(Minghui.org) Dulu tidak begitu memerhatikan diri sendiri, bila sangat sibuk lebih-lebih tidak memerhatian penampilan, sibuk sampai lupa diri. Sekarang setelah berkultivasi Dafa, bagaimana sibuk pun harus memerhatikan sedikit penampilan, dalam mengklarifikasi fakta juga harus bisa diterima orang lain.
Bagi seorang kultivator tidak ada
sesuatu yang kebetulan, keterikatan apa pun tidak bisa di bawa ke
langit. Mana yang lebih penting keterikatan hati, harga diri
manusia atau menghargai Guru dan Fa lebih penting? Saya sering
mencium bau mulut rekan praktisi, dikarenakan harga diri, tidak mau
orang lain merasa tidak enak hati di depan saya, jadi tidak
menyinggungnya. Bila dipertimbangkan, ini adalah sebuah hal yang
menghalangi penyelamatan makhluk hidup, harus dibicarakan
juga.
Ada seorang rekan praktisi dengan belas kasihnya, telah membuat
hati suaminya tergerak. Sehingga suaminya memutuskan untuk
berkultivasi Dafa suami isteri mulai belajar Fa bersama. Suaminya
mengatakan: “Tunggu sebentar?!” Sambil berbicara sambil berjalan
keluar ruangan, mencuci muka, menyikat gigi, menyisir rambut.
Sebentar kemudian, kembali dengan rapi dan berkata: “Sudah selesai,
mari kita mulai.” Isterinya mengatakan: “Perhatian sekali dengan
hal-hal seperti ini.” Suaminya mengatakan sebuah kata: “Ini adalah
Fa Buddha, mana boleh sembarangan?” Lalu naik ranjang duduk bersila
tetapi belum baik karena adalah hari pertama belajar Fa, masih
belum masuk ke jalur kultivasi. Isteri memujinya dengan berkata:
“Sepertinya sangat serius!”
Rekan-rekan praktisi: mari lihat kami rekan parktisi lama yang
telah berkultivasi sepuluh tahun lebih, lihatlah bagaimana kami
berbuat. Kondisi yang lebih baik sebelum membaca dan belajar Fa
mencuci tangan dulu, tetapi yang setelah selesai belajar Fa
meletakan buku Fa sembarangan juga ada.
Kita bicarakan lagi masalah bau mulut, juga ada sebuah kisah kecil.
Sebuah kejadian beberapa tahun yang lalu, ada seorang rekan
praktisi, anaknya jika berbicara selalu menatap wajah ibunya,
melihat wajah ibunya baru bicara. Tetapi tidak tahu mulai kapan
mulut anak itu sangat bau. Bau mulutnya membuat ibunya sangat tidak
nyaman, akhirnya mencari berbagai cara untuk mengobatinya. Awalnya
masih berefek, tetapi kemudian bau mulut anak itu bertambah hebat,
menggunakan obat juga tidak berefek lagi, baru menyadari: Bagaimana
seorang anak kecil bisa ada bau mulut? Apakah diri sendiri ada
berbuat yang tidak baik? Apakah diri sendiri selalu berbicara
dengan nada terlalu keras? Apakah dalam hal kultivasi mulut kurang
baik? Mulail mencari ke dalam tetapi tidak menemukannya, jadi
memutuskan untuk lebih memerhatikan perilaku diri sendiri.
Suatu kali sehabis makan, terasa mulut tidak enak, lalu berkurmur,
tetapi masih juga merasa tidak enak, sehingga memutuskan untuk
menyikat gigi. Kali ini merasa lebih nyaman, lalu belajar Fa.
Anak-anak bermain disamping juga tidak merasa terganggu. Tidak
setiap kali seperti demikian, begitu menarik anak mendekati
tubuhnya, sebelum anaknya berbicara, bau mulut yang membuat sakit
kepala langsung menyengat hidung, apalagi ketika sedang belajar Fa.
Hari ini, anaknya memalingkan kepala menghadap wajah ibunya
berbicara, juga tidak merasa apa-apa, biasanya, ia sudah mendorong
pergi anaknya.
“Wow, mulut kamu mengapa tidak bau lagi!” Kenapa tiba-tiba tidak
bau lagi? Secara tidak sadar seluruh tubuh tergetar: “Betul! Ini
gara-gara saya tidak menghormati Fa, masih saja mencari-cari.”
Suasana hati sudah tidak perlu dibicarakan lagi. Waktu itu praktisi
tersebut baru menyadari bahwa Buddha, Dao, Dewa, Fashen Guru di
dalam buku selalu menghadapi mulut yang sedemikian bau! Selalu
bicara menghormati Guru dan Fa, ternyata itu hanya bicara di mulut
saja. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh, janganlah meremehkan
hal-hal kecil yang sepele itu.
Guru di dalam buku Zhuan Falun mengatakan kepada kita semua: “Dalam
buku saya huruf demi huruf sudah merupakan citra dan Falun saya,
setiap perkataan adalah saya yang mengucapkan.” “Buku ini sudah
tidak dapat diukur dengan suatu nilai.” Bisa dibayangkan tangan
kita setiap hari sedang memegang apa? Yang kita pelajari itu apa?
Apa yang dibaca keluar oleh mulut kita? Sebuah Fa yang demikian
sakral? Habis makan tidak mengkumur mulut, lalu dengan asal-asalan
membuka buku dan membacanya?
Di pandang dari sudut lain, ketika kita sedang mengklarifikasi
Fakta kepada orang, jika mulut kita bau, ini juga adalah sebuah
gangguan terhadap penyelamtan makluk hidup?
Di sini berharap seluruh rekan praktisi lama dan baru: sebelum
belajar Fa, kita semua seharusnya meluruskan tubuh diri sendiri.
Mencuci tangan dulu, mengkumur dan menyikat gigi, duduk dengan
tegak, bersila. Memancarkan pikiran membersihkan diri selama lima
menit, gangguan dari luar akan sangat sedikit, hati juga sudah bisa
tenang, belajar Fa juga masuk ke dalam hati. Jika sudah tidak bisa
tahan, turunkan kaki lalu pelan-pelan naikan lagi, dan lihatlah,
setelah melewati bayangan gelap pohon willow, akan ditemukan
kecerahan bunga dan sebuah kota lain, juga bisa berhasil mencari
sumber bau mulut diri sendiri, dan juga bisa menatanya dengan
baik.