Tayangan gerak lambat dari program TV Sentral Tiongkok (CCTV) menunjukkan bahwa salah satu perempuan, Liu Chunling—yang menurut versi Kantor Berita Xinhua (corong resmi Partai Komunis Tiongkok) meninggal karena luka bakar—sesungguhnya karena menerima pukulan keras di dahinya, yang terlihat seperti sebuah balok metal, yang digunakan oleh seorang pria dengan mantel militer. Perempuan ini terlihat langsung roboh dan dapat dipastikan tewas seketika akibat pukulan tersebut. Pria yang mengenakan mantel militer sangat jelas terlihat tidak berupaya menyelamatkan Liu Chunling. Siapakah dia? Kenapa ia membunuh Liu Chunling?
1. Liu Chunling Meninggal
Akibat Pukulan di Kepala, Bukan Karena Bakar Diri
Terkait benda yang sepertinya
melayang dari belakang kepala Liu, beberapa berkata bahwa itu
sebuah senjata mematikan, beberapa berkata bahwa itu adalah rambut
Liu, dan beberapa lainnya berkata bahwa itu adalah pakaian Liu.
Tapi semua analisa mempunyai kesamaan, benda itu tidak berasal dari
gas yang disemprotkan alat pemadam api yang digunakan saat itu;
faktanya benda itu terhempas ke udara ke arah polisi yang memegang
alat pemadam api. Ini mengindikasikan bahwa benda itu tidak keluar
dari pemadam api, tapi adalah beberapa potongan benda yang
terlempar ke luar dari kepala Liu setelah ia menerima pukulan. Kita
dapat melihat benda itu tampaknya bengkok ketika terlempar di udara
menunjukkan betapa kerasnya pukulan pada tengkorak kepala Liu dan
bagaimana kerasnya pukulan si penyerang. Kita bahkan bisa melihat
tangan kiri Liu secara refleks berupaya memegang kepalanya, tepat
di mana ia dipukul, ketika ia roboh.
2. Tidak Mungkin Liu Chunling Terbakar Hingga Tewas Seperti
Apa yang Diklaim
Dalam adegan di mana Liu Chunling dipukul hingga tewas, kita bisa
melihat rambutnya terbakar. Ini berarti jangka waktu ketika ia
terbakar sangatlah singkat – tidak mungkin lebih dari beberapa
detik. Namun para polisi mulai memadamkan api dari awal timbulnya
api. Jika petugas berupaya memadamkan api sedemikian cepat, Liu
tidak mungkin tewas karena api, karena petugas pasti telah berhasil
memadamkan api sebelum cedera parah terjadi.
3. Artikel Washington Post Memaparkan bahwa Liu Chunling
Tidak Berlatih Falun Gong
Pada 4 Februari 2001, harian Washington Post menerbitkan sebuah
headline laporan investigasi berjudul: “Api Manusia Menyalakan
Misteri Tiongkok – Motif bagi Bakar Diri di Muka Umum untuk
Mengintensifkan Pemusnahan Falun Gong.” Artikel ini menyebutkan
beberapa fakta termasuk hal berikut:
* Liu Chunling bukanlah warga asli Kaifeng dan mencari nafkah
sebagi pendamping tamu di klub malam;
* Liu Chunling kerap memukul ibu dan putri kecilnya;
* Tidak seorangpun pernah melihat Liu berlatih Falun Gong.
Klik
di sini untuk membaca laporan.
4. Botol Sprite Plastik, Seharusnya Terisi Bensin, Tidak
Terbakar Api
Salah seorang pelaku, Wang Jindong, menggunakan sebuah botol Sprite
plastik berwarna hijau yang berisi bensin untuk menyiramkan bensin
ke tubuhnya untuk membakar diri. Dalam liputan video, botol Sprite
terlihat berada di antara kaki Wang. Sebuah botol plastik terisi
bensin seharusnya merupakan benda pertama yang akan meleleh, tapi
ternyata tetap utuh di antara kakinya.
