(Minghui.org)
Praktisi Falun Gong di Singapura berkumpul di Hong Lim Park pada 15
Juli 2014, menyelenggarakan rapat umum dan nyala lilin memperingati
15 tahun perlawanan damai praktisi menentang penganiayaan, dan
mengenang para praktisi di Tiongkok yang telah kehilangan hidup
mereka karena tetap teguh dalam keyakinannya.
Mereka menyerukan kepada masyarakat dunia untuk mempelajari
fakta-fakta dan bekerja sama untuk mengakhiri penganiayaan brutal
yang dilakukan oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), khususnya,
kejahatan sistematis dan kejahatan rezim mengambil organ dari para
praktisi Falun Gong yang masih hidup.
Hampir 200 pengunjung dari lebih dari 20 negara, dan penduduk
setempat, menandatangani petisi yang menyatakan dukungan mereka
terhadap upaya praktisi selama acara tiga jam.
Sia, juru bicara Asosiasi Falun
Dafa Singapura berkata dalam pidatonya, "15 tahun yang lalu pada 20
Juli 1999, Ketua Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin meluncurkan
kampanye penganiayaan brutal nasional untuk melenyapkan Falun Gong
di Tiongkok."
"Untuk saat ini, jutaan praktisi Falun Gong telah ditangkap,
dipenjara, disiksa, dipecat dari pekerjaan, diusir dari sekolah,
dan dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka. Ratusan ribu orang
dipenjara di kamp kerja paksa, dipaksa bekerja selama berjam-jam.
Lebih dari 80.000 kasus penyiksaan telah direkam, dan 3769
dipastikan telah tewas. Puluhan ribu telah menjadi korban Program
rahasia pengambilan organ paksa."
"Hari ini kita mendesak semua orang baik hati di Singapura,
termasuk pemerintah, untuk menegakkan tujuan mulia hak asasi
manusia di abad ke-21, membantu mengakhiri genosida yang sedang
berlangsung. Komunitas Falun Gong di Singapura menyerukan kepada
semua orang di Singapura tidak menyerah oleh paksaan atau bujukan
PKT, dan menetapkan contoh yang baik menjunjung tinggi
prinsip-prinsip moral."
"Penganiayaan Panjang Harus Segera
Berakhir!"
Lewat tempat rapat umum banyak penduduk setempat, dan wisatawan
yang berasal dari lebih dari 20 negara, termasuk Italia, Prancis,
Republik Ceko, Australia, Amerika Serikat, Sri Lanka, Rusia,
Belgia, Brazil, Jerman, Selandia Baru, Indonesia, Rumania,
Malaysia, Filipina, Skotlandia, Korea, dan India.
Mereka terkejut setelah mendengar kebrutalan penganiayaan, dan
mengungkapkan harapan kuat untuk mengakhiri genosida ini. Banyak
orang menandatangani petisi untuk mendukung upaya praktisi dalam
meningkatkan kesadaran tentang kejahatan keji rezim komunis
mengambil organ paksa.
Di antara mereka yang menandatangani petisi beberapa profesional
hukum. Salah satu dari mereka berkata, "Saya berharap satu tanda
tangan lagi dapat memberi bantuan!"
Freixo, koordinator periklanan internasional Portugis yang tinggal
di London, sedang dalam perjalanan bisnis dua hari ke Singapura,
dan datang ke tempat rapat umum. Ia mengatakan bahwa ia merasa malu
sebagai manusia yang masih melakukan kekejaman seperti itu di
masyarakat saat ini. Ia berharap bahwa orang-orang dapat bekerja
sama menentang dan menghentikan penganiayaan, terlepas dari ras,
kebangsaan, atau keyakinan agama.
Harwood dari Skotlandia menandatangani petisi dan berkata bahwa
tidak ada yang memiliki hak mengambil nyawa orang lain, bahkan jika
ia hanya memiliki satu nafas yang tersisa.
Chowdhury, seorang analis Bangladesh yang telah bekerja di sebuah
perusahaan konsultan manajemen bisnis di Singapura selama enam
tahun, kagum saat melihat praktisi damai melakukan meditasi di
bawah spanduk menyerukan diakhirinya penganiayaan. Dia merasa itu
luar biasa damai untuk memprotes penganiayaan dengan cara ini,
karena benar-benar dapat menangkap perhatian orang.
Rebecca dan Priya, dua wanita muda dari Singapura, sangat terkesan
dengan adegan damai, dan berkomentar bahwa membunuh orang dan
mengambil organ paksa merupakan kejahatan terhadap
kemanusiaan.
Tiga guru lokal menandatangani petisi, dan salah satu dari mereka
mengatakan bahwa itu tidak manusiawi dan tidak bermoral mengambil
organ dari orang yang hidup, dan semua manusia harus menentang
kejahatan tersebut.
Beberapa orang Tionghoa tidak hanya menandatangani petisi untuk
menunjukkan dukungan mereka, tetapi mundur dari PKT dan organisasi
afiliasinya.
Tetap Teguh Setelah Menahan Penganiayaan selama
bertahun-tahun
Cheng, yang baru-baru datang ke Singapura dari Tiongkok, telah
menjadi praktisi selama 20 tahun. Dia mengatakan bahwa dia tidak
bisa menahan tangis saat membaca informasi pada papan display, yang
jelas menggambarkan situasi nyata praktisi Falun Gong di
Tiongkok.
Dia menghargai kesempatan di luar Tiongkok untuk dapat secara bebas
berbicara dengan orang tentang penganiayaan Falun Gong.
Ibunya dipenjara di Tiongkok. Dia secara ilegal dihukum 13 tahun
karena berlatih Falun Gong.
Ia berharap orang akan mempelajari fakta-fakta dan mampu membedakan
baik dari yang jahat.
Chinese version click here
English
version click here