(Minghui.org) Pada Minggu, 28 Agustus sekitar 1200 praktisi Falun Dafa dari berbagai negara Asia, seperti: Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Hong Kong, Taiwan, Korea bersama-sama menghadiri Konferensi Fa Asia tahun 2016, konferensi sakral pengikut Dafa untuk saling berbagi pengalaman dan pemahaman kultivasi di dalam Dafa dan mendorong satu sama lain.
Dalam kesempatan tersebut, lima
belas artikel sharing dari Indonesia, Hong Kong, Thailand, Taiwan,
Jepang, Korea, Vietnam dan Malaysia secara bergantian dibacakan di
podium.
Praktisi asal Batam, Dedi mengutarakan bagaimana dia segera
melepaskan sifat-sifat buruknya seperti egois, penjudi, perokok
berat setelah mendapatkan buku Zhuan Falun, buku bimbingan bagi
praktisi Falun Dafa. Dengan perlindungan Guru yang belas kasih, dia
dan keluarganya beberapa kali selamat dari kecelakaan tanpa luka
berarti, termasuk telak tersambar petir ketika mengendarai sepeda
motor. Sejalan dengan peningkatan pemahamannya di atas Fa, dia
mulai aktif berpartisipasi dalam kegiatan klarifikasi setempat,
memerhatikan pentingnya pemancaran pikiran lurus dan belakangan
membentuk kelompok belajar Fa di daerahnya untuk mendorong
rekan-rekan setempat lebih gigih maju.
Praktisi muda asal Korea, Eum
berbagi bagaimana dia mengatasi rasa sepi dengan banyak belajar Fa,
dan bagaimana Guru yang belas kasih menyauknya kembali dari
kubangan lumpur saat masa kuliah yang sering ia lewatkan sambil
berfoya-foya bersama teman-temannya. Setelah melintasi cobaan besar
tersebut, dia menyadari pentingnya membentuk lingkungan Xiulian
bersama untuk para praktisi muda dan berinisiatif mengadakan
Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi untuk Praktisi Muda di
Korea. Meskipun banyak yang awalnya meragukan dirinya, Konferensi
akhirnya terselenggara dengan baik dan bahkan berlanjut pada
tahun-tahun berikutnya dan telah memberikan kontribusi bagi
lingkungan Xiulian rekan-rekan praktisi muda dalam proses menuju
dewasa.
Seorang guru asal Taiwan berbagi pemahamannya menjadi pembimbing
dan bagaimana bekerja sama dan berkoordinasi dengan baik. Dalam
proses tersebut, dia menemukan keterikatan membuktikan diri
sendiri, mencari pengakuan dan lainnya. Ia juga berbagi bagaimana
kualitas belajar Fa dan latihan Gong menurun saat proyek yang
dikerjakan semakin banyak, sehingga muncul gejala seperti jantung
nyeri, gelisah dan lain-lain. Berkali-kali dia hendak melepas
tanggung jawabnya sebagai koordinator, hingga sharing rekan
praktisi menyadarkan dirinya akan keegoisannya, ingin menghindar
dari kesukaran; mengejar hasil dan tidak menyadari bahwa proses
mengerjakan itu sendiri sudah penuh makna. Hingga pada akhirnya dia
kembali menyadari betapa tanggung jawabnya sebagai pembimbing
adalah karunia dan kesempatan yang Shifu berikan kepadanya.
Praktisi asal Jepang, Wan mengangkat topik qing terhadap keluarga.
Dimulai dari bagaimana membantu bibi seorang rekan praktisi yang
diculik oleh aparat PKT. Karena berupaya menyelamatkan rekan
praktisi tersebut, keluarga Wan di daratan Tiongkok sempat mendapat
banyak gangguan dan ancaman dari pihak berwenang, yang menimbulkan
banyak tekanan pada dirinya, bahkan suaminya mengancam akan
menceraikannya karena takut pada tekanan otoritas komunis Tiongkok.
Dengan hatinya yang tak tergerak dan saat dia melepaskan qing
(perasaan, emosi), berita baik pun satu demi satu kembali terdengar
seolah tidak terjadi apa pun, keluarganya kembali baik
padanya.
Praktisi Thailand yang bertahan mengklarifikasi fakta kepada turis
Tiongkok di depan Istana Raja di Bangkok, menceritakan bagaimana
melalui belas kasih, bersabar dan mencari ke dalam saat menemui
masalah, dia merubah situasi di sekitarnya. Para pedagang kecil
yang awalnya memiliki kesalahpahaman dan bersikap kasar padanya,
akhirnya menyebutnya sebagai sahabat mereka, bahkan turut
meneriakkan ‘Falun Dafa baik’ saat dia mengklarifikasi fakta ke
turis daratan.
Praktisi Yang, asal Hong Kong berbagi pengalamannya membagikan
Koran di jembatan layang Jinzhong, di jantung kota Hong Kong yang
dekat pusat pemerintahan, kedutaan dan kantor perusahaan besar.
Tanpa terasa sepuluh tahun telah berlalu. Dalam proses tersebut,
dia telah melihat perubahan para pelanggan penerima korannya,
bahkan Konsulat Jerman memberikan jalur khusus baginya untuk
mengantarkan korannya. Selama menjadi penanggung jawab pusat bagi
Koran, dia telah menemukan sifat egoisnya, mentalitas pamer dan
sifat pendendamnya. Menyadari masa pelurusan Fa yang sudah
semakin akhir, dia bertekad melepaskan semua keterikatan hatinya,
kembali bersama Shifu.
Melalui artikel-artikel yang dibacakan, banyak praktisi yang
menghadiri Konferensi merasakan jarak kesenjangan dengan
rekan-rekan lain, dan bertekad untuk memperbaiki diri serta
mengejar ketinggalan, agar tidak meninggalkan penyesalan yang
mendalam.