5. Wang Mengenakan
Pakaian Tebal, Topeng Asbes, Rambut Sepenuhnya Utuh
Pengamatan lebih cermat memaparkan bagaimana rambut Wang masih
relatif utuh, dengan sebuah garis lurus pada kepalanya. Rambut
terbakar dengan cepat dan seharusnya menjadi benda pertama yang
terbakar. Pakaiannya tebal, seperti untuk melindungi dirinya dari
api. Ia juga terlihat memakai topeng asbes (perhatikan posisi
rambutnya). Semua orang seharusnya memerhatikan bahwa kulit
seseorang akan melepuh dalam beberapa detik ketika air mendidih
mengenainya, dan mengakibatkan luka bakar yang sangat menyakitkan;
tapi kulit Wang seperti tidak terluka akibat api ini. Selanjutnya,
ketika bensin terbakar, suhu bisa mencapai 750 derajat Fahrenheit
(sekitar 389 derajat Celcius). Tapi telinga, rambut dan kulit
kepada Wang tetap utuh setelah peristiwa ini.
Rambut manusia sangat mudah terbakar, terbakar sangat cepat.
Faktanya rambut akan terbakar secara menyeluruh hanya dalam
hitungan detik jika tidak dipadamkan dengan cepat. Namun, dalam
video dugaan bakar diri, terlihat rambut Wang Jindong tidak rusak
dari api sama sekali, sementara wajahnya terlihat terbakar hingga
berwarna abu-abu. Sumber yang memproduksi video ini ingin
orang-orang percaya bahwa api telah membakar wajahnya, tetapi
bagian tubuh yang paling mudah terbakar, rambut malah tetap utuh.
Menurut laporan, polisi memadamkan api kurang dari semenit.
Tidaklah mungkin rambutnya dapat terhindar dari cedera
sedikitpun dalam kobaran api bensin intensitas sedemikian tinggi.
Pemeriksaan saksama dari video ini menunjukkan bahwa rambutnya
sangat rapi dan seperti tercetak yang tidaklah mungkin jika ia
terbakar. Selanjutnya, alis di wajah Jindong juga bahkan tidak
terbakar! Bukti ini menandakan bahwa Wang Jindong tidak mungkin
telah membakar dirinya sendiri. Ia mungkin telah menggunakan
make-up untuk membuat wajahnya terlihat seperti habis terbakar.
Atau, Wang Jindong menggunakan bahan bakar khusus, seperti yang
digunakan dalam film atau theater, yang membuatnya dapat
menghindari cedera fisik tapi menyajikan sebuah pertunjukan nyala
api bagi liputan video.
6. Polisi Menunggu Isyarat untuk Menutupi Korban dengan
Selimut Pemadam
Dalam film TV Sentral Tiongkok (CCTV), kita melihat seorang polisi
menunggu di belakang Wang ketika ia duduk di Lapangan Tiananmen.
Hanya setelah Wang Jindong meneriakkan beberapa slogan, polisi
menutupinya dengan selimut pemadam api—seperti menunggu aba-aba.
Jika ini benar-benar menyangkut hidup atau mati, seseorang pasti
akan langsung menutupinya dengan segera.
7. Wang Bisa Berbicara
Meskipun Api Bensin Membakar Tubuhnya
Pita suara Wang tidak cedera meskipun berada dalam suhu yang
benar-benar sangat tinggi dari api bensin yang terbakar. Ketika
seseorang bernapas dengan udara yang begitu panas, pasti akan
mengakibatkan cedera pada lidah, pita suara, dan bahkan batang
tenggorokan. Untuk seorang pria yang tubuhnya terbakar, suaranya
masih baik-baik saja—ia bahkan berteriak dengan lantang dan
jelas.
8. Tubuh Wang Jindong Tidak Pernah Terlihat
Terbakar
Meskipun Xinhua mengklaim bahwa Wang terbalut oleh api yang membara
dan asap, rekaman CCTV tidak pernah memperlihatkan dirinya tengah
terbakar atau mengepulkan asap. Lebih lanjut, kekeliruan ini
diperparah oleh fakta bahwa selimut pemadam api tidak memadamkan
apa pun.
9. Tidak Ada Kata-Kata Wang Jindong atau Posisi Meditasinya
yang Mirip Falun Gong
Pejabat Pemerintah berkata bahwa Wang Jindong adalah praktisi Falun
Gong, dan ia bertanggung jawab mengoordinasi insiden bakar diri.
