerabat memberi hormat kepada saya sesuai dengan adat, lalu memeluk saya sambil berkata: “Kami menunggu peristiwa seperti ini sudah lama sekali. Akhirnya anda pulang juga.”

Lebih dari seratus orang berkumpul di rumah bambu tradisional yang sudah tua milik nenek. Kami duduk bersama berpesta kecil reuni keluarga.

Ada suatu kebiasaan di suku kami, tidak memikirkan sesuatu berlarut-larut tetapi langsung mengungkapkan perasaan dalam bentuk nyanyian. Mereka menyanyikan apapun yang mereka lihat dan rasakan. Usia nenek hampir 100 tahun. Semangatnya masih tinggi ketika melihat saya. Dia mengacungkan jempolnya sambil mengucapkan pernyataan: “Cucu perempuan saya hebat!” Lalu dia bernyanyi:

“Cucu saya hebat, sungguh hebat. Cucu saya adalah batangan emas suku kita”

Semua kerabat kami berebutan mengundang saya untuk menginap di rumahnya dan makan bersama. Warga di suku kami sangat ramah. Jika ada seorang anak perempuan yang telah menikah kembali pulang setelah berpisah dalam jangka waktu yang lama, sudah menjadi adat setiap keluarga mengirimkan undangan untuk makan bersama; dan juga menjadi adat harus menerima semua undangan itu, tanpa kecuali.

Membuat Semua orang Memahami Fakta Kebenaran

Ada sepasang suami isteri yang sudah berusia akhir 70-an, empat atau lima kali mampir mengundang saya. Saya pergi ke rumahnya dengan membawa hadiah. Mereka menunggu saya dan telah menyediakan buah-buahan dan teh. Mereka menyalami saya dengan hangat, sambil mengucapkan: “Berpuluh tahun kami menunggu anda. Kami sangat merindukan anda. Anda adalah anak seorang kepala suku yang baik yang mengantarkan kita ke kedamaian dan kebahagiaan.” Setelah saya melakukan klarifikasi fakta kepada mereka, mereka menangis sambil mengatakan: “Kami mempercayai semua yang anda katakan. Semua yang anda katakan adalah benar dan baik. Anda telah pergi begitu lama dan kembali membawa kitab suci.”

Suatu hari saya sedang berdiri di tepi jalan sambil bercakap-cakap dengan bekas teman sekelas. Tiba-tiba ada seseorang mendekati dari belakang dan menepuk kepala saya sambil sedikit mengomel. Saya membalikkan badan dan terlihat seorang kakek yang umurnya lebih dari 80, bermata bulat, bongkok dan pipinya kempot karena giginya sudah habis. Dia menarik kedua tangan saya dan melayangkan tepukan lagi, “Kamu telah lupa. Kamu telah melupakan saya. Saya selalu memikirkan kamu setiap hari. Saya merindukan kamu setiap hari. Kamu telah kembali, tapi kamu tidak menemui saya.

“Ketika kamu masih anak-anak ayahmu menggadaikan kamu karena dia punya hutang lantaran kalah berjudi. Sayalah yang membayar tebusan. Suatu hari kita berada di tengah ladang ketika terjadi badai. Saya yang menggendong kamu dan berlari menuju ke bawah pohon. Kamu tidak mau saya gendong dan menggigit pundak saya. Lihatlah saya. Apakah kamu tidak kenal saya lagi? Saya adalah mantan kepala desamu!” Saya melihat lelehan air mata di mukanya karena menangis, “Mantan kepala desa, bagaimana keadaan anda? Sekarang saya teringat anda, maafkan saya. Hari ini saya pasti berkunjung ke tempat anda.” Saya ingin berkata lagi, tetapi tak ada satu kata pun dapat keluar, tertahan dalam kerongkongan.

Sore itu saya menyiapkan hadiah untuk berkunjung ke mantan kepala desa di rumah bambunya yang baru. Orang tua itu sangat gembira sekali. Dia memperkenalkan kepada semua anggota keluarganya dan menjamu saya sangat istimewa. Saya menceritakan kepada mereka tentang Falun Gong dan pengalaman mendapat penganiayaan. Katanya: “Kami telah mendengar itu. Kamu dianiaya. Kamu menderita. Partai Komunis itu jahat, saya tahu itu. Kamu telah membantu saya keluar dari partai. Kamu harus sering pulang dan menemui kita semua.” Jawab saya: “Pasti. Saya akan mengingat harus sering pulang menemui anda semua.”

