Enam belas tahun yang silam, lebih dari 10.000 praktisi Falun Dafa melakukan permohonan damai di luar Kantor Dewan Negara Urusan Pengaduan untuk meminta pembebasan 45 rekan mereka yang ditahan di Kota Tianjin, karena mengklarifikasi fakta secara damai atas pemberitaan miring dari media yang dikendalikan penguasa komunis Tiongkok. Permohonan damai tersebut kemudian diputarbalikkan oleh rejim Jiang Zemin sebagai ‘pengepungan Zhongnanhai’ (komplek pemerintahan pusat yang letaknya kebetulan berada di dekat Kantor Dewan Negara Urusan Pengaduan) dan dijadikan pembenaran bagi penganiayaan.
(Minghui.org)
Praktisi Falun Dafa kembali mengadakan aksi damai dan nyala lilin
di depan Kedubes Tiongkok di Jakarta pada petang 25 April 2015
untuk memperingati ‘Permohonan Damai 25 April di Beijing’ dan
menyerukan agar penganiayaan Falun Dafa di Tiongkok segera
diakhiri.
Pembacaan pernyataan pers dari Himpunan Falun Dafa Indonesia
Peringatan ‘25 April’ tahun ini
di Jakarta hampir bertepatan dengan pelaksanaan peringatan
Konferensi Asia Afrika ke-60 yang berlangsung dari 20-24 April.
Pemerintah Tiongkok kembali melakukan tekanan kepada Pemerintah
Indonesia maupun Kepolisian agar memastikan tidak ada spanduk Falun
Dafa terlihat selama kunjungan Presiden Tiongkok, Xi Jinping ke
Jakarta dan Bandung.
Permintaan tersebut terkesan berlebihan bahkan ‘paranoid’, karena
spanduk praktisi Falun Dafa umumnya hanya berisi pesan berikut:
“Falun Dafa baik” dan seruan agar penganiayaan terhadap praktisi
Falun Dafa di Tiongkok segera dihentikan.
Foto bersama dengan para perwira dari Kepolisian Daerah Jakarta yang mengamankan kegiatan
Meskipun hujan terus turun beberapa jam sebelum kegiatan, bahkan beberapa petugas sempat bertanya pada praktisi apakah kegiatan akan dilanjutkan dalam cuaca demikian. Namun setelah praktisi memulai kegiatan bersama tersebut, hujan pun berhenti.
Praktisi mengenang rekan-rekan
yang meninggal akibat penganiayaan di Tiongkok
Nyala lilin di depan Kedubes Tiongkok di Jakarta
Selama kegiatan yang berlangsung
damai dan khidmat, banyak perwira kepolisian ingin mengetahui
mengapa Partai Komunis Tiongkok (PKT) demikian takut pada Falun
Dafa, yang dari pengamatan mereka selama bertahun-tahun sangatlah
damai dan tidak pernah anarkis. Melalui pembicaraan dengan para
praktisi, banyak perwira dan petugas kepolisian yang dapat
mengenali kebaikan Dafa serta watak hakiki dari PKT, dan bagaimana
PKT sejak mengambil alih kekuasaan di tahun 1949, telah menganiaya
dan meneror ratusan juta rakyatnya sendiri.
Banyak pejalan kaki yang melintas, mengambil foto dan menanyakan
latar belakang kegiatan. Beberapa dari mereka menyatakan dukungan
moril mereka bagi penghentian penganiayaan di Tiongkok dan mengutuk
kebiadaban pengambilan organ paksa dari para praktisi Falun Gong
yang masih hidup di Tiongkok.
Membagikan brosur klarifikasi fakta
Seorang pria Tionghoa muda
mengamati kegiatan praktisi selama beberapa waktu dan mengajukan
banyak pertanyaan seputar Falun Dafa, mengapa dianiaya. Sebelum
pergi, dia berharap penindasan segera berakhir.
Seorang turis muda dari Zambia bersama kawan-kawannya berfoto
dengan latar belakang praktisi yang tengah bermeditasi. Dia
mengatakan dia telah mengetahui penganiayaan Falun Dafa karena dia
saat ini tengah belajar bahasa Mandarin di Hong Kong, dan telah
melihat banyak kegiatan praktisi Hong Kong untuk membangkitkan
kesadaran publik akan penindasan yang masih berlangsung di
Tiongkok.