(Minghui.org)
Kebrutalan dalam penganiayaan terhadap Falun Gong telah diketahui
tanpa batas. Rezim yang berkuasa menargetkan praktisi dengan
menggunakan bentuk-bentuk penganiayaan yang tak terbayangkan untuk
memaksa mereka melepaskan keyakinannya.
Dalam beberapa kasus, ketika
praktisi berada di ambang kematian atau tidak sadarkan diri, mereka
diperlakukan seakan-akan sudah meninggal dunia. Ada yang dikirim ke
jasa pemakaman atau kremasi, ada yang dibakar oleh polisi dan
dilaporkan sebagai kasus bakar diri (kejadian yang dirancang oleh
rezim komunis untuk memfitnah Falun Gong), dan ada yang diambil
organnya ketika masih hidup.
Petugas keamanan publik yang terlibat diketahui melakukan kejahatan
tersebut untuk menutupi bukti-bukti penganiayaan brutal atau
memberikan suplai bagi operasi perdagangan organ. Ada beberapa
korban yang beruntung lolos dari kematian, sebagian besar korban
terbunuh tanpa ampun.
Lolos dari Kematian
Lei Jingxiong dan Weishan adalah dua contoh kasus yang jarang di
mana mereka lolos dari kematian setelah dikirim ke sebuah
krematorium. Lei Jingxiong berasal dari Kecamatan Jiahe, Provinsi
Hunan, berusia 24 tahun ketika ditahan pada 18 Agustus 2014. Dia
dianiaya secara brutal di Kantor Polisi Tianxing dan kehilangan
kesadaran.
Polisi bergegas membawanya ke sebuah krematorium. Tepat saat dia
hendak dikremasi, seorang petugas wanita melihat gerakan perlahan.
Dia berkata kepada yang lain, ”Dia belum meninggal dunia. Kita
tidak dapat mengkremasi dia.” Beberapa orang hendak mengabaikannya,
dengan berkata, ”Sejauh ini dia tidak sadarkan diri, hampir sama
dengan meninggal dunia. Lagipula, kita semua sudah berada di sini.”
Petugas perempuan tersebut bersikeras untuk menyelamatkan jiwa Lei
– dia kemudia dirawat di Rumah Sakit Pusat Changsa dan
selamat.
Kejadian serupa terjadi pada Liu Weishan, seorang guru sekolah dari
Kota Xiangyang, Provinsi Hubei. Liu dihukum tanpa melalui proses
dan ditahan di penjara pada Oktober 2002 karena berlatih Falun
Gong. Saat berada di Penjara Wanita Wuhan, dia mengalami
penganiayaan brutal dan digantung untuk waktu yang lama. Dia berada
dalam kondisi kritis dan dirawat di rumah sakit pada 31 Januari
2006. Identitasnya disembunyikan dari pihak rumah sakit selama
proses registrasi.
Liu berada dalam kondisi koma di rumah sakit selama 5 tahun. Pada
Agustus 2011, baru saja dia dipindahkan ke bangunan baru rumah
sakit, petugas dari Kantor 610 Kota Xianyang dan sekretaris rumah
sakit Fan Zhiyong membuat keputusan untuk mengirim dia ke
krematorium, mengabaikan fakta medis bahwa jantungnya masih
berdetak. Beruntung, petugas di krematorium menolak untuk melakukan
kremasi ketika mereka menyadari bahwa Liu masih hidup.
Sengaja Dibunuh
Ada beberapa korban selamat, mayoritas korban tidak seberuntung
itu. Tiga praktisi berikut ini dibunuh secara sengaja oleh petugas
penegak hukum.
Praktisi Falun Gong, Wang Huajun, seorang petani dari Kota Baiguo,
Provinsi Hubei, telah dianiaya sangat parah oleh sekretaris Komite
Politik dan Urusan Hukum setempat, Xu Shiqian dan kehilangan
kesadaran. Dia diseret ke Taman Jinqiao dan polisi membakar
tubuhnya. Kasusnya dilaporkan sebagai “bakar diri.”
Wang Huajun
Berdasarkan keterangan saksi
mata, Wang terbaring di lantai ketika mulai dibakar. Terkejut dan
kembali sadar karena api, dia berjuang untuk bangun tetapi tidak
mampu. Dia dibakar sampai mati pada usia 30 tahun. Jasadnya
kehilangan sebuah telinga dan ada dua luka tusukan pisau di
lehernya.
Mantan karyawan dari ICBC (Industrial and Commercial Bank of
China), cabang Huaian, Zhang Zhenggang telah ditahan pada 2 Maret
2000. Para penjaga di Pusat Penahanan Huaian memukulinya,
menyebabkan kerusakan parah di bagian otak. Zhang dibawa ke Rumah
Sakit Rakyat No. 1 dengan tergesa-gesa dan menjalani operasi otak
darurat. Dia tidak pernah sadar kembali.
Melalui proses diagnosa elektrokardiografi yang dilakukan pada 30
Maret malam menunjukan tanda-tanda kehidupan, sebuah rencana telah
dipersiapkan untuk mengakhiri hidupnya. Lebih dari 40 petugas
polisi datang pada malam hari itu dan memblokade akses yang
mengarah ke kamar rawatnya. Sanak saudara digiring ke ruangan lain
dan diminta untuk menunggu.