Selama di sana saya gunakan setiap waktu yang terluang membuat jimat yang saya berikan kepada setiap orang. Mereka menerima dengan kedua belah tangannya, sambil mengatakan: “Kami mendapat berkah. Guru telah memberkahi kami.”

Saudara sepupu laki-laki saya seorang yang ramah. Dia sangat senang mendengarkan saya menceritakan fakta kebenaran. Dia sangat terkesima. Berkali-kali dia mengatakan: “Falun Gong sungguh sangat hebat. Partai Komunis menindas Falun Gong karena sangat takut akan ada semakin banyak orang menjadi baik.” Saya katakan kepadanya: “Mereka yang menjadi praktisi Falun Gong tidak akan mementingkan diri mereka, tetapi mementingkan kepentingan orang lain lebih dulu. Mereka tidak akan mengambil barang bukan milik mereka. Guru mengajarkan agar kita berkultivasi dan meningkatkan xinxing kita. Jangan menginginkan apa pun yang bukan milik anda, dan apa pun milik anda juga tidak akan hilang.” Dia mengangguk-anggukkan kepala, “Itu sangat masuk akal. Falun Gong sungguh benar-benar hebat.”

Keajaiban Terjadi

Pada suatu siang hari ketika saya sedang berjalan menuju ke rumah seorang kerabat. saya melihat ada dompet berwarna hitam. Saya mengambil dompet itu dengan maksud untuk mencari siapa yang memilikinya. Setiap orang mengatakan, “Kami mempunyai kebiasaan di sini, bila seseorang menemukan sesuatu barang dan tak ada seorang pun yang mengklaim itu kepunyaannya, maka yang menemukan itu boleh memilikinya.” Saya katakan kepada mereka, “Kami yang menjadi praktisi Falun Gong harus memikirkan orang lain. Siapa pun yang kehilangan dompet pasti merasa sedih. Jika saya tidak dapat menemukan pemiliknya, saya akan ke stasiun pemancar radio untuk membuat pengumuman.”

Ketika saya sampai di stasiun pemancar, saya bertemu saudara sepupu laki-laki saya dan saya menceritakan tentang penemuan dompet itu. Dia membuka dompet itu, terlihat lembaran-lembaran uang 100 yuan dan dua kartu bank. Dia memeriksa lebih teliti dan menghitung uangnya. Kemudian dia berteriak, “Ini dompet saya. Ada lebih dari 1.000 yuan, dua kartu bank, yang totalnya berisi puluhan ribu yuan. Terima kasih Falun Gong. Terima kasih Guru Li. Sekarang saya lebih percaya lagi pada ‘Sejati-Baik-Sabar baik.’ Falun Gong hebat.”

Kemenakan saya, anak keenam dari kakak laki-laki saya sedang dirawat di rumah sakit di kota. Dia menelpon saya hingga tiga kali untuk bisa bertemu dengan saya. Suatu hari sementara kami sedang makan siang dia datang dan memandangi kami Katanya. “Selama seminggu ini saya tidak pernah makan.” Jawab saya: “Mari, silahkan makan bersama kami. Kamu pasti akan baik-baik saja.” Sementara kami makan bersama saya ceritakan tentang kehebatan Falun Gong. Dia mendengarkan terus sampai selesai makan, lalu katanya: “Hebat, saya merasa enak sekarang. Rumah sakit tidak dapat menyembuhkan penyakit saya. Mendengarkan cerita kamu, saya merasa sehat sekarang, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Saya tak pernah merasakan enaknya makan dan begitu bahagia selama beberapa tahun ini.”

Saya menyertai kemenakan saya pulang dan melakukan klarifikasi lebih jauh. Kata saya, “Sekarang ini tak ada seorang pun yang membicarkan tentang moral, hanya uang. Orang akan mencelakakan orang lain untuk memperoleh keuntungan pribadi. Para Dewa dan Buddha ada dimana-mana. Setiap perbuatan jahat pasti akan dibalas. Demi untuk kita semua dan keluarga kita, kita harus segera mulai berbuat sesuai dengan ajaran Sejati-Baik-Sabar. Partai Komunis melakukan perbuatan-perbuatan buruk. Surga pasti akan menghancurkannya. Jika kita masih menjadi anggota partai, ketika surga menghancurkannya, kita pasti ikut musnah. Demi keselamatan kita harus keluar dari Partai dan organisasi afiliasinya.”

