(Minghui.org)
“Saya tidak mengetahui ketika isteri saya meninggal, dia dalam
pengawasan polisi hingga empat bulan kemudian. Dia tetap
berada di pusat pencucian otak sedangkan saya saya ditahan di kamp
kerja karena kami berlatih Falun Gong.” Itulah kata-kata Huang
Guohua [pria] pada rapat umum tanggal 20 Juli 2014
“Dia meninggal pada umur 29 tahun —dan sedang mengandung tiga bulan
ketika meninggal— “ tambahnya.
Pada musim dingin yang menggigil ini, para praktisi melakukan
parade dan rapat umum di Lapangan Ratu Elizabeth di Auckland,
Selaindia Baru untuk meningkatkan kesadaran akan penganiayaan
selama 15 tahun terhadap Falun Gong di Tiongkok
Pejalan kaki datang mengelilingi lokasi dan mempelajari apa yang
sedang terjadi. Para praktisi mendemonstrasikan gerakan latihan,
mengibarkan spanduk, dan melakukan reka ulang beberapa metode
penyiksaan yang dialami praktisi yang ditahan polisi.
Para praktisi menceritakan kepada pejalan kaki tentang15 tahun penganiayaan di Tiongkok
Fotografer: Media Barat
Seharusnya Tidak Mengabaikan Pelanggaran HAM yang Seberat
itu
Dengan menunjuk kerangkeng di sebelahnya, Huang [pria] mengatakan
dia pernah ditahan dalam kerangkeng seperti itu di kantor
kepolisian lokal pada tahun 2000 setelah polisi mengetahui dia
berlatih Falun Gong. “Selain itu saya dipukuli dan dipaksa untuk
bekerja berat,” tambahnya.
Reka ulang cara penyiksaan yang
dialami praktisi di Tiongkok: Kerangkeng besi dan pengambilan organ
tubuh
Luo Zhixiang, isteri Huang Guohua, meninggal dalam tahan polisi
ketika berusia 29 pada tahun 2002
Luo Zhixiang, seorang arsitek
yang bekerja di Kooperasi Industri Nongken di Guandong, ditahan
pada 20 November 2002. Dia ditahan di pusat penahanan. Setelah
kehamilannya dipastikan bukannya dibebaskan, tetapi penguasa
mengirimkan dia ke pusat pencucian otak, ia meninggal beberapa hari
kemudian pada tanggal 4 Desember.
Banyak pejalan kaki berhenti untuk menyaksikan atau datang untuk
mengambil informasi lainnya. Seorang fotografer yang bekerja untuk
sebuah media mengambil banyak foto. Dia mengambil beberapa
informasi dan mengatakan media Barat seharusnya tidak mengabaikan
pelanggaran HAM berat seperti ini.
Banyak orang Tionghoa Mempelajari Fakta
Para mahasiswa Tionghoa dan turis mendapati peristiwa ini suatu
daya tarik yang khas. Seorang pria Tionghoa yang baru saja datang
dari Tiongkok mengatakan dia sedang mencari sarana untuk menembus
blokade Internet untuk memperoleh informasi yang tanpa sensor bila
nanti kembali ke Tiongkok
Mahasiswa Tionghoa dan turis mempelajari Falun Gong dan penganiayaan
Mereka sangat terkejut mgetahui
kebrutalan penganiayaan itu. Setelah praktisi menjelaskan
pentingnya keuar dari organisasi-organisasi Partai Komunis Tiongkok
(PKT), ada 90 rang Tionghoa meninggalkan PKT dan orgnisasi
afiliasinya,
Peristiwa yang sama juga diselenggarkan di Wellington, ibu kota
Selandia Bara, pada tanggal 18 dan 19 Juli. Pada 20 Juli malam,
kegiatan nyala lilin dilakukan di depan Konsulat Tiongkok, untuk
mengenang para praktisi yang meninggal akibat penganiayaan, dan
memohon bantuan untuk menghentikannya.
Rapat umum di Wellington, ibu kota
Selandia Baru, pada 18 dan 19 Juli, menyerukan penghentian
penganiayaan.
Acara penyalaan lilin di depan Konsulat Tiongkok pada malam hari
tanggal 20 Juli 2014. Para praktisi memegang foto-foto praktisi
yang meninggal akbibat dari penganiayaan.