(Minghui.org) Saya adalah seorang guru SMA dengan pengalaman mengajar lebih dari 20 tahun.
Di Tiongkok zaman sekarang, ada perseteruan besar antara guru dan murid-murid di sekolah dasar dan menengah. Hubungan guru dan murid amat tegang. Murid-murid menjadi pelajar pasif sementara guru-guru menggunakan peringatan dan hukuman fisik untuk mempertahankan kedisiplinan.
Itu siklus yang kejam dan tidak seorang pun bisa menemukan jalan keluar.
Saya terjebak di dalamnya dan merasa amat lelah serta tak berdaya.Saya pernah memukul seorang pelajar, yang menangis tersedu-sedu. Hati saya juga ikut menangis.
Saya terus menerus membatin: ”Inikah seharusnya hubungan guru dan murid? Ini adalah perilaku rendah dari seorang guru. Apa solusinya? Pasti ada cara yang lebih baik…”
Dalam masa pencarian jiwa yang menyakitkan ini saya beruntung bisa berlatih Falun Dafa.
“Dalam Enam Bulan Kamu Telah Begitu Banyak Mengajarkan kepada Anak Kami”
Guru berkata,
“Kita selaku praktisi Gong, tiba-tiba dapat dilanda konflik. Jadi harus bagaimana? Jika anda biasanya selalu mempertahankan sebuah hati yang belas kasih, suatu sikap mental yang tenang dan damai, maka ketika berjumpa masalah akan dapat diatasi dengan baik, karena ia masih menyisakan kesempatan untuk meredam terpaan. Jika anda selalu dalam belas kasih, memperlakukan orang dengan Shan, selalu memikirkan orang lain sebelum melakukan sesuatu, setiap kali berjumpa masalah yang pertama-tama dipikirkan ialah, apakah hal ini bagi orang lain terasa berat atau tidak, apakah dapat mencederai orang lain, dengan demikian tidak akan timbul masalah. Oleh karena itu dalam berlatih Gong anda harus mengikuti kriteria yang tinggi, kriteria yang lebih tinggi lagi untuk mematut diri.” (Zhuan Falun)
Kata-kata Shifu akhirnya mengurai benang kusut, memberi kebijaksanaan dan menunjukkan cara kepada saya.
Sebelumnya, saya mengajar untuk memastikan murid-murid lulus ujian, mengajar demi mempertahankan nama baik saya ketika murid-murid mendapatkan nilai tinggi.
Setelah berlatih Falun Dafa, saya meluruskan tujuan saya: Saya menginginkan murid-murid saya menjadi orang yang sehat mental dan jasmani.
Pertama, saya menggunakan prinsip-prinsip Falun Dafa ‘Sejati-Baik-Sabar’ sebagai dasar pengajaran dan kehidupan saya. Saya berusaha menanamkan prinsip-prinsip ini kepada murid-murid, jadi saya harus berbagi dengan mereka.
Saya membuat ulang peraturan kelas dan menempatkan papan besar peraturan itu di dinding:
“Kejujuran adalah kualitas kehidupan kita, Kebaikan adalah sifat untuk dihargai, Toleransi adalah apa yang kita dekap dalam hati kita.”
Saya kemudian membalik pertemuan mingguan kelas. Alih-alih memperingatkan dan mengkritik, itulah waktunya untuk menegakkan peraturan kelas baru dengan cerita-cerita dan contoh-contoh yang berkaitan.
Guru berkata,
“Bertanggung jawab pada umat manusia, haruslah mendidik anak, beri tahu mereka apa itu baik, apa itu tidak baik, semua ini akan dia isikan ke dalam otak. Seperti sebuah dompet, dompet ini diisi kepingan emas, lalu orang akan mengatakan anda ini adalah emas, jika dompet anda terisi tanah, maka orang akan berkata ini adalah tanah. Oleh sebab itu manusia juga demikian,…” (Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Eropa, 1998)
Tentu, prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar memiliki pengaruh besar kepada para murid seperti tercermin dalam karya tulis mereka dan catatan hariannya. Prinsip-prinsip itu menjadi standar mereka untuk menilai kebaikan dalam segalanya.
Ketika konflik terjadi, para murid belajar untuk berhenti memberikan alasan dan pembenaran atau menyalahkan orang lain seperti yang sering merekan lakukan di masa lalu dan sekarang mencari ke dalam, berbicara tentang apa yang salah, minta maaf dan berusaha mencari cara untuk meningkat.
