(Minghui.org) Sebuah keluarga petani yang baik hati kedatangan seorang malaikat, berkata kepadanya: "Tuhan melihat kalian begitu baik hati, akan mengabulkan tiga permintaan kalian. Tetapi ada sebuah syarat: Tidak peduli permintaan apa yang kalian minta, tetangga kalian akan mendapatkan balasan keberuntungan seperti yang kalian dapatkan sebanyak dua kali lipat.
Petani itu merasa sangat gembira,
berkata: “Mohon berikan saya setumpuk beras, supaya saya sepanjang
tahun tidak kekurangan pangan." Hari kedua pagi, ternyata di depan
pintu ada setumpuk beras seperti gunung kecil. Petani tua itu
merasa sangat senang, siap-siap menyiapkan gudang menyimpan beras
ke dalam. Tetapi, tiba-tiba dia melihat, di depan rumah tetangganya
ada dua tumpuk besar beras seperti gunung, tetangga yang biasanya
sangat miskin, dengan sangat gembira sedang memindahkan ke dalam
rumahnya, sehingga membuat petani tua ini dalam hati merasa sangat
tidak nyaman.
Setelah lewat beberapa hari, malaikat itu datang lagi, petani lalu
mengutarakan lagi permintaan yang kedua: “Memohon Tuhan
menganugerahkannya seorang anak. Rupanya, setelah 10 bulan
kemudian, istri petani itu melahirkan seorang bayi yang sangat
lucu. Petani itu merasa kaget dan senang, diri sendiri sudah
mempunyai seorang anak. Ini bukankah adalah sebuah hal besar yang
menyenangkan? Tetangga setelah mendengar berita, segera membawa
telur merah datang bersukacita, sekalian dengan senang
memberitahukannya bahwa kemarin malam, istrinya juga melahirkan
bayi, malah melahirkan bayi kembar. Petani tua itu dalam hati
merasa lebih tidak nyaman lagi, tetangganya itu sudah miskin dan
tidak mempunyai keahlian, wajah istrinya juga banyak guratan, sudah
jelek dan pendek lagi, bagaimana bisa melahirkan sepasang bayi
kembar.
Hari itu menjelang malam, malaikat sekali lagi berkunjung, minta
petani tua itu mengatakan permintaan yang ketiga. Waktu itu, petani
itu berlutut di tanah, dengan sangat menderita berkata, "Malaikat,
mohon kamu potong sebelah tangan saya?" Malaikat itu seketika
menjadi tercengang dan bertanya, “Mengapa?" Petani tua itu berkata,
"saya benar-benar tidak bisa menerimanya, dengan dasar apa tetangga
saya bisa mendapatkan dua kali lipat balasan keberuntungan,
berdasarkan apa? Saya rela kehilangan satu tangan, juga ingin
membuatnya kehilangan kedua tangannya, dengan demikian dalam hati
saya baru bisa merasa nyaman.”
Petani tua merasa malaikat lama tidak bersuara, mengangkat kepala
melihatnya, melihat wajah malaikat penuh air mata. Malaikat itu
berkata “Mengapa kamu harus mencelakai diri sendiri, dan melukai
orang lain? Apakah kamu tahu? Kamu sudah pernah berkultivasi Tao,
hanya dikarenakan iri hati kamu tidak disingkirkan, tidak berhasil
berkultivasi, kehidupan kali ini terjatuh ke duniawi dan menderita.
Sedangkan tetangga kamu itu, pernah menjadi Guru kamu,
keberuntungannya jauh lebih besar dibandingkan kamu, Tuhan
membalasnya itu baru yang utama, Mengapa kamu tidak bisa
menerimanya? Sedangkan semua juga adalah sebuah pengaturan, jika
kamu mampu tidak iri, melihat tetangga lebih baik dari kamu, kamu
seharusnya ikut senang." Petani tua itu tersadar, sayang sudah
terlambat, kesempatan sudah tidak ada lagi, dan melihat malaikat
itu menghilang, dengan sangat menyesal memukuli kepalanya
sendiri.
Orang lain menjadi lebih baik, seharusnya ikut senang, harus
berhasil berkultivasi mencapai taraf ini. Dalam beberapa tahun ini,
saya sering bertemu kasus yang demikian, orang lain lebih baik,
hati diri sendiri sedikit banyak merasa tidak nyaman, meskipun
tidak seberat petani tua itu, namun saya tahu, iri hati ini adalah
pantangan besar bagi seorang kultivator, harus diberantas sampai ke
akarnya.
Contohnya: Mendengar bisnis teman kurang bagus, dalam hati ada
semacam perasaan senang. Ada teman membeli sebuah mobil bagus, lalu
berpikir: "Dia telah beli mobil bagus? Dia dengan apa membeli mobil
yang demikian bagus? Dari mana uangnya?" Ada seorang teman, anaknya
tertangkap berkelahi, saya satu sisi menjenguknya, menghiburnya, di
lain sisi dalam hati ada sedikit perasaan senang. Ada seorang
kerabat bisnisnya sangat besar, mempunyai harta puluhan miliar.
Saya merasa sangat minder, namun kadang-kadang saat makan bersama,
memberi nasihat kepadanya, "Uang hanyalah di tukar dari kebajikan,
saat meninggal tidak bisa dibawa pergi, hidup kita hanya beberapa
puluh tahun, semua itu tidak bisa diperhitungkan? Kamu harus
mengutamakan akhlak.” Sepertinya diri sendiri sangat mengerti,
namun sesungguhnya sangat iri kepada orang lain.
Berada rekan praktisi juga ada penampilan semacam ini, ada orang
berkata siapa-siapa berkultivasi dengan sangat baik, saya lalu
berpikir: "Apanya yang bagus? Dia masih ada kekurangan-kekurangan."
Tidak melihat sisi baik yang telah dikultivasikan, dan selalu
melihat sisi negatif. Beberapa hari yang lalu, di daerah setempat
ada seorang rekan praktisi menurut mereka kultivasinya sangat
bagus, masuk rumah sakit. Ketika mendengar berita itu, waktu itu di
dalam hati kecil ada semacam perasaan senang: "Bukankah
kultivasinya sangat bagus? Bagaimana bisa masuk rumah sakit? Ketika
pergi menjenguknya, masih menyindirnya.
Biasanya selalu merasa diri sendiri kultivasinya lumayan bagus,
ketika ada masalah, baru ketahuan masih jauh dari bagus. Saya
menulis keluar kisah di atas dengan maksud, ingin menghilangkan iri
hati secara tuntas.