(Minghui.org) Keterikatan pada “diri sendiri” yang kuat dan keras kepala menjadi halangan besar bagi kultivasi saya selama bertahun-tahun. Baru-baru ini saya merenungkan bagaimana kondisi kultivasi saya, saya memiliki beberapa kesadaran yang mengejutkan dan ingin berbagi dengan rekan-rekan praktisi.
Kepuasan Diri
Saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 2013, dan selalu berpikir saya rajin berkultivasi. Sebagai contoh, sebagai rasa hormat terhadap pencipta Falun Dafa, saya mencuci tangan sebelum membaca buku-buku Dafa, duduk tegak dengan kaki disilangkan, dan dengan saksama membaca setiap kata. Saya sering bermimpi terbang ke atas. Saya bisa merasakan bahwa saya meningkat ke tingkat lebih tinggi.
Begitu alarm jam berbunyi setiap pagi, saya segera bangun dan melakukan latihan. Pikiran saya jernih, tanpa ada pikiran apa pun untuk berlama-lama di tempat tidur. Ketika praktisi lain mengatakan mereka tidak mendengar bunyi alarm, saya berpikir, “Bagaimana mungkin?”
Akan tetapi, segera setelah memiliki pikiran ini, saya juga tidak mendengar alarm, bahkan disetting pada volume paling besar. Suami saya harus mematikannya dan kemudian memberitahu saya.
Hal ini sering terjadi selama tiga tahun. Ketika mencari ke dalam, saya menemukan keterikatan pada kenyamanan, tetapi tidak bisa mengubahnya. Saya melakukan sedikit baik ketika memiliki keteguhan yang kuat, tetapi segera mengendur sehingga tidak bisa bangun pagi lagi. Saya tahu tidak akan bisa melewati ujian ini tanpa menyelesaikan akar masalah saya.
Apa penyebab masalah saya? Keterikatan pada kenyamanan? Kemalasan? Konsep manusia tentang kebutuhan tidur dalam jumlah jam tertentu dalam sehari? Semua ini berperan, tapi tidak satu pun yang menjadi akar masalah saya.
Saya bereaksi aneh terhadap pembicaraan praktisi lain tentang pelajaran yang mereka petik. Bukan termotivasi oleh kultivasi gigih mereka, saya malah mengendur. Sebagai contoh, saya tidak terikat pada ponsel atau internet. Akan tetapi, saya menjadi lebih asyik dengan ponsel dan internet setelah membaca sebuah artikel tentang bagaimana beberapa praktisi tersandung pada masalah ini. Saya menghabiskan hari-hari dengan menjelajah internet.
Contoh lainnya adalah berbelanja di internet. Setelah beberapa praktisi berbicara tentang bagaimana mereka menghabiskan waktu dengan berbelanja di internet, meskipun saya tidak punya masalah ini, saya juga mulai menjelajah internet dan menghabiskan banyak waktu di sana. Saya terus menerus mengambil kebiasaan buruk praktisi lain.
Awalnya, saya tertawa pada diri sendiri karena mencontoh orang lain. Tetapi mengapa saya terus melakukan ini?
Banyak praktisi yang tersandung pada masalah ini adalah praktisi lama. Masalah ini, menurut saya, bahkan seorang praktisi baru seperti saya bisa melewatinya dengan mudah. Tetapi saya sadari sering memandang rendah terhadap orang lain. Saya merasa puas diri dan percaya sedang berkultivasi dengan baik dari para praktisi lama ini.
Setelah mengidentifikasi masalah, saya sadari betapa rendah kultivasi saya. Saya pikir telah berkultivasi dengan sangat baik, namun bahkan belum menyentuh konsep berkenaan “diri sendiri.”
Melihat ke belakang, saya melihat bahwa saya selalu berpikir lebih baik dari pada orang lain dan telah mengikuti standar moral lebih tinggi, bahkan sebelum saya berlatih Falun Dafa. Walau sangat ingin mencari ke dalam dan telah mampu menyingkirkan beberapa keterikatan setelah berkultivasi, kepuasan diri ini telah menghalangi saya untuk melihat banyak keterikatan lainnya.
Konsep Palsu
Saya sangat menghormati Guru dan Dafa sejak awal berkultivasi. Akan tetapi, baru-baru ini saya memiliki pikiran yang sangat buruk dan tidak hormat. Saya tahun ini bukan diri saya yang sejati, tetapi selama berhari-hari saya tidak bisa melenyapkan pikiran ini. Pikiran sedikit mereda setelah saya memancarkan pikiran lurus untuk melenyapkan substansi buruk dari mana pikiran ini berevolusi, tetapi mereka segera kembali. Saya sangat terganggu.
Ketika pikiran buruk muncul, saya berpikir, “Oh, tidak! Bagaimana saya bisa memiliki pikiran kotor seperti ini?” Saya menolak untuk mengakui pikiran-pikiran itu adalah milik saya. Saat membaca “Kesadaran Utama Harus Kuat” di Zhuan Falun dan memancarkan pikiran lurus, saya menyadari kekuatan lama sedang berusaha untuk menganiaya saya. Saya bertanya pada diri sendiri, “Apakah saya benar-benar memiliki pikiran tidak hormat seperti ini terhadap Guru?” Jawabannya adalah “tidak.” “Apakah pikiran kotor ini milik saya?” jawabannya adalah “tidak.”
Konsep-konsep ini telah mengikuti kita dari kehidupan demi kehidupan, dan kita berpikir mereka adalah kita, namun bukan. Makhluk yang benar-benar murni tidak memiliki benda-benda ini.
