(Minghui.org)
Shifu meminta kita sebagai pengikut Dafa melakukan tiga hal:
belajar Fa, memancarkan pikiran lurus dan mengklarifikasi
fakta.
Saya ingin membagikan sedikit pengalaman saya melakukan klarifikasi
fakta, ini adalah sumpah janji kita yang harus kita tepati sebagai
pengikut Dafa di masa pelurusan Fa.
Semoga kita tidak ada penyesalan setelah semua ini berakhir …
Memancarkan Pikiran Lurus di Depan Kedubes Tiongkok
“Dengan demikian, pekerjaan mengklarifikasi fakta ini adalah sangat penting, setiap praktisi harus memperhatikan masalah ini. Saya beri tahu anda semua, selain Xiulian anda pribadi, pekerjaan yang paling utama saat ini adalah mengklarifikasi fakta, karena dia secara langsung sedang menyelamatkan semua makhluk, dia secara langsung sedang menolong manusia yang akan datang, bersamaan dia juga memanifestasikan keagungan Dafa dan pengikut Dafa -- dalam situasi yang begitu sulit, kalian masih menyelamatkan semua makhluk.”
Di awal Xiulian (menempa jiwa dan
raga) saya menyadari sebagai pengikut Dafa harus melakukan
klarifikasi fakta, saya memilih untuk mengikuti kegiatan
klarifikasi dan pemancaran pikiran lurus (FZN) di depan Kedutaan
Tiongkok, mengingat penindasan kejam terhadap rekan-rekan kami
masih terus berlangsung di Tiongkok hingga hari ini. Awalnya kami
melakukan dua kali seminggu, hari Kamis dan Sabtu. Saya bertanggung
jawab di hari Kamis. Biasanya kami mulai FZN jam 6 pagi. Jika hari
Kamis hingga jam 11.30 dan Sabtu hingga jam 4 sore. Kemudian dalam
perkembangannya sempat setiap hari (6 hari) dan hingga saat ini, 4
kali seminggu.
Setiap saya bertugas, saya berusaha membawa spanduk dalam jumlah
yang cukup, setidaknya 5 hingga 9 spanduk. Di awal memasang spanduk
butuh waktu agak lama, terlebih salah satu spanduk yang saya miliki
berukuran 6 m x 3 m. Dengan berjalannya waktu akhirnya saya
menemukan cara yang paling efektif dalam memasang spanduk agar
terlihat jelas dan rapi. Sasarannya semua areal di depan Kedubes
Tiongkok tertutupi spanduk, sehingga banyak pengendara mobil bisa
melihat spanduk-spanduk yang kami pasang, karena di jam-jam
tertentu pada saat itu seringkali terjadi kemacetan di depan
Kedubes, sehingga banyak pengendara mobil yang bisa membaca spanduk
kami.
Ketika saya membaca website Minghui, terdapat artikel “Berbagai
metode penyiksaan yang dilakukan PKT terhadap praktisi Falun Gong
di Tiongkok” hati saya tersentuh dan saya pun segera mencetak semua
metode penyiksaan yang diterapkan PKT dalam ukuran A4, jumlahnya
sekitar 40 gambar / metode penyiksaan beserta penjelasannya.
Jadi ketika saya melakukan kegiatan klarifikasi di depan Kedubes,
selain memasang spanduk, saya pun memasang berbagai metode
penganiayaan tersebut di sepanjang pohon-pohon yang ada di seberang
Kedubes. Beberapa praktisi awalnya agak khawatir karena saya
melakukan hal ini, namun saya tetap niatkan, bagaimana pun ini
adalah satu cara mengungkap betapa kejamnya PKT. Orang yang
berlalu-lalang sering membacanya dan beberapa berkomentar, betapa
kejamnya PKT dan ada yang bahkan meminta gambar-gambar tersebut
untuk diceritakan kepada kerabatnya.
Untuk memperkuat klarifikasi fakta ini, saya juga membagikan
artikel-artikel yang saya ambil dari website Minghui. Bekerja sama
dengan praktisi yang mengelola Minghui saya terus mendistribusikan
bahan-bahan tersebut. Berita yang saya ambil adalah berita yang
membuat orang semakin tersadarkan akan penganiayaan yang harus
ditanggung praktisi Falun Gong dan kekejaman penguasa komunis di
Tiongkok. Karena proses yang terus-menerus dilakukan, beberapa
pejalan kaki bahkan menunggu dan menantikan selebaran artikel
tersebut. Setiap minggu saya mengkopi dan mendistribusikan bahan
tersebut, bahkan jika acara khusus kami bisa mencetak hingga 500
eksemplar dan habis dibagikan.
Hujan dan panas tidak menghentikan langkah saya dan teman-teman
praktisi melakukan FZN di Kedubes. Pernah hujan beberapa kali
mengguyur hebat, saya dan teman praktisi tetap setia datang
melakukan aksi dengan menggunakan payung dan jas hujan. Saya
sendiri melihat dan sadar betapa praktisi Dafa ini agung dan proyek
penyelamatan ini adalah sakral. Kesakralan ini saya bisa rasakan
dengan lebih dalam, justru ketika menanggung penderitaan.
Kami gunakan juga kesempatan FZN di Kedubes tersebut untuk
mengumpulkan petisi yang menyerukan penghentian perampasan organ
tubuh dari rekan-rekan praktisi kami di Tiongkok. Kami
memperoleh banyak dukungan tandatangan. Bahkan ada beberapa orang
yang secara inisiatif mencarikan tandatangan dari koleganya.
