Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kebajikan dan Kebijaksanaan Shao Yong

7 Sep. 2016

(Minghui.org) Shao Yong (1011 - 1077 Masehi) adalah salah satu cendekiawan terkenal dalam sejarah Tiongkok. Ia adalah seorang filsuf, ahli kecantikan, penyair dan sejarawan yang hidup selama Dinasti Song. Ia sangat dihormati karena kebajikannya dan pengetahuan mendalam tentang ikonografi dan ilmu berhitung.

Masa-masa Awal

Leluhur Shao berasal dari Fanyang di Provinsi Hebei. Ia lahir di wilayah yang dikenal sebagai Hengzhang. Keluarganya kemudian pindah ke Kabupaten Gongcheng, sekarang sebagai Kota Huixian, Provinsi Henan.

Ayahanda Shao, Shao Gu adalah orang terhormat dengan sifat blak-blakan. Ia adalah seorang sarjana sastra dan gemar membaca. Di bawah pengaruhnya, Shao Yong belajar sastra klasik sejak usia muda. Kemudian, Shao Yong belajar di sekolah swasta, yang dikelola oleh biksu Buddha. Ia juga suka bepergian, memperluas pandangannya.

I Ching – Buku Perubahan

I Ching adalah buku kuno tentang ramalan dan merupakan buku klasik Tionghoa yang paling tua. Buku ini menjadi dasar bagi praktik ramal-meramal selama berabad-abad di Tiongkok.

Dikatakan bahwa Shao Yong memiliki dua pot berbentuk bantal. Saat sedang membaca di kamarnya pada di suatu hari sore di musim panas, ia melihat tikus berlarian. Segera, ia mengambil salah satu pot dan melemparnya ke tikus itu. Pot itu tidak mengenai tikus dan pecah berkeping-keping.

Shao menemukan secarik kertas di dalam pot yang pecah itu yang berbunyi, ”Bantal pecah ketika tikus lolos.” Shao merasa sangat aneh. Ketika ia memecahkan pot yang satunya lagi dan menemukan secarik kertas lain yang berbunyi, ”Yang itu pecah, yang ini juga pecah.” Karena pengalaman ini, ia menjadi sangat tertarik untuk mempelajari ramalan.

Pejabat administrasi Gongcheng pada waktu itu adalah Li Zhicai. Li adalah murid generasi ketiga dari Taois terkenal Chen Tuan. Ia pernah belajar I Ching secara mendalam dan ingin menurunkan ilmunya. Terkesan dengan karakter Shao Yong, Li mengajari Shao Yong pelajaran kuno ikonografi dan ilmu berhitung. Ia menghadiahkan buku langka kepada Shao Yong seperti Hetu, Luoshu, Ba Gua dan Gambar Heksagram.

Shao Yong menghabiskan 20 tahun berikutnya untuk mempelajari I Ching. Saat itu, kebanyakan pelajar mempelajari I Ching menggunakan pendekatan literal dan moral. Shao sendiri menggunakan pendekatan lain, didasarkan pada konsep ikonografi dan kosmologis. Ia menulis Huangji Jingshi dan Guanwu Neiwaipian. Orang-orang percaya bahwa seseorang bisa meramalkan semua masalah dalam kehidupan, termasuk timbul dan tenggelamnya masyarakat, menggunakan metode Shao Yong.

Menurut sejarawan Dinasti Song, Shao berpengetahuan supernormal dan beberapa kali mampu meramal masa depan secara akurat. Shao menulis buku tentang ramalan, seperti Meihua Yishu, Tieban Shenshu, Heluo Zhenshu dan lain-lain. Dalam puisi Bunga Plum Mekar (Plum Blossom) yang terkenal, Shao meramalkan perubahan besar dalam sejarah Tiongkok dari Dinasti Song hingga hari ini, bahkan di masa depan. Banyak orang percaya bahwa sejarah telah membuktikan ramalannya.

Contoh Teladan Bagi Generasi Mendatang

Bagi Shao Yong belajar I Ching juga berarti menjalani kultivasi diri. Ia percaya seseorang harus mengikuti Tao langit dan bumi dalam perbuatan dan pembicaraannya. Ia berkata bahwa ada jalan langit dalam segala hal di alam semesta. Ketika seseorang mengikuti jalan langit, tidak hanya ia bisa memelihara tubuh dan semangat, tetapi juga memperoleh kebahagiaan sejati.

Shao Yong percaya bahwa seseorang harus berusaha memiliki kebajikan orang suci. Orang seperti itu tanggap pada perubahan kosmos, memahami dunia alami dan berpengalaman dalam segala urusan manusia.

Untuk mencapai itu, Shao Yong percaya bahwa kuncinya adalah mengkultivasi hati seseorang atau menurutnya, ”Hanya membicarakannya tidaklah sebagus mempraktikkan; mempraktikkannya tidaklah sebagus menaruhnya ke dalam hati.”

Shao Yong sendiri menekankan pentingnya mengkultivasi moralnya sendiri. Tindakan dan perilakunya menjadi contoh teladan bagi generasi masa mendatang. Menurut sejarawan Dinasti Song, Shao memperlakukan orang dengan ketulusan sejati tanpa memandang status sosial mereka. Ia memiliki hati yang baik dan selalu berhati lapang. Ketika berbicara dengan orang-orang, ia menghindari membicarakan kekurangan orang dan senang membicarakan keunggulan mereka. Ketika ditanyakan sesuatu, ia selalu menjawab dengan jujur tanpa memaksakan pandangannya.

Shao Yong tidak pernah menjabat di pemerintahan, meski berteman dengan banyak pejabat tinggi. Ia sangat dihormati karena karakter moralnya yang tinggi dan pengetahuannya oleh semua lapisan masyarakat. Orang-orang bergegas menyambutnya ke mana pun ia pergi. Ada yang bahkan membangun rumah mereka seperti punya Shao, berharap ia akan tinggal bersama dengan mereka.

Pembicaraan Antara Nelayan dan Penebang

Shao Yong percaya bahwa ketika orang-orang menghargai kebajikan, mereka akan menjadi sopan dan rendah hati, maka masyarakat akan menjadi makmur; ketika orang-orang mengejar keuntungan dan kepentingan, mereka akan berkelahi demi keuntungan dan kekuasaan, masyarakat akan menjadi kacau.

Dalam cerita Nelayan dan Penebang, Shao Yong menulis tentang konsekuensi dari mencari kepentingan sendiri.

Seorang nelayan sedang memancing di tepi sungai. Seorang penebang lewat dan bertanya, ”Apa yang sedang kamu lakukan?

“Memancing,” kata nelayan.

“Kamu bisa menangkap ikan hanya menggunakan kail, bukan?” tanya penebang

“Ya,” jawab nelayan.

“Bagaimana jika kamu tidak menaruh umpan di kail?” tanya penebang.

“Tidak akan berhasil,” kata nelayan.

“Jadi ikan itu terkait bukan karena kail tetapi karena umpan,” seru penebang. “Ikan kehilangan nyawanya hanya karena umpan sedikit itu. Ada orang seperti ikan – mereka menghancurkan masa depan mereka hanya demi sedikit kepentingan pribadi.”

Shao Yong meninggal dunia pada usia 67 tahun. Banyak kaisar menganugerahkan gelar kehormatan kepadanya setelah kematiannya.