Kata-kata yang diteriakkan Wang jika dialihbahasakan: “Dafa
universal ini adalah sesuatu yang semua orang harus
lewati...”
Setiap orang yang telah mempelajari Falun Gong mengetahui bahwa
kalimat ini tidak mempunyai makna apa pun dalam Falun Gong.
Meskipun demikian, kata-kata ini, dan pose duduk Wang Jindong
diambil sebagai dasar bagi klaim Kantor Berita Xinhua bahwa para
pelaku bakar diri adalah praktisi Falun Gong. Tidak ada fakta
pendukung lainnya. Sesungguhnya, pose duduk Wang juga bukanlah
karakteristik Falun Gong.
Falun Gong mensyaratkan praktisi untuk duduk bersila ganda ketika
meditasi. Pose yang disebut lotus penuh. Pemula diperbolehkan untuk
bersila tunggal, dengan hanya menyilangkan satu kaki, sampai mereka
lebih fleksibel, mampu untuk bersila ganda. Seperti yang bisa kita
lihat di video, pria yang diklaim Xinhua sebagai praktisi Falun
Gong bahkan tidak duduk dengan pose sila tunggal. Media
memberitakan bahwa Wang Jindong telah berlatih Falun Gong sejak
tahun 1996. Bagi seseorang yang sudah berlatih selama beberapa
tahun, bukankah aneh jika ia tidak bisa duduk dalam pose lotus
penuh?
Wang juga gagal untuk membentuk pose tangan yang paling mendasar
disebut “Jie Yin,” yang merupakan pose pertama dari semua latihan
Falun Gong. Semua praktisi Falun Gong belajar untuk membentuk Jie
Yin secara benar dengan menyentuhkan ujung kedua jempol. Kita bisa
melihat bahwa Wang tidak memposisikan jempolnya secara benar.
Wang mencoba memberikan penjelasan pada wawancara dengan Xinhua
pada April 2003: “Ketika saya menyalakan korek api, dengan segera
api menyelubungi saya—saya tidak punya waktu untuk duduk dengan
postur Dapan jadi saya duduk dengan postur sila tunggal.” Tetapi,
kata “Dapan” bukanlah bagian dari Falun Gong, dan Wang tidak
melakukan posisi sila tunggal pula di video CCTV.
Banyak orang telah memerhatikan bahwa Wang Jindong duduk persis
seperti kebiasaan tentara Tiongkok. Sesungguhnya, menurut juru
bicara Organisasi Dunia untuk Investigasi Penganiayaan Falun Gong
(WOIPFG), sebuah sumber terpercaya dari Tiongkok mengungkapkan
bahwa orang dalam rekaman video sebenarnya adalah seorang perwira
Tentara Pembebasan Rakyat.
10. Bunuh Diri dan Pembunuhan adalah Dilarang Keras dalam
Falun Gong
Ketika berita “bakar diri” muncul pada 23 Januari 2001, praktisi
Falun Gong di seluruh dunia segera meragukannya, karena peristiwa
ini melanggar prinsip dasar dari ajaran: Falun Gong secara tegas
melarang pembunuhan dan bunuh diri.
Berikut adalah dua kutipan dari Guru Li Hongzhi. Yang pertama dari
buku utama Falun Dafa, Zhuan Falun, yang diterbitkan tahun 1995.
Yang kedua berasal dari ceramah Guru Li di Sydney tahun 1996,
menjawab langsung pertanyaan praktisi tentang bunuh diri.
“Masalah membunuh kehidupan adalah sangat sensitif, bagi praktisi
Gong, kita juga menuntutnya dengan ketentuan agak ketat, praktisi
Gong tidak boleh membunuh kehidupan. Baik dalam aliran Buddha,
aliran Tao maupun metode Gong Qimen, juga tidak dibedakan aliran
yang mana, faksi yang mana, asalkan Xiulian Fa ortodoks, semua
memandangnya sangat absolut, semua tidak boleh membunuh kehidupan,
hal ini adalah pasti. Karena konsekuensi membunuh kehidupan terlalu
serius, kami harus berbicara dengan anda dengan lebih saksama.
