(Minghui.org) Salam kepada Guru yang terhormat, rekan praktisi!
Saya telah berlatih Falun Dafa selama tujuh tahun. Kata-kata tidak bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Guru yang agung, karena Guru memberikan saya kehidupan baru. Saya akan berbagi pemahaman saya tentang diri yang palsu, dengan harapan bisa membantu rekan praktisi dalam berkultivasi.
Guru berkata dalam Zhuan Falun,
“Manusia harus balik ke asal kembali ke jati diri barulah merupakan tujuan sebenarnya dari menjadi seorang manusia.”
Tetapi apa alasan utama kita menjauh dari jati diri?
Guru berkata dalam Zhuan Falun,
“Tetapi ketika makhluk berjiwa sudah tercipta banyak, maka berkembang pula suatu hubungan sosial yang kolektif. Sebagian di antaranya mungkin bertambah sifat egoisnya, tingkat mereka berangsur-angsur mulai merosot sehingga tidak dapat bertahan pada tingkat itu, dan mereka harus jatuh ke bawah.”
Dalam pemahaman saya, elemen utama dari diri yang palsu ini adalah “egoisme.” Guru mengatakan bahwa esensi dari alam semesta yang lama berdasarkan egoisme, dan kita harus menyingkirkannya secara fundamental untuk menjadi makhluk dalam alam semesta baru.
Setelah beberapa kali kehidupan, pikiran dan keyakinan kita telah terbentuk, dan jati diri kita telah dikubur oleh pikiran dan keyakinan yang kita peroleh. Dalam proses kultivasi, saya memperhatikan bahwa di dalam diri saya terdapat banyak saya yang palsu, yang mengendalikan jati diri saya di berbagai tingkat kultivasi, dan tidak mengizinkan saya berhubungan dengan jati diri saya.
Guru berkata,
“Belajar Fa dengan membawa keterikatan bukanlah kultivasi sejati. Namun dalam proses Xiulian boleh berangsur-angsur mengenali keterikatan dasar diri sendiri, dan menyingkirkannya, sehingga memenuhi kriteria dari seorang praktisi Xiulian. Kalau begitu apa yang dimaksud dengan keterikatan dasar itu? Manusia dalam dunia telah memupuk banyak konsep, sehingga dikendalikan oleh konsep tersebut, mengejar hal-hal yang didambakan.” (“Melangkah Menuju Kesempurnaan” dari Petunjuk Penting untuk Gigih Maju II)
Setiap kali sebuah lapisan disingkirkan dari saya yang palsu selama kultivasi, saya menemukan lapisan egois yang lain di tingkat yang lebih mikroskopik, dan lebih sulit untuk diindentifikasi.
Tetapi mengenali diri yang palsu ini tidak mudah, karena ia menempatkan diri dalam jati diri kita, ia berpikir bukan untuk kita, membuat keputusan bukan untuk kita, merasa kecewa ketika kehilangan sesuatu, merasa senang ketika memperoleh sesuatu, dan hanya berpikir untuk melindunginya sendiri. Dalam proses kultivasi, saya menyadari bahwa meskipun saya melakukan tiga hal, secara tidak sadar semua yang saya lakukan adalah untuk membuktikan diri sendiri.
Dengan belajar Zhuan Falun lebih lanjut, saya menyadari bahwa solusi untuk menyingkirkan egoisme adalah memeriksa diri sendiri secara teliti dengan prinsip Sejati, Baik, dan Sabar.
Guru menjelaskan dalam Zhuan Falun bagaimana cara untuk kembali ke jati diri,
“Bila anda ingin balik ke asal kembali ke jati diri, kalau anda ingin berhasil Xiulian, anda harus berbuat sesuai kriteria ini. Sebagai seorang manusia, jika dapat mengikuti Zhen, Shan, Ren karakter alam semesta, itu barulah seorang yang baik; orang yang menyimpang dari karakter ini adalah manusia yang benar-benar jahat. Di tempat kerja atau di dalam masyarakat, mungkin ada orang mengatakan anda jahat, namun belum tentu benar anda jahat. Ada yang menganggap anda baik, juga belum tentu benar anda baik. Selaku seorang praktisi Xiulian, dengan berasimilasi pada karakter ini, anda adalah seorang yang telah memperoleh Tao, hanya demikian sederhana prinsipnya.”
Salah satu prinsip dasar dari Falun Dafa adalah Sejati, yaitu pertama harus bisa membedakan jati diri yang sebenarnya dari diri yang palsu, dan kemudian bisa melihat ke dalam dengan alat ajaib yang diberikan kepada kita untuk membedakannya. Kita harus terlebih dahulu mengindentifikasi siapa yang kecewa, siapa yang berpikir ia tidak patuh, dan siapa yang berjuang untuk kompetisi dan memuaskan diri sendiri; itu bukan saya yang sebenarnya.
Guru berkata dalam Hong YingIII:
Orang Xiulian
Mencari kesalahan pada diri sendiri
Berbagai sifat hati manusia banyak yang disingkirkan
Cobaan besar maupun kecil jangan sampai gagal
Yang benar adalah dia
Yang salah adalah aku
Apa yang diperdebatkan?
(“Siapa Benar Siapa Salah,”)
Ketika berpikir tentang syair ini, saya menyadari bahwa Guru sedang menunjukkan kita diri kita yang palsu dan mengajarkan kita bagaimana menyingkirkannya. Saya kemudian memahami kenapa saya harus selalu menerima dari hati bahwa saya bersalah dan orang lain benar. Karena “saya” ini sebenarnya adalah “saya” yang merupakan konsep yang telah direkayasa dan palsu dan adalah hambatan paling besar untuk mencapai sempurna. Hanya dengan cara ini kita bisa menyingkirkan egoisme kita.
