(Minghui.org)
Guru telah berulang kali memberitahu kita untuk mencari ke dalam
bilamana bertemu masalah. Namun banyak praktisi, termasuk saya,
sering kali lupa dan gagal untuk bersikap sesuai prinsip ini.
Ketika membaca ajaran Guru, kita sering berpikir bahwa kita telah
mengerti prinsip-prinsip yang kita baca. Akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari, kita menemukan bahwa semua itu sulit
diikuti.
Saya gagal melepaskan keterikatan
hati untuk membela diri, dan masih gagal bahkan sampai saat ini,
setelah berkultivasi bertahun-tahun. Ketika konflik terjadi, reaksi
pertama saya adalah menyalahkan orang lain dan bukannya mencari
penyebabnya pada diri sendiri. Pagi ini setelah berlatih Gong
(gerakan), tiba-tiba saya menyadari bahwa keterikatan ini telah
menghambat kultivasi saya selama bertahun-tahun.
Di masa lalu, orang-orang menjadikan kelakuan buruk dari
tokoh-tokoh dalam sejarah sebagai contoh yang tidak boleh ditiru,
dan sebagai pengingat untuk dapat berbuat lebih baik lagi. Tetapi
sekarang orang-orang telah melupakan hal ini. Ketika sedang
berdebat, orang-orang akan menyalahkan dan menyerang satu sama
lain, hanya sedikit mengakui kesalahan diri sendiri. Sekali pun
prinsip-prinsip Dafa meminta kita untuk mencari masalah dalam diri
kita sendiri setiap waktu, banyak praktisi tidak mengubah kebiasaan
lamanya.
Guru berkata:
“Bagaimana
agar pengamatan mereka terhadap kekurangan orang lain, dibalik
untuk mengamati diri sendiri.” (“Berdialog dengan Waktu,” Petunjuk
Penting Untuk Gigih Maju)
Saya selalu berpikir bahwa saya
memiliki pemahaman yang baik terhadap prinsip ini, namun
masih tidak dapat menjadikannya sebagai kebiasaan. Setelah
menerapkan prinsip ini ke dalam kultivasi, saya mulai merasakan
perubahan besar.
Suatu hari saya mendengar dua praktisi sedang berbincang-bincang.
Ketika Jin [nama samaran] mendengar dirinya sedang dikritik, dia
langsung membela diri dan mulai berdebat. Saya merasa tidak enak
dengan reaksinya, dan mulai memiliki pikiran buruk terhadap
dirinya. Pada saat itu, tiba-tiba saya berpikir: “Kenapa kamu punya
pikiran buruk tentang orang lain? Bukankah ini adalah kesempatan
untuk memeriksa dirimu sendiri?” Saya mulai mencari kekurangan diri
saya sendiri, dan mengingatkan pada satu konflik yang melibatkan
diri saya.
Praktisi Wang [nama samaran] dan saya memiliki hubungan yang tegang
selama bertahun-tahun. Bilamana saya mendengar tanggapan negatif
darinya, saya merasa terluka, dan mulai membela diri. Saya juga
mengeluh atas kekurangannya kepada praktisi lain. Penolakan Jin
untuk menerima kritik adalah refleksi dari ketidakmampuan saya
untuk menerima kritik. Ketika saya mengeluh terhadap Wang, saya
juga bersikap sama seperti Jin.
Guru menunjukkan rahasia untuk menaikkan tingkatan kultivasi kepada
kita, tapi sudahkah kita benar-benar menyayangi ajaran Guru? Saya
belum sungguh-sungguh menyatu dengan Dafa, dan karena itu kultivasi
saya sangat lamban selama bertahun-tahun. Ketika orang lain
memperlakukan kita dengan tidak pantas, entah benar atau salah,
jika kita segera bersikap membela diri, kita telah gagal untuk
bersikap layaknya seorang praktisi. Tapi kenapa kita menjadi marah
dan membela diri? Saat kita bersikap membela diri, kita mendorong
jauh sebuah kesempatan untuk mengultivasi diri yang berharga.
Setiap kali kita menjelaskan dan berdebat untuk melindungi
reputasi, kita mendukung sisi manusia biasa kita.
Orang lain mungkin benar telah berbuat salah kepada Anda, tapi
apakah Anda benar-benar tidak bersalah? Di belakang pembelaan diri
ini ada sebuah keterikatan yang sangat kuat yaitu pembenaran diri
sendiri, serta pengejaran akan nama. Saya sangat terkejut ketika
menyadari hal ini. Saya sedang berusaha untuk mempertahankan
reputasi, itu bukanlah kultivasi.
Guru berkata:
“Pada ruang
dimensi lain benda ini dapat membesar dan menyusut kecil, setelah
berada pada benda ini, patung Buddha ini memiliki sebuah otak,
punya pikiran, tetapi tidak memiliki tubuh. Orang lain juga ikut
memuja, setelah sering kali dipuja, akan memberinya suatu energi
tertentu. Khususnya praktisi Gong makin berbahaya, dengan memuja
lambat laun memberi energi kepadanya, sehingga ia membentuk sebuah
tubuh yang berwujud nyata, namun tubuh nyata itu terbentuk dalam
ruang dimensi lain.” (Zhuan Falun)
Saya menyadari bahwa kebiasaan
lama membela diri adalah seperti seorang praktisi yang memuja
Buddha palsu. Dengan energi yang cukup besar, Buddha palsu ini akan
mengendalikan kultivasi kita, dan itu mengerikan.
Banyak prinsip kultivasi yang telah diabaikan oleh praktisi. Setiap
kali kita memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah dengan
menggunakan logika manusia biasa, kita sudah jatuh ke jurang yang
dalam.
Kita harus memberi perhatian pada pikiran kita, dan tidak membuat
pertimbangan berdasarkan nilai-nilai manusia biasa. Mengultivasi
diri sendiri adalah sebuah proses melepaskan mentalitas manusia
biasa kita, dan itu tidak ada hubungannya dengan “menjadi adil” di
tingkat manusia biasa.
Chinese version click here
English
version click here