Polisi memaksa dokter untuk menghentikan oksigen dan proses IV
serta memberi suntikan dari cairan misterius kepada Zhang. Jasadnya
kemudian dibawa oleh petugas polisi dan langsung dikirim ke
krematorium ketika dia masih bernafas. Zhang terbunuh pada usia 36
tahun.
Korban lain, Yuan Shengjun, dipukuli sampai meninggal dunia setelah
sertifikat kematiannya diterbitkan terlebih dahulu. Yuan, mantan
direktur dari Badan Material dan Peratalatan Kota Jiyuan, telah
ditahan sampai enam tahun pada 7 Oktober 2005 karena keyakinannya
terhadap Falun Gong. Yuan melarikan diri ketika saat dirawat
sekitar pukul 05:30 sore pada 25 Oktober dan bersembunyi di rumah
seorang petani di Desa Nantao, Kecamatan Chengliu.
Polisi menahannya setelah mereka mengepung desa tersebut dan
memaksa pejabat desa untuk menandatangani pernyataan bahwa Yuan
sudah meninggal dunia ketika ditemukan. Polisi kemudian melemparnya
ke dalam mobil dan langsung menuju krematorium. Selama perjalanan,
dia dipukuli sampai meninggal dunia. Tubuhnya dipenuhi luka dan
bengkak, dikremasi dalam tempo 24 jam tanpa diketahui oleh
keluarganya.
Dibiarkan Meninggal di Dalam Lemari Pendingin Kamar
Mayat
Ketika praktisi kehilangan kesadaran karena penganiayaan, mereka
kadang-kadang langsung dikirim ke kamar mayat dan dinyatakan
meninggal dunia untuk menghilangkan bukti penganiayaan. Dalam tiga
kasus berikut ini, para praktisi ditemukan masih dalam keadaan
hidup ketika diperiksa oleh anggota keluarganya. Tetapi, sedikit
yang dapat mereka lakukan untuk menolong orang yang mereka
cintai.
Cheng Xueshan dimasukan ke dalam lemari pendingin ketika masih
hidup. Cheng berasal dari Kecamatan Jinchuan, Provinsi Heilongjiang
dan telah ditahan pada pagi hari, 5 April 2005. Keluarganya
menerima panggilan telepon pada 12 April dan diberitahu bahwa dia
telah meninggal dunia karena serangan jantung. Ketika istri dan
putra tertuanya pergi ke kamar mayat di Kecamatan Fuyuan, separuh
dari tubuhnya ditarik keluar dari lemari pendingin bagi keluarganya
untuk melihat terakhir kali.
Cheng Xueshan
Putranya menceritakan kembali:
“Kepala ayah saya tergantung dan matanya terpejam. Dia terbaring di
dalam lemari pendingin. Kulit bagian kiri dari hidungnya rusak.
Ketika saya menopang kepalanya dengan tangan kanan saya, matanya
terbuka separuh dan kemudian tertutup lagi. Ibu dan saya melihatnya
dengan jelas. Saya berkata, ”Ayah belum meninggal. Dia belum
meninggal!’ Dalam dua menit, kami dipaksa keluar dari ruangan. Saya
memberontak, tetapi beberapa petugas polisi menyeret saya keluar
dan mengawal kami kembali ke hotel. Kami tidak pernah diijinkan
untuk memeriksa secara menyeluruh kondisi badannya.”
Kejadian yang serupa terjadi di Kota Chongqing. Ketika sedang
menjalani masa kerja paksa di Kamp Kerja Paksa Xishanping, Jiang
Xiqing telah dipukuli sangat parah dan kehilangan kesadaran pada 28
Januari 2009. Dia dinyatakan meninggal dunia karena penyakit
jantung. Keluarganya tergesa-gesa datang ke kamar mayat setelah
mengetahui kabar tersebut.
Jiang Xiging dan istrinya
Ketika keluarganya diperlihatkan
jenasah, putranya menyentuh wajah dan merasakan kehangatan tubuh.
Dia sangat terkejut, ”Ayah saya belum meninggal. Dia masih hidup.”
Para petugas polis terlihat sangat gugup dan tidak tahu bagaimana
menanggapinya. Putranya yang lain menarik seluruh jenasah dari
lemari pendingin dan juga merasakan bahwa pipinya masih terasa
hangat. Dia berteriak kepada petugas polisi dan memaksa mereka
untuk melakukan pemeriksaan ulang terhadap jasadnya.
Para petugas polisi dengan tergesa-gesa mencoba mendorong kembali
Jiang ke dalam lemari pendingin, tetapi dihentikan oleh keluarga.
Ketika mencoba untuk menghubungi nomor panggilan darurat dan
mencari mobil ambulan, anggota keluarga Jiang ditarik keluar
ruangan oleh lebih dari 20 petugas polisi. Jiang dikremasi
hidup-hidup, walaupun diprotes keras oleh keluarganya yang juga
menolak menandatangani suratnya.