Murid-murid saya menjadi makin arif. Rekan-rekan saya merasa heran mengapa saya selalu begitu santai. Beberapa orang tua bahkan berkata pada saya, ”Guru, dalam enam bulan apa yang Anda ajarkan pada anak-anak lebih dari yang mereka pelajari dalam enam tahun.”
Kekuatan Falun Dafa
Salah satu murid sangat mengganggu, terus-menerus berkelahi dan tidak hormat. Ia sering membolos dan tidak pernah menyerahkan tugasnya. Ia ditakuti oleh beberapa murid, tidak disukai oleh murid lain dan bikin pusing semua gurunya.
Guru berkata,
“Saya tidak hanya mengajarkan kalian Dafa, perilaku saya juga telah ditinggalkan untuk kalian. Nada pembicaraan dan kebaikan hati dalam melakukan pekerjaan, ditambah dengan prinsip rasional dapat mengubah hati orang, namun dengan cara perintah selamanya tidak akan berhasil! Jika hati orang lain tidak patuh namun hanya permukaan saja yang patuh, maka masih akan melakukan sesuatu menurut kehendak dirinya di saat tidak ada yang melihat.” (Sadar Jernih, Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju)
Saya memperhatikan kata-kata Guru dan sering memikirkannya. Saya mulai menyingkirkan segala prasangka terhadap murid ini. Saya berusaha melihatnya dari sudut pandangnya. Saya pergi mengunjungi rumahnya.
Saya menemukan bahwa orang tua dia bercerai. Ayahnya pengangguran. Ia tinggal bersama kakek neneknya. Kualitas kehidupan mereka di bawah standar.
Saya berbicara dari hati ke hati dengan murid ini. Saya mengikuti prinsip Falun Dafa ‘Sejati-Baik-Sabar’ dan tidak menghakimi, tulus serta empati.
Saya juga berbicara kepadanya mengenai apa artinya menjadi orang baik dan melakukan hal yang benar dalam hidupnya.
Ia mendengarkan dan menangis di hadapan saya. Mulai saat itu, sikapnya berubah drastis.
Saya pribadi mengalami dan menyaksikan kekuatan Falun Dafa.
Konferensi Orang tua - Guru yang Lebih Produktif
Di Tiongkok, konferensi orang tua - guru telah menjadi forum rutin yang ditakuti oleh para orang tua dan murid.
Di konferensi, para guru akan memberikan daftar kekurangan dari murid-murid, diikuti dengan kritik meremehkan. Setiap orang tua seperti duduk di atas jarum, khawatir dan menunggu bom jatuh, tahu tidak ada tempat untuk menyembunyikan rasa malu mereka.
Setelah saya mulai berlatih Falun Dafa, saya bertekad mengubah pola perusak tidak berguna ini.
Sepanjang semester, saya akan mencatat perkembangan dan peningkatan dari setiap murid. Saat konferensi, saya membagikannya dengan para orang tua.
Jika ada suatu masalah tertentu, saya akan menyisihkan waktu untuk berbicara dengan orang tua murid secara pribadi.
Saya juga menggunakan setiap kesempatan berkomunikasi dengan orang tua murid tentang apa yang telah saya pelajari dari ajaran Falun Dafa, tentang bagaimana menjalani hidup lebih bermakna.
Para orang tua menyetujui dan begitu mendukung upaya saya, sehingga setiap konferensi orang tua-guru, bahkan sebelum saya sempat buka mulut, para orang tua akan menyambut saya dengan tepuk tangan meriah.
“Kembalilah Mengajar Kami Lagi”
Saat itu, karena rezim komunis menganiaya Falun Dafa, posisi saya sebagai guru dicopot.
Akan tetapi, ketika ada guru yang sakit atau absen karena alasan lainnya, sekolah selalu membiarkan saya untuk menggantikannya. Saya melakukan tugas dengan bersungguh-sungguh dan selalu bersedia menerima tugas apa pun.
Dalam hampir setiap kelas yang saya gantikan, para murid selalu berkata, ”Guru, besok mengajar kami lagi kan?” atau “Guru, jadilah wali kelas kami!”
Bilamana saya ditugaskan untuk menggantikan, begitu saya masuk kelas, para murid akan bertepuk tangan meriah.
