18
Pebruari 2015
Pada setiap periode, di daerah
yang berbeda, selalu ada orang yang berlainan menampilkan sejumlah
keadaan. Munculnya keadaan semacam ini justru adalah agar para
praktisi dan pengikut Dafa dapat membedakan, belajar untuk
berkultivasi di dalam Fa, belajar untuk selalu menjadikan Xiulian
sebagai titik tolak pada saat menemui masalah, berasimilasi dengan
Dafa untuk lebih banyak menyelamatkan manusia, bukannya malah
membuat hati manusia muncul terus-menerus, dan selalu dikendalikan
oleh hati manusia.
Namun, dalam lingkungan khusus di
daratan Tiongkok, selalu ada sejumlah orang, titik tolak mereka
bukan menempatkan Xiulian sebagai yang utama, bersungguh hati
melakukan dengan baik hal-hal penyelamatan manusia yang seharusnya
dilakukan, melainkan hati manusia yang dijadikan sebagai titik
tolak. Ada yang menggembungkan ego diri sendiri, sehingga timbul
gangguan iblis oleh pikiran sendiri; ada yang menyanjung seseorang,
padahal yang disanjung adalah iblis namun ia tidak menyadari; ada
pula orang yang keterikatannya terhadap nama, Qing dan nafsu birahi
tidak disingkirkan, sudah kehilangan basis moralnya, namun masih
disanjung-sanjung, dianggap orang tersebut lebih berkemampuan dari
yang lain; ada orang yang selalu ingin secara buatan, secara lebih
mudah menciptakan suatu kondisi, untuk memperlihatkan dirinya hebat
dan berjasa, terikat pada hasil di permukaan, telah lupa bahwa
segalanya juga adalah Dewa yang menentukan, langit yang menentukan,
berada di bawah penguasaan Shifu, termasuk lingkungan di daratan
Tiongkok, serta lingkungan khusus bagi pengikut Dafa daratan
Tiongkok untuk Xiulian dan menyelamatkan manusia.
Ada juga praktisi daratan Tiongkok yang selalu berpikir, setelah
keluar dari daratan saya dapat melakukan ini dan itu, atau
menerbitkan buku di luar daratan dan lain sebagainya.
Pengaturan pelurusan Fa bukanlah sesuatu yang dapat dipahami dengan
hati manusia, misalnya tidak memperkenankan praktisi daratan
Tiongkok menerbitkan buku di luar daratan, dikarenakan praktisi
daratan Tiongkok memang perlu Xiulian dengan mantap dan sungguh
hati, serta menunaikan sumpah janjinya dalam lingkungan dan kondisi
di daratan Tiongkok, dengan demikian baru dapat mencapai
keberhasilan dari apa yang ingin dihasilkan, sedangkan keadaan di
luar daratan ada pengaturannya tersendiri.
Shifu dalam "Uraian Falun Dafa" pernah mengatakan:
“Xiulian
bagaikan ombak besar menyisihkan pasir, pasirnya tersaring keluar,
yang tersisa itu barulah emas. Seberapa banyak emas yang dapat
tersisa, itu tergantung anda sekalian bagaimana
berkultivasi”.
Dalam hal ini, jika kita
mengumpamakan lingkungan Xiulian sebagai tungku pelebur, maka dalam
keadaan emas dan pasir yang bercampuran, emas berhasil diolah di
tengah api, sedangkan pasir juga hancur dilebur di tengah api,
tidak dapat dikatakan yang telah melewati peleburan api semua
adalah emas.
Misalnya praktisi kota Shenyang bernama Li Xu Peng, efek yang
diperankan olehnya sudah dapat disejajarkan dengan iblis, namun di
berbagai daerah masih terdapat cukup banyak praktisi yang
menyanjungnya. Bagi Li Xu Peng pribadi, jika sekarang dapat segera
memperbaiki diri, masih ada kesempatan untuk Xiulian dan menutupi
kekurangan, bila tidak, akibatnya adalah berat sekali, diri sendiri
tidak akan sanggup menanggungnya. Bagi praktisi lain yang ikut
terlibat, mengapa melalui ujian selama belasan tahun masih tidak
dapat mengenali? Saat menemui masalah, titik tolaknya adalah demi
Xiulian menyelamatkan manusia, ataukah demi ego dan nafsu pribadi,
dan hati manusia? Setiap kali dihadapan situasi kacau, diri sendiri
sebenarnya telah berperan sebagai apa?
Waktu yang tersisa dari pelurusan Fa mutlak bukan untuk kenyamanan
dan hati manusia. Harap anda sekalian berpikiran jernih, dapat
benar-benar meletakkan Fa di lubuk hati untuk menuntun ucapan dan
perbuatan diri sendiri, dengan demikian baru dapat membuktikan
keampuhan “Zhen Shan Ren” di dunia manusia.
Redaksi Minghui
17 Pebruari 2015
Chinese version click here
English
version click here