Juga menyadarkan mengapa saya tidak bisa berkonsentrasi saat bermeditasi atau belajar Fa, dan mengapa saya merasa ngantuk saat memancarkan pikiran lurus. Saya telah terikat pada “diri sendiri” yang palsu yang tampak seperti saya, dan merasa baik tentang diri saya.
Keterikatan terhadap diri palsu ini telah menghalangi saya berkultivasi dengan gigih. Saya memperlakukan kultivasi sebagai bagian dari kehidupan saya, tetapi gagal memperlakukan kehidupan saya sebagai bagian dari kultivasi saya!
Sentimentalitas, Keegoisan, dan Iri Hati
Ibu saya adalah seorang praktisi Dafa, namun beliau meninggal dunia akibat dari penganiayaan. Kematian beliau menjadi pukulan besar bagi saya, dan bahkan saya berpikir ingin meninggalkan dunia ini. Saya tahu melakukan bunuh diri adalah salah, tetapi emosi yang berlebihan ini membuat saya ingin melepaskan segalanya.
Saya berupaya untuk melepaskan beberapa keterikatan sentimental kepada ibu setelah mulai berkultivasi. Saya bermimpi tentang beliau segera setelah ikut berlatih. Ibu pelan-pelan terbang ke atas, namun saya sudah terbang di atas beliau, meninggalkannya makin jauh ke belakang. Saya sadari bahwa keterikatan emosi pada ibu adalah halangan serius bagi kultivasi saya, dan saya bertekad untuk melepaskan keterikatan pada sentimentalitas ini.
Guru berkata,
“Timbul gangguan iblis oleh pikiran sendiri masih ada keadaan lain: Gangguan berupa melihat sanak keluarga yang telah meninggal, bertangisan meminta anda melakukan ini atau itu, segala hal dapat terjadi. Dapatkah hati anda ini tidak terusik? Anda justru memanjakan anak anda ini, anda menyayangi orang tua anda. Orang tua anda sudah meninggal dunia, mereka memberi tahu anda melakukan sesuatu... semua merupakan jenis urusan yang tidak boleh dilakukan, jika anda lakukan akan celaka, praktisi Gong adalah demikian sulit.” (Zhuan Falun)
Keterikatan saya kepada ibu, yang mana terjerat selama bertahun-tahun, tiba-tiba hilang. Saya menjadi jernih tentang takdir pertemuan kami dan akhirnya terbebaskan dari perasaan manusia berkenaan dengan ibu saya.
Saya juga memikirkan tentang takdir pertemuan saya dengan suami. Kami telah menjadi teman selama bertahun-tahun sebelum menikah, dan saya mulai berlatih Falun Dafa segera setelah kami menikah.
Suami dan saya sebenarnya bersama-sama di banyak kehidupan kami sebelumnya. Kami telah menjadi suami istri, kekasih, teman sekolah, atau teman di masa yang berbeda. Kami memiliki banyak hubungan yang bermakna sepanjang sejarah. Karena kami bertemu di kehidupan ini, kami terikat bersama-sama seperti kami tidak pernah terpisahkan. Tidak heran kami berdua merasa sudah lama saling kenal pada pertemuan pertama kali dalam kehidupan ini.
Karena memperoleh pemahaman lebih dalam tentang perasaan saya terhadap suami, saya juga menjadi paham atas keterikatan sentimental saya kepada ibu. Perasaan eksis di dalam Triloka. selama terikat pada perasaan, saya tidak akan bisa meninggalkan Triloka. Manusia hidup dalam ilusi, terikat pada perasaan. Akan tetapi, praktisi Falun Dafa bisa melepaskan keterikatan-keterikatan ini selama mereka teguh berkultivasi.
Saat memancarkan pikiran lurus untuk membasmi gangguan kekuatan lama, saya melihat beberapa pemandangan di dimensi lain. Ada gunung-gunung tinggi dengan tebing terjal. Awan menutupi puncak gunung, dan daratan luas membentang di lembah. Saya melihat saat pemandangan tenang ini mulai memudar, lalu digantikan dengan pemandangan baru. Tubuh saya tumbuh makin membesar, dan gunung-gunung tampak makin kecil. Seluruh tubuh saya bersinar dengan cahaya emas terang. Sebuah bunga lotus emas muncul di angkasa, memancarkan sinar emas yang memesona. Semuanya memancarkan warna emas. Tampak sangat terang dan damai.
Saat melihat pemandangan itu, saya menyadari bahwa suami dan saya ditakdirkan datang ke dunia ini demi Fa setelah bereinkarnasi bersama-sama banyak kali. Peran dan ikatan kami tidak pernah berubah.
Saya menyimpulkan kami tidak bisa mencapai kesempurnaan jika kami tidak melenyapkan sentimental, karena itu adalah akar dari keegoisan. Sentimentalitas dan keegoisan saling berperan dan saling mendukung. Bersama-sama, mereka bisa menimbulkan segala macam konsep manusia – termasuk iri hati.
Guru berkata,
“Dalam hal ini berlaku sebuah ketentuan: Manusia dalam berkultivasi, jika sifat iri hati tidak disingkirkan tidak akan memperoleh buah sejati, mutlak tidak akan memperoleh buah sejati.” (Ceramah Tujuh, Zhuan Falun)
Iri hati merupakan egois dan emosi. Manusia terkubur di dalam perasaan karena mereka egois.
Ini adalah tantangan yang luar biasa besar untuk melepaskan keterikatan-keterikatan ini. Saya bisa menghindari banyak penyimpangan dalam kultivasi saya jika menyadari ini dari dulu.
Di atas adalah pemahaman saya yang terbatas. Mohon tunjukkan jika ada yang tidak tepat.