(Minghui.org) Sebuah konferensi diadakan di Presidency University di Kolkata, India, menyatukan ahli-ahli dari seluruh dunia untuk membahas genosida. Para pembicara itu termasuk pengacara HAM internasional David Matas, yang membahas masalah penganiayaan Falun Gong di Tiongkok dan pembunuhan praktisi Falun Gong demi organ mereka.
Dengan tema International Multidisciplinary Conference on Prevention of Mass Violence and Promotion of Tolerance: Lessons from History (Konferensi Multidisiplin Internasional dalam Mencegah Kekerasan Massa dan Mempromosikan Toleransi: Pelajaran dari Sejarah), diselenggarakan oleh Fakultas Sejarah dan berlangsung pada tanggal 27 dan 28 Februari 2017.
Konferensi tersebut merupakan bagian dari perayaan 200 tahun Presidency College serta diakuinya sebagai universitas. Acara tersebut juga menyongsong pengenalan Studi Holocaust sebagai pelajaran pasca sarjana untuk pertama kali di Asia, diprakarsai oleh Dr. Navras Aafreedi dari Fakultas Sejarah.
Konferensi mengenai Pencegahan Kekerasan Massa dan Mempromosikan Toleransi di Presidency University di Kolkata
Panel pembicara terkenal berasal dari Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Austria, Israel, Bangladesh, dan India. Karena genosida menjadi tema konferensi, Matas membahas masalah penganiayaan dan pembunuhan praktisi Falun Gong di Tiongkok, dimana dia bersama dengan mantan Sekretaris Negara Kanada untuk Kawasan Asia Pasifik, David Kilgour melakukan investigasi selama lebih dari satu dekade.
Pengacara HAM dari Kanada David Matas membahas penganiayaan Falun Gong di Tiongkok
David Matas menjawab saat sesi tanya jawab
David Matas menjawab pertanyaan dengan fakta-fakta dan angka-angka dalam sesi tanya jawab. Di akhir sesi pada hari kedua, Matas menjadi ketua pembahasan dengan panel para pembicara.
Matas mengatakan, “Pelajaran yang saya sarankan untuk kita petik dari konferensi ini adalah bahwa konferensi di universitas ini serta studi universitas terkait diperkenalkan sebagai bagian dari program akademinya adalah bermanfaat. Asia Selatan memberikan upaya untuk memetik pelajaran dari pembunuhan massanya tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga kepada dunia. Fokus pada tragedi di masa lalu mereka bisa, dengan satu harapan, membantu untuk mencegah tragedi semacam itu di masa depan di daerah tersebut.”
Dia menambahkan, “Kita melihat Asia Selatan memetik pelajaran dari sejarah kekerasan massa untuk mengajari kita semua, untuk membantu kita dimanapun untuk mencegah kekerasan massa, dan mempromosikan toleransi di seluruh dunia.”