(Minghui.org) Baru-baru ini kami mengadakan pawai berskala besar. Sebelum pawai dimulai, mayoret Tian Guo Marching Band memberitahu kami bahwa kami akan melalui wilayah bisnis yang ramai dan akan berjalan pelan supaya lebih banyak orang bisa melihat penampilan kami untuk waktu yang lebih lama.
Selama pawai, saya menyadari bahwa rute pawai berada pada jalan yang sangat panjang. Mayoret memperlambat kecepatannya. Ketika kami berada di tengah jalan, saya merasa kewalahan. Berjalan pelan sebenarnya lebih melelahkan daripada berjalan biasa. Saya berharap ia bisa berjalan sedikit lebih cepat.
Sementara mengeluh di dalam hati, saya perhatikan topi mayoret basah oleh keringat. Ia juga tidak merasa nyaman, tetapi mengemban tugas dengan serius. Ketika melihat ini, saya menyadari apa itu belas kasih sesungguhnya.
Praktisi yang menelepon ke Tiongkok sering menekankan perlunya memiliki belas kasih ketika menelepon orang-orang Tiongkok untuk membicarakan fakta kebenaran Falun Dafa. Meski Shifu telah berulangkali membahas tentang belas kasih, saya tidak memahami apa sebenarnya belas kasih itu. Saya pikir itu hanya bersikap ramah terhadap orang lain. Saya tidak tahu makna mendalam di baliknya. Dalam hati saya, itu hanya kata-kata biasa.
Tetapi sikap mayoret di dalam pawai membantu saya untuk memahami lebih baik mengenai belas kasih. Tidak semata-mata bersikap baik kepada orang. Adalah juga berarti bersabar. Seorang kultivator memiliki belas kasih, tidak hanya karena ia memperlakukan orang lain dengan ramah, tetapi juga karena kultivator bisa bersabar dalam kesulitan dimana manusia biasa tidak dapatmelakukannya.
Sebelum pawai dimulai, seorang praktisi berbagi sebuah kisah kepada saya: Suatu kali pernah ia ikut dalam pawai di Hong Kong. Praktisi Hong Kong memberinya drum besar, yang hanya ada dua kaitan untuk bahu tetapi tidak ada ikat pinggangnya. Jadi beratnya sepenuhnya tertahan di pundaknya, membuatnya sangat kelelahan. Tetapi, ia dengan tenang tampil di pawai selama empat jam. Saya percaya ini adalah manifestasi dari belas kasih. Karena ia punya belas kasih, ia bisa menahan kesukaran besar seperti itu.
Belas kasih seperti itu datang dari kultivasi. Makin tinggi tingkatan seseorang, makin banyak yang bisa ditahannya dan makin besar belas kasihnya. Saling berkaitan.
Di masa lalu, saya merasa cemas tidak memiliki belas kasih dan tidak tahu bagaimana mengembangkan belas kasih. Sekarang saya mengerti harus tetap meningkatkan Xinxing dan menahan ujian atau kesulitan sehari-hari tanpa mengeluh. Saya harus bisa tersenyum ketika menghadapi konflik. Bahkan jika menyakitkan atau saya diperlakukan tidak adil, saya harus menahannya dan memandangnya dengan ringan.
Jika saya bisa terus menerus meningkatkan diri seperti ini, belas kasih saya akan makin timbul.
Dengan menyadari ini, saya tidak memikirkan kapan pawai akan berakhir. Pikiran saya hanya tampil dengan baik dan menyelamatkan manusia.