(Minghui.org) Seorang wanita mengajukan pengaduan pidana Juni lalu terhadap mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok, Jiang Zemin karena hilangnya suaminya dan penderitaan mental serta finansial. Keduanya berlatih Falun Gong, latihan spiritual yang dianiaya di Tiongkok sejak tahun 1999 di bawah perintah Jiang.
Cheng Fengxiang dari Kota Handan, Provinsi Hebei, menyadap jaringan TV lokal pada 19 Januari 2004. Dia menyiarkan video untuk melawan propaganda kebencian rezim Tiongkok terhadap Falun Gong pada media yang dikontrol pemerintah dan untuk meningkatkan kesadaran perlakuan brutal rezim pada praktisi. Dia ditangkap sembilan hari kemudian dan tanpa henti disiksa di ruang bawah tanah sebuah departemen kepolisian.
Petugas membentang lengannya dengan cara memborgol pada setiap pergelangan tangan. Akibatnya, saraf dan uratnya rusak, dan tangannya cacat permanen. Mereka memukul telapak kakinya dengan benda keras, yang menyebabkan sakit luar biasa. Mulutnya dibuka paksa, dan dicekok obat yang tidak diketahui. Petugas membakar wajahnya dengan bola lampu dan menuangkan air mendidih di kepalanya.
Cheng juga dipaksa berbaring tengkurap sementara batang kayu ditempatkan di kaki bagian bawah, dengan dua orang berdiri di setiap ujung. Penyiksaan ini dimaksudkan untuk merusak kaki bagian bawah dan lututnya.
Cheng dipukuli berkali-kali. Petugas memborgol tangannya ke atas dan ke bawah di pagar besi, memaksanya bersandar ke pagar dalam posisi yang canggung. Ditempatkan tongkat kayu menghadap dadanya, petugas memukulnya dari belakang, mendorong dadanya ke batang balok kayu tersebut. Dia tetap siuman selama 14 hari berturut-turut dengan pemukulan dan penyiksaan yang terus menerus. Tulang rusuknya patah, dan ia kehilangan berat badan 14 kg.
Pada musim gugur 2004. Cheng mulai menunjukkan tanda-tanda masalah jantung, gagal ginjal, dan gula darah rendah. Lengan dan kakinya begitu rusak sehingga ia tidak bisa berjalan atau merawat dirinya sendiri. Setelah ia dipindahkan ke kamp kerja paksa, polisi mengatakan kepada keluarganya bahwa ia telah melarikan diri dan menghilang. Keluarganya menduga bahwa ia meninggal atau termutilasi karena petugas kamp tidak ingin keluarga untuk mengunjunginya.
Dua belas tahun kemudian, keberadaan Cheng masih belum diketahui.
Keluarga Cheng pun tak luput dari teror dan penderitaan karena penganiayaan. Istrinya, Gong Shuangqin, dipenjara selama delapan bulan karena menolak melepaskan Falun Gong. Dua puluh anggota keluarganya terus-menerus diganggu oleh pihak berwenang. Penganiayaan memaksa pabrik keluarga mereka, restoran keluarga mereka dan toko mereka bangkrut.
Polisi berusaha menangkap dua remaja putra Cheng. Petugas menangkap kedua saudaranya dan beberapa kerabat, yang tidak berlatih Falun Gong, dan menahan mereka selama berbulan-bulan. Polisi menggeledah rumah mereka, menyita barang-barang pribadi mereka, dan memeras uang dalam jumlah besar dari mereka. Ibunya Gong menyerah dan menjadi stres luar biasa dan meninggal pada tahun 2012.
Laporan terkait dalam bahasa Inggris:
Practitioner Cheng Fengxiang Suffers the Torture of "Hammering Bamboo Sticks under the Fingernails"
Latar Belakang Informasi
Pada tahun 1999, Jiang Zemin, ketua Partai Komunis Tiongkok, mengabaikan anggota Komite Tetap Politbiro lainnya dan melancarkan penindasan berdarah terhadap Falun Gong.
Penganiayaan ini telah mengakibatkan kematian banyak praktisi Falun Gong selama 17 tahun terakhir. Lebih banyak lagi yang telah disiksa karena keyakinan mereka dan bahkan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Jiang Zemin bertanggung jawab langsung karena telah memulai dan meneruskan penganiayaan brutal tersebut.
Di bawah perintahnya, Partai Komunis Tiongkok membentuk lembaga keamanan di luar kerangka hukum, “Kantor 610” pada tanggal 10 Juni 1999. Organisasi tersebut berada di atas kepolisian dan sistem yudisial dalam melaksanakan perintah Jiang Zemin terkait Falun Gong: hancurkan reputasi mereka, bangkrutkan secara finansial, dan hancurkan mereka secara fisik.
Konstitusi Tiongkok mengizinkan warganya untuk menjadi penggugat dalam kasus pidana, dan banyak praktisi yang sekarang menggunakan hak tersebut untuk mengajukan gugatan pidana terhadap mantan diktator tersebut.