Jati diri kita selalu dalam keadaan damai dengan seluruh dunia, dan tidak ada konflik apa pun dengan makhluk apa pun. Apabila dipuji, ia tidak akan senang, apabila tidak dihormati, ia tidak akan kecewa, dan ia selalu dalam kondisi yang tenang mutlak dan tidak menuntut apa pun.
Maka kita harus menyadari bahwa kita tidak bisa bersikap benar dengan diri kita yang palsu. Tentu hal ini bisa diungkapkan dengan mudah dengan kata-kata, tetapi sangat sulit untuk dilakukan dalam dunia nyata. Sering sekali, meskipun menyadari masalah ini, saya tidak bisa mengatasi rasa diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi dengan berkali-kali, dengan tekun belajar Fa dan dengan keinginan yang sungguh-sungguh dari dasar hati untuk menyingkirkan “saya yang palsu,” keterikatan ini menjadi semakin berkurang, dan terima kasih kepada Guru, saya bisa mengatasinya pada tingkatan tertentu.
Prinsip dasar lain dari Falun Dafa adalah Baik. Pemahaman saya, mungkin ini adalah salah satu alasan kenapa Guru berulang kali mengatakan bahwa praktisi dalam melakukan setiap hal harus memikirkan orang lain terlebih dahulu. Dengan ini kita bisa bertindak melawan egoisme dan diri kita yang palsu. Apabila kita berusaha terbiasa seperti ini, dengan berbelas kasih secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari, dan selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu, maka jati diri kita akan bisa mengambil kendali.
Prinsip dasar lain dari Falun Dafa adalah Sabar di mana adalah prinsip yang paling penting dalam penyingkiran egoisme.
Guru berkata dalam Zhuan Falun,
“Apa artinya hati yang maha sabar? Selaku seorang praktisi Gong yang pertama-tama harus dapat dilakukan adalah dipukul tidak membalas, dicaci tidak membalas,...”
“Kelak boleh jadi justru di depan orang yang paling anda khawatirkan akan kehilangan muka, ada yang memberi anda dua buah tamparan, agar anda menjadi malu, bagaimana anda menyikapi hal ini, lihat apakah anda dapat bersabar.”
Sebenarnya ketika kita diserang, dihina dengan kejam, atau diperlakukan buruk di antara manusia biasa, diri kita yang palsu menjadi sangat kecewa dan marah, dan ingin membela diri dan menyerang balik.
Tetapi berdasarkan ajaran di atas, Guru telah menunjukkan kita jalan yang berlawanan dengan egoisme, karena jati diri kita tidak bisa muncul sebelum kulit diri kita yang palsu dihancurkan.
Dalam pemahaman saya, tahap ketiga yaitu Sabar adalah bagian yang paling sulit dari penyingkiran egoisme. Karena diri kita yang palsu hidup seperti karma dan melawan ketika kita akan menyingkirkannya. Dan sebagai praktisi, kita harus berhati-hati karena tahap yang paling bahaya dalam kultivasi adalah ketika diri kita yang palsu dalam proses penghancuran. Karena makhluk ini tidak ingin dihancurkan dalam bentuk apa pun, ia akan membuat kamu marah. Pada titik ini, beberapa kultivator sangat mungkin akan membuat kesalahan serius dalam kultivasi. Apabila kita kehilangan pikiran lurus untuk seketika dan membiarkan diri kita yang palsu mengambil kendali, tingkat kita akan merosot dan kita akan gagal dalam pengujian ini. Maka berlatih Sabar sangatlah dibutuhkan.
Guru memberitahukan kita solusinya dalam Zhuan Falun,
“Tetapi kebanyakan orang dapat menggunakan pikiran subjektif yang sangat kuat (kesadaran utama yang kuat) untuk menyingkirkan dan melawannya. Dengan demikian berarti orang ini dapat diselamatkan, dapat membedakan baik dan buruk, juga berarti kualitas kesadarannya bagus, Fashen saya akan membantu melenyapkan sebagian besar karma pikiran semacam ini.”
Tentu Sabar bisa mempunyai arti yang berbeda di tingkat yang berbeda. Pertama-tama, kita harus mencoba untuk menghindari perbuatan yang salah. Kita kemudian harus berusaha untuk menghindari mengucapkan kata-kata yang menyakiti, dan akhirnya dengan mengendalikan pikiran dan membiarkan pikiran kita dalam kondisi yang tidak beraksi, kita harus berusaha tidak berpikir apa pun atau menuntut apa pun.
Guru berkata dalam Zhuan Falun,
“Dahulu para biksu memandang sangat serius pada masalah ini, karena begitu niat pikirannya timbul sudah berarti menciptakan karma. Oleh karena itu mereka menyebut berkultivasi "Tubuh, Pembicaraan, Pikiran." Yang mereka sebut kultivasi tubuh adalah tidak melakukan perbuatan buruk, kultivasi Pembicaraan artinya tidak berbicara, kultivasi pikiran artinya sama sekali tidak memikirkannya.”
Apabila kita bisa mengevaluasi setiap sikap, setiap kata, dan setiap pikiran kita dengan teliti dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan prinsip Sejati, Baik, Sabar, kita bisa mengindentifikasi diri kita yang palsu dan tidak mengizinkan Zhu Yuanshen (jiwa prima utama) kita dikendalikan olehnya, sehingga kita bisa benar-benar membantu Guru dalam pelurusan Fa.
Demikian pemahaman saya dalam tingkatan yang terbatas. Mohon tunjukan apabila ada hal yang tidak pantas.