(Minghui.org) Saya adalah seorang guru berusia 50 tahun yang mulai berlatih Falun Gong (juga dikenal Falun Dafa) pada bulan Agustus 2015. Saya sangat beruntung bisa menjadi praktisi Dafa: setelah berkultivasi, kesehatan fisik dan mental saya meningkat pesat. Melalui belajar Fa, saya memahami makna kehidupan.
Saya ingin berbagi pengalaman latihan kultivasi saya selama delapan bulan, dengan harapan supaya lebih banyak orang bisa memahami kebaikan Falun Gong melalui kisah saya.
Perasaan Hancur
Saya didiagnosa menderita kanker hati stadium awal ketika menjalani pemeriksaan fisik pada bulan Juni 2015. Saya sangat terkejut, karena saya berolahraga secara rutin, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Keluarga saya juga tidak punya catatan menderita penyakit yang berhubungan dengan hati.
Berita ini sangat menyeramkan sampai saya keluar keringat dingin ketika mendengarnya. Setelah dipastikan, saya mendatangi sebuah rumah sakit untuk mendapatkan perawatan penyakit kanker.
Malam hari sebelum memeriksakan diri ke rumah sakit, saya berjalan-jalan bersama istri. Tiba-tiba saya merasa lelah setelah berjalan sekitar satu mil dan harus beristirahat – sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Saya merasa hancur dan menangis ketika sedang sendirian.
Ketika diperbolehkan pulang, dokter memberitahu saya harus menjalani tes darah dan tes resonansi magnetis setiap bulan. Dia bahkan menyebutkan saya akan sering mengunjungi rumah sakit.
Selamat Setelah Berkultivasi
Saya pulang ke rumah, kelelahan dan putus asa.
Melihat saya hidup dalam kesakitan setiap hari, istri menganjurkan agar saya mencoba latihan Falun Gong. Dia menjadi praktisi sejak tahun 1997.
Ketika saya mempersiapkan peralatan video untuk istri saya dan praktisi lainnya pada tahun 1997, mereka juga mendorong saya untuk menonton video Ceramah Fa Guru. Saya menolak karena berpikir Dafa hanyalah latihan qigong untuk kesehatan dan kebugaran, dan kondisi kesehatan saya waktu itu sangat baik.
Pada tahun 2014, saya pergi ke rumah sakit karena talamus kiri saya mengalami stroke ringan akibat melakukan latihan terlalu keras. Istri menyarankan supaya saya berlatih kultivasi, namun saya hanya membaca beberapa halaman buku Zhuan Falun.
Karena kesehatan saya pulih dengan cepat, saya tidak meneruskan latihan. Sekarang menderita kanker, saya merasa tidak punya pilihan lain. Saya mulai berlatih, walaupun dengan sedikit rasa skeptis.
Saya baca Zhuan Falun dan menonton video ceramah Fa Guru bersama dengan istri. Kami melakukan latihan gerakan bersama setiap hari. Walaupun saya hanya mampu bermeditasi dalam pose sila tunggal selama 45 menit, namun sejak itu saya tidak pernah berhenti berlatih.
Ketika melakukan metode Berdiri Memancang Metode Falun untuk pertama kalinya, saya hampir tidak berhasil. Atas rekomendasi istri, saya segera meminta bantuan Guru. Hasilnya, saya berhasil menyelesaikan kelima perangkat latihan.
Suatu pagi saya ketiduran dan merasa pinggang saya dicolek oleh jari dari bawah ranjang. Saya tahu itu pasti adalah Guru yang membangunkan saya supaya berlatih Gong. Saya tahu di dalam hati bahwa tanpa berkah dari Guru, saya tidak akan mampu berkultivasi sampai sejauh ini.
Saya pulih sepenuhnya setelah empat bulan berlatih Falun Gong. Delapan bulan kemudian, hasil tes darah bulanan menunjukkan darah saya normal.
Dengan terus menerus belajar Fa, saya berubah dari seorang ateis yang keras kepala menjadi orang yang percaya pada Dafa. Saya benar-benar berterima kasih atas berkah Guru.
Peningkatan Xinxing
Biasanya saya tidak suka kehilangan muka, dan karena itu saya tidak mau kalah dalam hal apa pun. Ketika berbelanja, saya selalu dengan cermat membandingkan kualitas dan harga dari semua barang sebelum membeli. Namun saya berubah setelah berkultivasi.
Suatu kali, tanpa sengaja saya menjatuhkan wadah tusuk gigi di supermarket. Segera saya memungut tusuk gigi itu dan memasukkannya kembali ke dalam wadahnya, namun bungkusnya telah rusak.
Sebelum berkultivasi, saya akan pergi begitu saja karena tidak ada seorang pun yang melihat. Namun sekarang, saya mengikuti prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar dan membayar walaupun barang tersebut berharga 40 yuan.
Saya menjelaskan alasan kepada penjual yang melihat saya dengan tidak percaya. Banyak ornag di sana juga memandang saya dengan aneh, tapi saya tetap tenang.
Pada tanggal 27 Desember 2015, saya membeli sekantung ubi dari seorang penjual air. Saya membayarnya 30 yuan, 5 yuan lebih tinggi dari harga yang dia minta. Ketika membuka kantung itu di rumah, saya menemukan hanya 20 persen dari ubi itu yang masih layak dimakan.
Berpikir mungkin orang ini tidak tahu ubi di dalam kantung telah rusak, saya tidak bertengkar dengannya dan dengan tenang saya memisahkan ubi yang sudah rusak. Saya tahu harus memikirkan orang lain terlebih dahulu, dan sebagai seorang praktisi, tidak boleh bertarung demi sedikit perolehan ini.
Ketika pulang ke rumah setelah Tahun Baru, saya menyadari – yang membuat saya terkejut – delapan puluh persen dari ubi yang rusak kini menjadi bagus.
Saya yakin itu pasti adalah penyemangat dari Guru. Dengan mengikuti prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar, saya telah menjadi seorang yang jujur, baik, dan memikirkan orang lain terlebih dahulu. Saya juga menjadi sehat dan bahagia.