Saya tahu, di balik tepuk tangan itu, pesan jelas berbunyi: Masyarakat memerlukan Sejati-Baik-Sabar, karena hati setiap orang mendambakannya. Ketika saya mengikuti prinsip-prinsip ini dalam setiap kata-kata dan perbuatan, para murid meresponnya secara aktif.
Ketika ada murid yang tidak mampu dalam ujian tertentu, mereka sukarela tinggal di kelas setelah usai sekolah untuk belajar, sesuatu yang tidak pernah terjadi dulunya.
Ada seorang murid yang tidak pernah melewatkan kelas saya. Murid lain bilang ia hanya datang ke kelas saya. Ia juga lulus ujian akhir semua mata pelajaran yang saya ajarkan kepadanya.
Wali kelasnya berkata pada saya, ”Kamu bisa mengajari murid ini dan ia lulus semua mata pelajaran? Itu luar biasa!”
Sebenarnya saya tahu itu bukan karena bakat saya, tapi karena saya menerapkan ajaran Falun Dafa ke dalam praktik. Belas kasih saya yang menyentuh hatinya.
“Murid-murid Anda Sebenarnya Sangat Manis”
Pada tahun 2003 saya kembali ke sekolah setelah dianiaya di kamp kerja paksa dan semua murid saya sudah lulus.
Beberapa rekan berkata, selama saya tidak ada di sekolah, para murid tidak mau mendengarkan guru lain ataupun kepala sekolah. Suatu kali ketika kepala sekolah menyuruh mereka lari, seorang anak lelaki duduk di lantai dan menolak untuk bangun. Ini membuat kepala sekolah amat marah.
Ketika mantan murid mendengar saya kembali, mereka datang ke sekolah untuk menemui saya. Anak lelaki yang duduk di lantai itu telah tumbuh menjadi seorang pria yang tinggi. Ia menghabiskan 100 yuan untuk membelikan seikat besar bunga lili kepada saya.
Saya berkata kepadanya, ”Kamu tidak seharusnya membeli bunga semahal itu.”
Ia menjawab, ”Guru, itu sudah seharusnya.”
Kami berbincang-bincang lama tentang ide-idenya dan sikapnya terhadap kehidupan. Saya melihat dia sangat kalem dan rasional.
Ia telah belajar berbagai keahlian dan menerima beberapa akreditasi. Ia membuka perusahaan dan berjalan dengan baik. Ia juga telah merekrut beberapa teman kelasnya untuk menjadi karyawan dan menggaji mereka 3.000 yuan setiap bulan.
Ketika saya menanyakan dia mengapa duduk di lantai bukannya ikut berlari, ia berkata, ”Guru, kami sekelas bukan menentang guru atau tidak hormat pada kepala sekolah. Kami hanya ingin memberitahu mereka bahwa tidak bisa menerima pendekatan pendidikan mereka.”
Saya tidak mengucap apa pun, tetapi saya memahami apa maksudnya. Ia dan murid-murid lain secara sadar dan tidak sadar menggunakan kriteria Sejati-Baik-Sabar sebagai standar untuk mengukur masalah di sekitar mereka.
Saya kemudian berbicara kepada kepala sekolah, di mana kata-kata pertamanya kepada saya adalah, ”Murid-murid Anda sebenarnya sangat manis.”
Saya percaya kepala sekolah juga memahami dari mana sikap para murid itu berasal.
Ketika memikirkannya lagi sekarang, saya tahu, jika saya tidak berlatih Falun Dafa, saya tidak mungkin bisa mengubah cara saya dalam mendidik murid.
“Di Masa yang Akan Datang Kamu Boleh Mengajar Anak Saya”
Sebelum berlatih Falun Dafa, saya merasa mengajar itu menjengkelkan dan membosankan, karena membuat rencana mengajar itu begitu menjemukan. Untuk setiap pelajaran, saya harus melihat banyak materi pegangan, kemudian menuliskan rencana mengajar dan langkah-langkah mengajar.
Setiap hari dihabiskan untuk persiapan, mengajar, mengoreksi tugas (PR) dan menyelesaikan masalah murid.
Saya harus bekerja sangat keras, sering kali sangat lelah dan kesal, sehingga saya melampiaskan dengan mengomel dan menghukum murid, kadang sampai menggunakan kekuatan fisik.
Setelah memperoleh Dafa, kekuatan surgawi yang supernormal sering memberi kebijaksanaan kepada saya. Membuat rencana pelajaran menjadi mudah, karena saya bisa menangkap dengan cepat dan secara jelas memfokuskan setiap pelajaran serta membagikannya di kelas.
