(Minghui.org) Pada Sabtu, 22 Oktober 2016 relawan Dafoh (Doctors Against Forced Organ Harvesting) di Batam bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Ibnu Sina - melakukan pemutaran film dokumenter Human Harvest di Kampus STIKes, yang dihadiri oleh 70 lebih mahasiswa dan para dosen.
Acara dimulai jam 4 sore, yang diawali dengan pemutaran film selama 52 menit, setelah itu dilanjutkan dengan diskusi seputar tema transplantasi ilegal seperti yang didokumentasikan pada film tersebut.
Bagi sebagian besar mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan tersebut, ini adalah untuk pertama kalinya mereka mengetahui adanya praktek pengambilan organ yang sedemikian brutal seperti yang terjadi di Tiongkok, perasaan ngeri dapat dilihat pada wajah mereka saat menonton.
Dalam sesi diskusi film, perwakilan Dafoh juga menghadirkan praktisi Falun Dafa sebagai narasumber, dan saat diskusi seorang mahasiswi menanyakan hal-hal detail tentang latihan Falun Dafa dan apakah penindasan terhadap Falun Dafa ini disebabkan oleh iri hati mantan ketua PKT saat itu, Jiang Zemin. Perwakilan dari komunitas Falun Dafa di Batam menjelaskan bahwa iri hati adalah dasar dari penganiayaan absurd ini, Jiang Zemin selaku ketua PKT saat itu dengan kekuasaan penuh di tangan mencetuskan penindasan berdarah terhadap Falun Dafa dengan mengabaikan konstitusi negara Tiongkok, yang sesungguhnya menjamin kebebasan berkeyakinan dan berlatih.
Seorang mahasiswa menyampaikan pendapatnya bahwa ini adalah kejahatan yang lebih besar dari kejahatan perang, di mana dalam peperangan adalah yang kuat beradu dengan yang kuat, sementara ini adalah yang kuat menindas yang tidak bersalah dan mengapa dewan HAM PBB belum melakukan suatu tindakan.
Seorang mahasiswi yang telah dua kali mengikuti pemutaran film Human Harvest menyampaikan bahwa salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menghentikan kejahatan pengambilan organ paksa ini adalah dengan memberi tahu orang-orang yang ingin melakukan cangkok organ ke Tiongkok bahwa sumber organnya berasal dari pembunuhan serta menyarankan mereka untuk melakukan transplantasi organ di Indonesia saja.
Pemutaran film tersebut telah membuka wawasan para mahasiswa yang berkecimpung di bidang kesehatan ini, serta membangkitkan keprihatinan dari para mahasiswa akan kondisi pengambilan organ paksa di Tiongkok yang direstui oleh partai yang berkuasa.