Saya ceritakan juga tentang peristiwa dompet itu. Seketika dia merasa gelisah. Saya tanyakan mengapa, dan jawabnya, “Kami pernah melakukan perbuatan buruk. Anak perempuan saya menemukan sebuah dompet di jalan. Saya periksa berisi lebih dari 2.000 yuan dan uang itu kami gunakan semuanya. Dalam kurun tiga bulan, seluruh tubuh anak saya warnanya berubah menjadi kuning dan terasa lemah. Dia tak kunjung sembuh meski telah dirawat di rumah sakit. Hingga sekarang sudah lebih dari tiga tahun. Kami telah mengeluarkan biaya hampir 30.000 yuan untuk perawatan di rumah sakit itu, namun dia masih juga belum bisa kembali bersekolah.”

Saya minta kemenakan saya itu menelpon anaknya. Saya melakukan klarifikasi fakta kepadanya dan saya minta dia untuk melafalkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” berulang-ulang Anak perempuan itu mendengarkan dengan penuh perhatian. Sebentar kemudian saya mendeteksi dari suaranya sepertinya semangatnya menjadi lebih baik. Pada hari-hari selanjutnya dia sering datang, Kata dia, “Saya merasa nyaman dan bahagia bila bersama anda.”

Musim panas yang lalu, anak ke-enam kakak laki-laki saya menelpon saya untuk mengatakan khusus kepada saya, “Terima kasih bibi. Terima kasih Guru Li. Kemarin lusa mobil saya terjatuh dari lereng yang tinggi dan rusak berat. Saya terjebur ke dalam sungai. Ada seorang yang sedang lewat menolong dan membawa saya ke rumah sakit. Saya tidak sadar selama sehari. Menurut dokter saya tidak menderita luka kecuali hanya tergores sedikit di atas alis mata. Uang dari perusahaan asuransi hampir mencukupi untuk membeli mobil baru. Para dokter mengatakan saya pasti mendapat perlindungan dari kekuatan yang sangat besar, begitu beruntung dan mendapat berkah. Saya tahu ini pasti Guru Li yang melindungi saya. Saya dengan yakin akan menceritakan hal ini kepada semua orang. Saya akan mengatakan agar selalu ingat, ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.’ Pasti Guru Li yang menyelamatkan saya. Terima kasih Guru Li!”

Meski jalan-jalan di pegunungan sekarang sudah bertambah baik, jalan yang naik turun itu bila dilewati masih menimbulkan rasa takut. Banyak pendakian dan penurunan sangat tajam, bahkan di beberapa tempat penurunannnya itu tampak hampir tegak lurus. Bila saya ingin pergi melakukan klarifikasi fakta kemana pun, selalu ada seorang muda yang dengan senang hati mengantarkannya dengan sepeda motor. Meski usia saya sudah hampir memasuki 60, saya berani pergi kemana saja demi tanggung jawab saya tentang penyelamatan makhluk hidup yang dengan penuh harap menunggu kedatangan saya untuk memberikan klarifikasi fakta. Lagi pula saya mempunyai Guru yang melindungi saya.

Saya mempunyai seorang bibi yang nafasnya tersengal-sengal bila dia bergerak. Ketika saya mengunjungi dia, saya harus membantu mendudukkanya di tempat tidur. Dia saya ajari melafalkan: “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Setengah jam kemudian, katanya: “Sepanjang hidup saya, belum pernah merasakan begitu enak dan nyaman seperti sekarang ini. Saya merasa segar dan ringan, seolah-olah dapat melayang. Juga terasa sperti ada yang berputar-putar di luar tubuh.” Saya katakan kepadanya: “Anda mempunyai takdir pertemuan. Semuanya ini pertanda baik. Harap kepercayaan anda ini dijaga selalu kuat.”

Bibi yang selalu berbaring di tempat tidur selama beberapa tahun belakangan ini tiba-tiba bangkit dan meninggalkan kamar. Dia kembali lagi dengan membawa nampan dengan beberapa pucuk dupa dan bungkusan dari kain kuning. Dia membawa nampan itu tinggi sejajar dengan kepalanya, duduk berlutut di depan saya, lalu berkata, “Melalui berkah anda, semua persoalan saya telah lenyap. Terima kasih. Dengan rendah hati terimalah persembahan saya. Jika anda menolak, dosa saya masih saya derita.”