Perjalanan Xiulian turun naik dan dalam prosesnya kami harus
berhadapan berulang kali dengan aparat keamanan khususnya
kepolisian. Ketika kami meningkatkan tekanan aksi dari dua hari
seminggu menjadi setiap hari (enam hari), pihak keamanan pun balik
menekan kami. Kami yakin pihak Kedutaan sangat berkeberatan dan
merasa malu kejahatan mereka tengah diungkap. Di dunia mana ada
aksi protes yang demikian panjang terhadap sebuah perwakilan
diplomatik suatu negara, kecuali Tiongkok.
Aparat kepolisian menekan, mulai dengan cara persuasif hingga
mengancam. Satu diantara aparat kepolisian yang bekerja di
dalam Kedutaan Tiongkok, mengatakan PKT itu pelit, Dia sudah
bekerja bertahun-tahun tapi tidak diperhatikan, kemudian dia
memberi usulan agar kami tidak usah lagi aksi di depan Kedubes tapi
berkomunikasi dengan instansi yang lebih tinggi, khususnya Mabes
Polri. Tapi kami mengetahui maksud dan tujuannya adalah agar kami
berhenti melakukan aksi FZN di depan Kedubes.
Tarik ulur dan ketegangan berkali-kali terjadi, pernah aparat
kepolisian yang bertugas sengaja memarkirkan mobilnya untuk
menutupi aksi kami. Pernah kami tidak diperbolehkan memasang
spanduk, namun kami berusaha teguh dan terus menggunakan kesempatan
tersebut untuk klarifikasi fakta kepada para petugas agar mereka
memahami kejahatan kemanusiaan macam apa yang tengah terjadi di
Tiongkok dan betapa mendesaknya hal tersebut.
Ketegangan dengan petugas kadang juga menimbulkan konflik di antara
praktisi, termasuk saya. Salah satu rekan praktisi melihat
ketidakberanian saya untuk menghadapi aparat, karena saya setuju
untuk mengurangi jumlah waktu FZN (kebetulan saya adalah salah satu
praktisi yang bertugas mengirimkan surat pemberitahuan ke Polda).
Akhirnya karena konflik tersebut saya melepas tanggung jawab
membuat surat pemberitahuan kepada rekan praktisi lainnya.
“Saat mengalami penganiayaan maupun tekanan di tengah manusia biasa, tak terhindar sifat hati manusia biasa akan berperan, dari itu dapat memunculkan sejumlah pikiran manusia biasa, tetapi jangan memikirkannya secara berlebihan. Wahai para pengikut pelurusan Fa, penganiayaan ini sudah berjalan hingga tahap sedemikian, dan Dafa di tengah pelurusan Fa sudah berjalan hingga tahap ini, apa lagi yang kita takutkan? Bukankah kalian telah melihat dengan jelas akan masa depan kalian? Dari itu terhadap kejahatan-kejahatan ini, terhadap pengaturan mereka, asalkan pikiran lurus kalian cukup kuat niscaya dapat menyangkal mereka, menolak mereka, membuat dia tidak berfungsi. Sedangkan anda semua di tengah manusia biasa, dalam menghadapi hal-hal tersebut, walaupun telah muncul pikiran berlainan yang sedemikian rupa, bahkan lebih banyak orang mempunyai pengertian yang berbeda, sehingga muncul beberapa sifat hati manusia biasa, ini juga tidak mengherankan, karena di tengah proses peningkatan di dalam Xiulian, di tengah perjalanan kalian membuktikan kebenaran Fa, menyelamatkan semua makhluk, melangkah menuju kesempurnaan akhir, niscaya penuh dengan liku-liku, setelah memahami, selanjutnya tempuhlah dengan baik setiap langkah di masa mendatang, ini barulah paling krusial.”
Saya menyadari jika tidak mampu
menerobos tekanan ini, dampaknya akan sangat buruk terhadap proses
klarifikasi fakta ke depannya dan akan menimbulkan penyesalan. Maka
saya membulatkan tekad untuk menghadapi aparat yang bertugas dengan
belas kasih namun penuh martabat. Dan suatu hari di dalam mimpi,
saya melihat spanduk kembali terpasang di depan Kedubes, ini
merupakan isyarat dari Guru untuk meneguhkan hati saya. Di samping
itu, jika mengingat penderitaan dan tekanan yang dialami praktisi
Tiongkok, maka penderitaan ini tidaklah ada artinya.
Pagi-pagi sekali saya datang dan langsung memasang spanduk. Baru
dua spanduk yang terpasang, kepala pos kepolisian di lokasi segera
menghampiri sambil marah-marah dan mencopot spanduk, Saya tak
tergerak, tenang dan segera memotret aksi dia ketika mencopot
spanduk yang kedua. Kemudian saya mengatakan padanya, ini hak saya
sebagai warga negara dan anda akan menanggung akibatnya. Pada hari
tersebut kami tetap FZN di seberang Kedubes dan saya menghampiri
dan tegaskan kepada aparat lain yang berjaga dengan berkata,
“Jika mengganggu kembali aksi kami, maka anda akan
mendapatkan ganjarannya.” Hari berikutnya ketika kami kembali
mengadakan FZN tidak ada seorang pun aparat yang datang mengganggu.
Saya pahami Shifu telah memperkuat pikiran lurus kami, sehingga
kami secara satu tubuh dapat melintasi ujian tersebut.
Terima kasih Guru, terima kasih rekan praktisi.