Membunuh kehidupan dalam agama Buddha primitif terutama adalah
ditujukan pada membunuh manusia, ini yang paling serius. Kemudian
setelah itu termasuk kehidupan yang besar, ternak yang besar atau
kehidupan yang agak besar, semua dipandang sangat serius. Mengapa
masalah membunuh kehidupan selalu dipandang begitu serius oleh
komunitas Xiulian? Dahulu kala agama Buddha mengatakan, bila yang
semestinya belum meninggal telah mati terbunuh akan jadi roh
sebatang kara atau hantu liar. Dahulu dikatakan melakukan upacara
pelimpahan jasa, artinya ditujukan kepada orang-orang semacam ini.
Jika tidak dilimpahkan jasa, jiwa ini tidak akan mendapat makan dan
minum, berada dalam keadaan yang sangat menderita, ini adalah
ajaran yang diajarkan agama Buddha pada waktu yang lalu.” (Zhuan
Falun, Masalah Membunuh Kehidupan”)
“Pengikut: Pertanyaan ketiga yaitu dalam buku disinggung
tentang masalah membunuh kehidupan. Membunuh kehidupan adalah
semacam karma dosa yang sangat besar, bila seseorang bunuh diri,
apakah terhitung dosa atau tidak?
Shifu: Terhitung dosa. Masyarakat umat manusia sekarang ini sudah
tidak baik, hal yang aneh dan ganjil macam apa pun semuanya telah
muncul. Menyinggung tentang apa yang disebut eutanasia,
memberikan suntikan agar seseorang meninggal. Anda sekalian tahu,
mengapa memberikan suntikan agar dia meninggal? Karena merasa dia
menderita. Tetapi kami justru merasa, dia menderita adalah sedang
menghapus karma, saat dia reinkarnasi pada siklus kehidupan
mendatang, sekujur tubuh ringan, tidak ada karma, akan ada
kebahagiaan besar yang menanti dia. Ketika dia dalam penderitaan
sedang menghapus karma, tentu saja dia akan sangat menderita untuk
melewatinya, anda membuat dia tidak menghapus karma dan
membunuhnya, bukankah itu membunuh orang? Dia telah pergi dengan
membawa karma, pada siklus kehidupan mendatang dia masih harus
membayar karma. Coba anda katakan mana yang benar? Bunuh diri masih
ada satu dosa. Karena jiwa manusia ada pengaturannya, anda merusak
susunan dari keseluruhan rangkaian yang diatur oleh Dewa, melalui
kewajiban yang anda tunaikan bagi masyarakat, antara manusia dengan
manusia ada semacam hubungan yang berkaitan. Jika seseorang telah
meninggal, maka susunan keseluruhan itu bukankah membuat pengaturan
Dewa jadi kacau? Anda telah membuat kacau pengaturannya, Dia tentu
tidak akan melepaskan anda, maka bunuh diri adalah berdosa.”
(Ceramah Fa di Sydney, 1996)
1) Eutanasia – Tindakan yang disengaja untuk mengakhiri kehidupan
orang atau pun hewan yang sakit berat / luka parah, dengan argument
memberikan mereka kondisi kematian yang tenang dan mudah.
Jelaslah, tidak seorangpun praktisi Falun Dafa sejati akan
melakukan hal-hal seperti bakar diri. Faktanya, orang yang
melakukan rekayasa “bakar diri” ditemukan bukanlah praktisi, dan
tidak ada data atau laporan yang telah diverifikasi bahwa praktisi
Falun Gong membunuh atau melakukan bunuh diri sebelum atau setelah
peristiwa ini.
Sebaliknya, praktisi Falun Gong diajarkan untuk bersabar dan
memandang hambar masalah sehari-hari. Menimbang bahwa Tiongkok
memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Sejumlah besar
artikel berbagi pengalaman praktisi yang dikirimkan kepada situs
web Minghui merefleksikan banyak individu yang telah kehilangan
harapan hidup sebelum belajar Falun Gong. Setelah menjadi praktisi,
mereka menemukan makna hidup baru dan menjadi optimis, serta mulai
memandang penderitaan sebagai tantangan untuk diatasi. Ini adalah
fenomena yang umum. Dengan puluhan juta orang berlatih di Tiongkok
dan di seluruh dunia, Falun Gong sesungguhnya telah menyelamatkan
banyak jiwa.
English
version click here