(Minghui.org) Pada 26 September 2015, di Denpasar, Bali dilangsungkan Konferensi Fa Indonesia. 17 praktisi membacakan pengalaman kultivasi mereka dalam meningkatkan Xinxing (kualitas moral) serta bagaimana melakukan tiga hal dengan baik.
Ruang Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Indonesia
2015
Praktisi membacakan pengalaman mereka di konferensi
Kadek Dewi bercerita bahwa ia
mendapat Falun Dafa ketika dirinya merasa putus asa, karena
berbagai pengobatan tidak mampu membebaskannya dari kanker payudara
yang dideritanya. Setelah mulai berlatih Falun Dafa dan membaca
buku utamanya, Zhuan Falun, benjolan pada payudaranya berkurang,
hingga akhirnya lenyap dengan sendirinya. Setelah menyaksikan
perubahan pada kesehatan dan wataknya, kedua orang tuanya sangat
mendukung Dewi untuk berkultivasi Falun Dafa. Melalui belajar Fa,
ia menyadari pentingnya untuk melangkah keluar dan mengklarifikasi
fakta terutama kepada turis-turis Tiongkok yang telah diracuni
sedemikian rupa oleh propaganda Partai Komunis Tiongkok
(PKT).
Putri kecilnya (4 tahun) kerap merefleksikan kondisi Xiulian-nya.
Pernah putrinya terus mengganggu dirinya ketika sedang melakukan
pemancaran pikiran lurus. Setelah menyadari keterikatan
perasaannya, putrinya pun tidak lagi mengganggunya, bahkan kini
kadang mengingatkannya untuk memancarkan pikiran lurus.
Bambang berbagi pengalamannya bagaimana menjaga Xinxing ketika
mengalami terpaan dari ibu mertuanya. Berbagai kerunyaman yang
menimpa secara beruntun, membuat ia dan istrinya, yang juga seorang
praktisi, membiasakan diri untuk tidak menyalahkan orang lain namun
mencari ke dalam setiap saat, serta saling mengingatkan akan
kekurangan.
Melalui proyek klarifikasi tiga pemunduran, Bambang telah mengalami
banyak peningkatan bersama rekan lain. Ia belakangan juga
mengklarifikasi secara konsisten ke sebuah instansi pemerintahan di
Bali agar para pejabat di instansi tersebut dapat memahami fakta
kebenaran. Setiap pergantian pejabat baru, dia mengantarkan
materi-materi Dafa ke kantor mereka, memberitakan perkembangan
Falun Dafa di berbagai belahan dunia kepada para pejabat baru
ini.
Sebuah kecelakaan motor fatal yang mengakibatkan pecahnya tempurung
kaki telah menyadarkan Made Jaya Putra Semesta akan banyak
keterikatan hatinya. Meskipun di permukaan dia telah melakukan
banyak hal, seperti bergabung dalam barisan genderang pinggang,
Tianguo Marching Band, dan menjadi pembimbing anak-anak Sekolah
Minghui; namun kecelakaan tersebut membuatnya tersadar bahwa dia
belum melepas keterikatan akan nafsu birahi, kemarahan dan
pengejaran akan uang. Meskipun mengalami keterpurukan, ia bertekad
untuk bangkit kembali dan menempuh tahap akhir pelurusan Fa dengan
lurus dan lebih gigih maju.
Gede Sukarta berbagi pengalaman bagaimana merubah tabiatnya yang
serba perfeksionis, cenderung angkuh, menjadi lebih ramah dan
pengertian terhadap orang lain, serta bagaimana ia memperkenalkan
Dafa di lingkungan kerjanya, dan kini telah terbentuk kelompok
belajar Fa kecil di tempat kerjanya saat jam istirahat.
Umar yang saat ini berusia 62 tahun, memperoleh Dafa lima tahun
yang silam, saat dia menghadapi badai besar dalam keluarganya dan
mengalami masalah jantung. Berkat mengasimilasikan
Sejati-Baik-Sabar, dia dapat merelakan banyak hal termasuk
kehilangan rumah yang diperoleh atas jerih payahnya sendiri, dan
sebagai gantinya memperoleh kedamaian hati serta kesehatan yang
prima. Sejak tiga tahun terakhir, ia secara konsisten turut dalam
aksi damai di depan Kedubes Tiongkok di Jakarta, untuk menentang
penindasan terhadap Falun Dafa di Tiongkok dan dalam proses
menjalankannya, ia telah mengalami banyak peningkatan terutama di
aspek belas kasih.