Praktisi lainnya, Yang Hailing dari Kota Jixi, Provinsi
Heilongjiang, juga dibiarkan meninggal di dalam lemari pendingin.
Dia ditahan pada Maret 2002. Ketika berada di Pusat Penahanan Kota
Mishan, dia dipukuli oleh Direktur Ma Baosheng dan beberapa tahanan
sekamar pada 11 April 2003 karena berlatih Falun Gong. Dia
kehilangan kesadaran ketika Direktur Ma mengangkatnya ke udara dan
menghantamkan kepalanya ke atas ranjang.
Yang Hailing
Keesokan harinya, dia ditemukan
kesulitan bernafas dan berada dalam kondisi kritis. Dia kemudian
dikirim ke Rumah Sakit Rakyat Kota Mishan dan kemudian dinyatakan
meninggal dunia karena gagal jantung. Ketika keluarganya tiba di
rumah sakit sekitar pukul 10 malam, seorang petugas polisi membawa
mereka ke kamar mayat dan meninggalkan mereka untuk melihat
jasadnya.
Keluarganya segera menemukan bahwa tubuhnya masih hangat. Setelah
memastikan bahwa dia masih hidup, mereka mencoba mencari
pertolongan tetapi tidak dapat menemukan seorang pun pada larut
malam tersebut. Keluarganya merasa tidak berdaya ketika menyaksikan
nyawa Yang melayang seiring tubuhnya yang semakin dingin. Yang
meninggal dunia sebelum subuh, pada usia 34 tahun.
Pengambilan Organ ketika Masih Hidup
Praktisi Falun Gong, Yang Lirong dari Kota Baoding, Provinsi Hebei
diambil organnya dalam kondisi hidup. Yang menjadi target dari
pihak otoritas setempat sejak dimulainya penganiayaan dan berulang
kali diintimidasi, ditahan, serta pencucian otak.
Yang Lirong
Setelah polisi setempat
mengintimidasi dirinya dan keluarganya pada 8 Februari 2002, suami
dari Yang tidak dapat menahan tekanan lebih lanjut. Keesokan
paginya, dia mencekik leher istrinya hingga hampir meninggal dunia.
Ketika polisi menerima panggilan telepon dari suaminya, mereka
menemukan bahwa Yang masih hidup. Bukan berusaha untuk menolongnya,
petugas membedah tubuhnya dan mengambil organ tubuhnya. Seorang
saksi mata belakangan menyatakan, ”Pembedahan tidak dilakukan
terhadap mayat, tetapi seorang manusia hidup.”
Akhir hidup yang tragis dari Yang bukanlah satu-satunya kejadian.
Cukup banyak bukti yang muncul ke permukaan dan saksi mata yang
menyaksikan telah mengungkapkan kekejaman negara – melakukan
pengambilan organ terhadap praktisi Falun Gong yang masih hidup di
Tiongkok. Seorang istri dokter bedah Tiongkok memberitahu media
internasional pada tahun 2006 bahwa mantan suaminya telah melakukan
lebih dari 2000 operasi untuk mengambil kornea mata praktisi Falun
Gong yang masih hidup.
Pada Desember 2009, seorang saksi dari dalam menceritakan seluruh
proses dari operasi pengambilan organ praktisi Falun Gong yang
masih hidup. Ia ingat bahwa peristiwa itu terjadi pada 9 April
2002, di salah satu ruang operasi di gedung No. 15 dari Rumah Sakit
Umum di Wilayah Militer Shenyang Tentara Pembebasan Rakyat.
Para korban dilaporkan masih sadar dan hidup ketika organ tubuhnya
diambil. Saksi mata mendeskripsikan, ”Tidak ada obat bius yang
digunakan. Mereka membelah dadanya dengan pisau, bahkan
dengan kedua tangan tidak gemetar. .. Kemudian ‘Ah!’ dia berteriak
keras sekali. .. pertama diambil jantungnya kemudian ginjalnya.
Ketika pembuluh jantungnya dipotong dengan pisau, dia mulai
mengejang. Itu adalah kejadian yang ekstrem mengerikan. Saya dapat
menirukan suaranya bagi Anda, walaupun saya tidak dapat
menirukannya dengan sempurna. Suranya seperti sesuatu yang dikoyak
terpisah, dan kemudian dia kembali bersuara “ah.” Setelahnya,
mulutnya tetap terbuka, dengan kedua mata terbelalak lebar. Ah…
saya tidak mau melanjutkan.”
Saksi mata mengungkapkan bahwa korban adalah seorang guru wanita
yang berusia tiga puluh tahunan. Putranya masih berusia 12 tahun
pada saat itu.
Setelah organ tubuhnya diambil, tubuh korban langsung dikremasi
untuk menutupi kejahatan. Para peneliti memperkirakan bahwa lebih
dari 60.000 praktisi Falun Gong telah dibunuh untuk diambil organ
tubuhnya. Operasi tersebut dilakukan dalam kondisi sangat rahasia –
banyak praktisi hilang begitu saja dari penjara dan pusat penahanan
dan tidak pernah terlihat lagi.
Chinese version click here
English
version click here