Saya tahu di dalam bungkusan kain kuning itu uang tunai beberapa ratus yuan. Ini adalah formalitas kebiasaan suku kami dalam upacara persembahan kepada para Dewa dan Buddha. Umunya dilakukan juga untuk memberikan terimakasih yang istimewa kepada penderma atau penyelamat. Saya sering menemukan hal seperti itu bila mengunjungi kerabat-keabat lainnya. Saya selalu menolak dan mereka selalu mengatakan, “Jika anda tidak mau uang, ambil sesuatu yang istimewa sesuai adat suku kami.” Saya tetap menolak, dan mereka selalu saya ingatkan agar selalu mengatkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.”

Maka yang saya katakan kepada bibi: “Guru kita itu maha besar dan penuh belas kasih. Beliau tidak membolehkan kita menerima uang atau hadiah. Kita menyelamatkan manusia tanpa menerima balasan atau ketenaran nama, tetapi dengan tanpa egois sama sekali. Guru Li akan mengatur semuanya. Jika anda menaruh kepercayaan pada Falun Dafa, anda akan dijamin akan selalu dalam keadaan damai dan sejahtera.”

Saya katakan juga kepadanya, “Guru Li yang memberkahi anda. Jika ingin berterima kasih, tujukan kepada Guru Li.”

Kedua matanya berlinang-linang, lalu katanya, “Saya berterima kasih kepada Guru Li. Saya juga ingin menjadi pengikut Guru Li.”

Tua dan Muda sedang Menunggu Klarifikasi

Beberapa orang kerabat yang berusia 70-an dan mulai jompo mendengar kepulangan saya, mereka berdatangan. Mereka semua mendengarkan dengan penuh perhatian ketika saya membicarakan Falun Gong. Dan yang sudah berlatih selalu mengatakan yang sebenarnya dan tidak pernah berbohong, bahwa berkultivasi itu sangat baik bagi semua orang, meningkatkan xinxing itu membuat orang menjadi baik.

Mereka mengatakan, “Kami telah mendengarkan anda. Kami semua mempercayai yang anda katakan itu semuanya benar. Apa pun yang anda katakan kami mempercayainya. Semua yang dikatakan Partai tak lain hanya kebohongan. Falun Gong adalah Hukum Buddha. Kita semua mempercayai ajaran Buddha. Sejak sekarang kami mempercayai Falun Gong dan Guru Li.”

Anak-anak di setiap kemah suku sangat istimewa. Jika saya singgah dan tinggal di salah satu kemah, mereka memberi salam kepada saya sebelum berangkat ke sekolah, dan ketika pulang mereka membawakan saya aneka warna bunga liar. Mereka selalu ingat mengatakan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Setiap hari selalu saja ada seorang anak baru yang datang untuk mengatakan: “Nenek, saya belum keluar” atau “Saya belum mendapat amulet.” Saya selalu membantu seorang demi seorang keluar dari Partai Komunis dan organisasi afiliasinya dan memberi mereka masing-masing sebuah amulet.

Kadang-kadang saya pergi dengan kerabat ke hutan untuk memetik sayuran liar. Udara di tengah hutan sungguh segar, dan segala jenis bunga tumbuh di sana. Mata ketiga saya dapat melihat pohon-pohon, rerumputan, dan bunga-bunga semuanya ingin mendengarkan fakta kebenaran Falun Gong, jadi saya berteriak kepada mereka, “Harap diingat ‘Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Ada dua pohon yang sangat tinggi. Keduanya muncul berbentuk manusia di dimensi lain. Mereka sangat tua. Setelah saya melakukan klarifiksasi kepadanya, mereka mendekapkan kedua tangannya di depan dada dan berkata: “Kami telah menunggu di sini selama 6.000 tahun.”

Suatu hari di pasar ketika sedang menyusuri gang yang sempit saya dihentikan oleh seorang wanita, lalu bertanya: “Apakah anda kenal saya?” Saya perhatikan dia dan meski rasanya sudah kenal namun tak dapat mengingat namanya. Katanya lagi, “Saya dulu berjualan mi beras. Apakah lupa?” Setelah mendengar itu segera teringat. Selanjutnya saya ceritakan kepadanya: “Saya mendapatkan Fa Buddha di rumah ibu mertua saya. Yaitu Falun Gong yang dianiaya oleh Partai Komunis. Saya sudah menjadi praktisi selama lebih dari 10 tahun. Saya pulang sekarang ini tidak hanya menengok kampung halaman, secara khusus untuk menceritakan kepada setiap orang tentang Falun Gong.” Dia sangat tersentuh dan terharu. Dia menangis dan memeluk saya erat-erat.

