(Minghui.org) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Oase Universitas Katolik Atma Jaya mengundang praktisi Falun Dafa di Jakarta untuk memperkenalkan Falun Dafa serta bersama-sama menggelar pameran foto “The Journey of Falun Dafa” di lingkungan kampus.
Oase yang merupakan organisasi
mahasiswa, dibentuk dengan latar belakang tragedi / kerusuhan
rasial Mei 1998, karena itu sejak pendiriannya, organisasi ini
telah berorientasi pada tema-tema kemanusiaan.
Penganiayaan kejam yang dihadapi para praktisi Falun Dafa di
Tiongkok, serta resistensi damai dan tanpa kekerasan dari para
praktisi di berbagai belahan dunia untuk membantu menghentikan
kekejaman dan genosida penguasa komunis Tiongkok terhadap Falun
Dafa, telah mengundang simpati dari aktivis Oase untuk bantu
menyuarakan isu HAM tersebut.
Pameran foto “The Journey of Falun Dafa” dilangsungkan pada 16
November 2015. Selama pameran tersebut, para aktivis Oase bersama
beberapa praktisi Falun Dafa menjelaskan latar belakang kegiatan,
membagikan brosur pengenalan Falun Dafa kepada para mahasiswa
lainnya yang datang ke pameran di Hall C Kampus.
Banyak mahasiswa keturunan
Tionghoa mengatakan mereka pernah mendengar berita tentang
penganiayaan Falun Gong (Falun Dafa) tetapi tidak mengerti mengapa
pemerintah komunis Tiongkok menganiaya kelompok yang menurut
pengamatan mereka – sangat damai ini. Sementara beberapa mahasiswa
lainnya telah mendengar saat ini banyak terjadi pelanggaran HAM
berat di Tiongkok, tapi belum pernah mendengar tentang
penindasan Falun Dafa.
Seorang pria asal Spanyol berkata dia telah mendengar tentang
penganiayaan Falun Dafa, karena dia pernah tinggal di Tiongkok
selama beberapa tahun, sambil menunjukkan tato pada tangannya yang
bertuliskan sajak Tiongkok tradisional. “Saya tidak bisa membaca
huruf tradisional,” ujarnya tertawa. “Saya belajar huruf yang telah
disederhanakan”, tambahnya. Ketika praktisi mengutarakan fakta
bahwa sesungguhnya banyak sekali kebudayaan tradisional Tiongkok
yang mengedepankan moralitas, telah dihancurkan pada masa
Revolusi Kebudayaan, ia mengangguk setuju. Dia menambahkan,
“Dunia dikuasai oleh orang-orang lalim, saya sedih.” Sebelum
berpisah ia mengutarakan harapannya agar upaya damai praktisi
berhasil.
Seorang pria setengah baya
mengamati foto dengan penuh perhatian. Ia banyak mengajukan
pertanyaan kritis seputar Falun Dafa karena sebelumnya pernah
mendengar bahwa Falun Dafa adalah kelompok politik. Setelah
praktisi jelaskan bahwa berbagai upaya damai yang praktisi Dafa di
seluruh dunia lakukan, tidak memiliki tujuan politik, tetapi hanya
untuk meluruskan kembali fitnahan-fitnahan yang dilontarkan
penguasa komunis Tiongkok serta menghentikan penganiayaan terhadap
rekan-rekan praktisi di daratan Tiongkok, sikapnya perlahan
berubah. Sebelum meninggalkan pameran, dia berkata akan mencari
tempat latihan terdekat.
Setelah berbincang lama dengan para praktisi, seorang mahasiswa
berkata, “Falun Dafa ini bagus banget.” Ia menceritakan selama ini
dia hidup penuh kekuatiran dan kecemasan. Sejak kecil ia juga
senantiasa bertanya-tanya apa sebenarnya makna hidup manusia yang
demikian singkat. Setelah mendengar kejamnya penindasan, dia
terlihat prihatin, kemudian datang kembali bersama pacarnya yang
juga mahasiswi, untuk menandatangani form pelaporan kejahatan Jiang
Zemin, bahkan meminta form kosong untuk ia mintakan tandatangan
dari teman-teman kuliahnya.
Seorang anggota panitia berkata ia juga akan perkenalkan Dafa
kepada ibunya, sementara beberapa mahasiswa secara langsung mencoba
perangkat latihan di tepi ruang pameran.
Beberapa pengunjung lainnya menuliskan kesan dan komentarnya,
antara lain:
- Falun Dafa indah
- Pameran yang mengesankan
- Maju terus Falun Dafa
- Memahami lebih dalam Falun Gong
- Mengherankan mengapa PKC menindas Falun Gong