(Minghui.org) Saya biasa menderita kondisi mata yang aneh: ada sesuatu yang tumbuh di dalam mata saya yang terlihat seperti sebuah “mata” lain. Semua orang akan bertanya kenapa saya selalu menangis, namun saya tidak menangis. Rasa nyeri yang sangat membuat mata saya otomatis mengeluarkan air mata.
Tak seorangpun tahu apa itu. Saya mengunjungi sejumlah dokter, namun tak satupun dari mereka tahu apa yang harus dilakukan. Seorang dokter mata terkenal melakukan riset dan menemukan bahwa itu adalah kondisi yang sangat langka serta tidak ada pengobatannya. Saya sangat terpukul.
Seorang praktisi Falun Gong mendengar kisah ini dan mengunjungi saya. Dia memberi tahu saya tentang prinsip-prinsip Falun Gong dan kekuatan penyembuhannya. Dia juga membawakan buku utama Zhuan Falun untuk saya. Saya tumbuh besar di bawah pengaruh budaya Partai Komunis dan doktrin ateisnya, jadi apa yang dikatakannya tidak bisa meyakinkan saya.
Ketika putra saya melihat buku itu setelah pulang dari kerja, dia sangat gembira. Dia mengatakan bahwa Falun Gong sangat menakjubkan. Dia mengatakan bahwa salah satu rekan kerjanya menderita radang sendi yang parah. Ketika penyakitnya kambuh, dia bahkan tidak mampu membawa tasnya, akan tetapi, setelah mempelajari Falun Gong, dia sembuh total.
Putra saya meminta saya agar mencobanya, tetapi saya beralasan tidak bisa melihat. Dia mulai membaca buku itu untuk saya. Lima hari kemudian, ketika putri saya membawa air tetes mata untuk saya, dia berkata, “Dimana pertumbuhan di dalam mata ibu? Siapa yang menyembuhkan ibu?”
Saya tidak tahu apa yang sedang dia katakan. Saya melihat ke cermin. Pertumbuhan itu sudah hilang! Bagaimana bisa demikian?! Saya hanya mendengar ajaran selama lima hari! Saya tidak percaya saya beruntung!
Falun Gong menyembuhkan kondisi yang tak dapat disembuhkan dalam lima hari! Saya terdiam. Ini sangat menakjubkan! Hidup saya diperbaharui!
Sejak hari itu, saya menjadi seorang kultivator Falun Gong yang teguh. Saya ingin memberi tahu semua orang, “Ingat bahwa Falun Dafa baik dan Sejati-Baik-Sabar baik.”