Hariyani berbagi pengalaman membuka tempat tiga pemunduran bagi
turis-turis asal Tiongkok yang tengah berlibur di Bali. Setelah
niatnya muncul untuk melakukan hal tersebut, dirinya menemukan satu
lokasi di mana turis-turis Tiongkok makan malam. Menjelang Tahun
Baru Imlek, serombongan turis Tiongkok tertarik dengan spanduk
praktisi yang bertuliskan, “Praktisi Falun Dafa Bali Mengucapkan
Selamat Tahun Baru Imlek.” Para turis memberi acungan jempol dan
bahkan berfoto bersama. Ketika disodorkan formulir tiga
pengunduran, empat turis secara antusias menyatakan mundur dari
partai jahat dan menarik garis pemisah dari kejahatan kemanusiaan
partai komunis Tiongkok. Hariyani merasakan betapa Shifu senantiasa
memberikan semangat pada para pengikutnya.
Etia, praktisi yang berusia 24 tahun, berkata bahwa melakukan tiga
hal sudah menjadi bagian hidup sehari-harinya. Setiap hari setelah
pulang kerja, dia selalu menuju tempat wisata terdekat untuk
mengklarifikasi terhadap para turis Tiongkok dan meyakinkan mereka
agar mundur dari partai jahat. Caci-maki, cemooh, acungan jempol
telah membuatnya mengenali banyak keterikatan hatinya. Pernah saat
hatinya terusik sedih karena dicemooh puluhan turis, hampir saja
dia tidak ingin pergi ke tempat wisata untuk mengklarifikasi fakta.
Namun, tiba-tiba dia mendengar bisikan, “Kamu tidak boleh seperti
itu!” Bisikan itu membangkitkan pikiran lurusnya kembali untuk
memenuhi sumpah janjinya sebagai pengikut Dafa pada masa pelurusan
Fa.
Kesalahpahaman dari orang tuanya terhadap Dafa, berubah menjadi
kebanggaan ketika orang tuanya melihat tabiatnya bukan saja berubah
semakin baik, tetapi Etia juga sukses dalam karirnya.
Sugiyono, seorang petani desa usia 80 tahun telah mengalami banyak
keajaiban Dafa, seperti tertabrak kendaraan sehingga terpental
puluhan meter, kepala kejatuhan buah kelapa dan terjatuh dari
motor, tapi semuanya tidak membuat tubuhnya cedera maupun terluka.
Melalui banyak belajar Fa bersama, ia pun mulai ikut membuktikan
Dafa dan memperkenalkan Dafa ke desa-desa tetangga, bahkan ikut
kegiatan Dafa di kota-kota besar di Indonesia.
Pasangan suami istri Artawa-Armini sharing bersama di podium.
Armini mengutarakan bagaimana sifat pemarah dan egois suaminya
berubah drastis sejak berkultivasi Falun Dafa. Artawa menjadi sosok
ayah yang lebih penyabar dan penyayang. Sementara Armini
menceritakan bagaimana menerobos keterikatan sulit bangun pagi
untuk bisa bergabung dengan teman-teman lain berlatih Gong pada
pukul 5 pagi.
Saat praktisi di seluruh dunia mendukung petisi DAFOH, sebuah
organisasi medis yang menyuarakan penghentian pengambilan organ
paksa dari para praktisi Falun Dafa di Tiongkok, Artawa telah
menggunakan bentuk petisi tandatangan ini untuk menjelaskan tentang
genosida yang para praktisi di Tiongkok tengah alami - kepada para
pengunjung sebuah pasar setempat. Orang-orang yang telah memahami
fakta penganiayaan dan memberikan dukungan moril mereka terdiri
dari berbagai kalangan, mulai dari buruh, sopir, pedagang, PNS,
pensiunan, tentara, polisi, dukun bahkan mereka yang mengaku
sebagai preman.
Konferensi Fa berakhir pada pukul 5.30 sore, dan beberapa praktisi
yang diwawancarai koresponden Minghui mengatakan, bahwa sharing
rekan-rekan telah mengingatkan mereka untuk lebih gigih maju,
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menyelamatkan lebih banyak
makhluk. Seorang praktisi asal Jawa Timur berkata akan mendorong
rekan-rekan daerahnya untuk lebih banyak belajar Fa bersama dan
melangkah keluar.