Saya mendorong semua murid untuk bertanya dan mencari pemecahan bersama. Ini membuat mengajar menjadi mudah dan belajar menjadi menyenangkan. Para murid mulai belajar berpikir dan mengembangkan kemampuan analitis.
Mereka tidak lagi belajar seperti robot.
Saya ditangkap oleh petugas dari Divisi Keamanan Domestik pada 2002. Agar memfitnah saya, mereka pergi ke sekolah untuk melakukan penyelidikan, berharap memperoleh “bukti-bukti” dari murid, rekan kerja, kepala sekolah dan orang tua murid.
Selama interogasi, polisi mengakui bahwa laporan penyelidikan mereka di sekolah saya semuanya positif.
Saya berkata kepada polisi bahwa semua praktisi Falun Dafa yang mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar adalah orang baik.
Kapten dari Divisi Keamanan Domestik kemudian berkata kepada saya, ”Di masa yang akan datang kamu boleh mengajar anak saya.”
Sisi memahami dari seseorang adalah sisi baik mereka. Guru berkata, ”..sifat kebuddhaan setiap orang memiliki…” (Zhuan Falun)
Mayoritas petugas polisi adalah orang kurang beruntung yang telah diracuni dan digunakan oleh rezim komunis Tiongkok untuk ikut dalam penganiayaan terhadap Dafa dan praktisi Dafa. Hati mereka juga merindukan Sejati-Baik-Sabar.
“Saya tidak Percaya Kamu Mau Menerima Pengaturan Seperti Itu”
Ketika saya memahami prinsip Dafa “tidak kehilangan, tidak akan memperoleh” dan “..bila ingin memperoleh harus kehilangan.“ (Zhuan Falun), saya belajar untuk memandang ringan terhadap ketenaran atau kekayaan. Saya berhenti memperebutkan gelar profesional yang diimpikan dalam pekerjaan.
Setelah saya dibebaskan dari kamp kerja paksa pada tahun 2003 dan kembali ke sekolah, Kantor 610 (badan luar hukum yang didirikan oleh rezim komunis khusus untuk menganiaya Falun Dafa) dan Komite Urusan Hukum dan Politik memerintahkan Departemen Pendidikan dan sekolah agar tidak membolehkan saya mengajar. Saya diturunkan dari “guru kelas satu” menjadi “staf.”
Asisten kepala sekolah berkata pada saya, ”Tidak memperkenankan kamu mengajar di kelas benar-benar menyia-nyiakan sumber daya pendidikan.”
Kemudian, ketika sekolah membutuhkan guru pengganti, pemimpin sekolah, tanpa sepengetahuan atasan mereka, menghendaki saya menjadi guru pengganti. Saya dengan gembira menerimanya.
Jadi saya dibayar gaji staf tetapi sering melakukan pekerjaan guru.
Saya tidak merasa tidak adil atau benci.
Kepala sekolah berkata kepada saya, ”Saya merasa kamu tidak mau menerima pengaturan seperti itu.”
Hati Berubah dan Dilahirkan Kembali
Saya percaya Sejati-Baik-Sabar dapat menyelesaikan semua kesalahpahaman dan ketidakadilan.
Selama bertahun-tahun, para orang tua murid menawarkan hadiah kepada saya. Setelah anak mereka lulus, beberapa orang tua bahkan mengirim cincin emas kepada saya sebagai ungkapan terima kasih mereka.
Terutama saat Tahun Baru Imlek, saya akan menerima hadiah voucher dari ratusan hingga ribuan yuan nilainya. Akan ada buah-buahan, berbagai makanan, baju dan berbagai macam hadiah lainnya.
Saya mengembalikan semuanya. Apa yang tidak dapat dikembalikan, saya kembalikan menjadi uang tunai atau hadiah-hadiah lainnya untuk diberikan kembali kepada para orang tua murid.
Berlatih Sejati-Baik-Sabar mengubah hati saya dan membuat saya terlahir kembali.
Saya sekarang hidup dengan ketulusan bukan kemunafikan, kebaikan bukan keegoisan, toleransi bukan pikiran sempit, ketenangan bukan kecemasan.
Falun Dafa sangat bermanfaat bagi saya sehingga semua kata-kata manusia tidak dapat mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Guru dan Dafa!