Suatu hari yang lain ada seorang teman kemenakan saya datang saat kemenakan sedang keluar kota. Saya melakukan klarifikasi kepadanya dan membantu dia keluar dari Partai. Ketika kemenakan telah di rumah dia mengunjungi temannya itu, yang kala itu baru saja selesai membangun rumah. Dia mengajak untuk ikut merayakannya. Kata temannya lagi, “Bibimu itu baik. Jangan lupa ajak dia datang.”

Ada kemenakan laki-laki lainnya yang tak mau berpisah dengan saya selama seminggu. Dia melafalkan tak henti-hentinya: “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.” Sekali amuletnya dikalungkan di lehernya dia tak mau melepaskannya lagi. Dia juga minta diajari lima gerakan latihan. Dia belum pernah duduk dalam posisi lotus (sila ganda) tetapi dalam waktu setengah jam dia sudah bisa. Katanya, “Duduk dalam posisi seperti ini terasa nyaman. Meski sedikit nyeri, saya tak akan melepaskannya. Saya merasa penuh energi setelah duduk seperti ini.”

Saya mencari siapa saja yang pernah saya kenal untuk melakukan klarifikasi kepada mereka dan menolong keluar dari Partai. Saya lakukan juga kepada orang-orang yang belum saya kenal. Karena berasal dari daerah yang sama, aksen ucapan kami adalah sama, dan kebiasaan kami juga sama, jadi kami segera bisa saling cocok satu sama lain. Dengan sedikit pemanasan, klarifikasi fakta itu berjalan dengan mudah.

Saya juga mendengar selentingan bahwwa ada bekas teman wanita sekelas tinggal di kota kecil tetangga. Saya menelpon dia dan mengunjungi dengan taksi. Jalan menuju ke kotanya melewati tanaman kapas sutera yang sedang berbunga berwarna merah cerah. Di kota ini tinggal orang-orang dari suku minoritas. Anak perempuan teman saya dan menantunya keduanya pegawai kantor pemerintah setempat. Mereka menerima saya dengan penuh kehangatan. Mereka menjamu saya dengan nasi yang baunya semerbak, yang dimasak dalam bambu, juga nasi biasa. Mereka mengajak saya berkeliling menikmati pemandangan di sekitar kota.

Seluruh waktu saya gunakan menceritakan kepada mereka tentang perubahan-perubahan yang saya alami setelah saya menjadi praktisi Falun Gong dan kebaikannya, dan juga keburukan Partai Komunis. Semua anggota keluarganya telah keluar dari Partai. Anak laki-lakinya mengidap semacam penyakit, jadi dia terus menerus melafalkan “Falun Dafa baik, Sejati-Baik-Sabar baik.”

Sebulan telah lewat dengan cepat. Saya merasa terharu. Orang-orang sesuku saya begitu sederhana dan ramah. Mereka semua mempercayai Falun Gong. Sepertinya mereka telah lama menunggu kedatangan saya untuk menceritakan fakta kebenaran pada tahun-tahun ini.

Pada malam sebelum hari saya meninggalkan tempat ini, banyak orang berkali-kali meminta saya agar nanti sering kembali berkunjung. Ada beberapa orang yang mengusulkan jika sudah pensiun agar kembali ke sini. Bahkan salah seorang mengatakan, “Saya akan menghadiahkan kebun teh di atas gunung. Saya jamin anda akan hidup lebih nyaman di sini di pegunungan daripada di kota sana.”

Bulan mulai terbit. Kami mulai menyanyikan lagu adat kami:

Usai mendengarkan Falun Gong
hati kami menjadi ringan bercahaya, sekarang dan seterusnya
Kami bekerja keras dan bertahan selama hidup
Sembilan kata-kata emas akan abadi di hati kami
Besok kereta api berbunyi melengking
Saudari kami akan pergi Malam ini melon dan buah-buahan harum menggoda
Saudari jika anda mendengar nyanyian burung
Sadarilah itu panggilan untuk anda agar kembali pulang
Pohon kelapa berbuah kelapa
Buah kelapa berair melimpah segar
Saudariku pulang menyelamatkan kami
Berhasil mencapai kesempurnaan menuai buah Buddha sejati

Chinese version click here

English version click here