(Minghui.org) Seorang mantan karyawan Rumah Sakit Ruijin di Universitas Kedokteran Jiaotong, Shanghai, mengajukan tuntutan hukum terhadap mantan diktator Tiongkok Jiang Zemin, karena melakukan penganiayaan terhadap Falun Gong.
Pada tanggal 13 Juni 2012, Lei Ruoqing berbicara di seminar untuk sekelompok kolega dan mahasiswa kedokteran. Dia mengakhiri seminar dengan mengutip puisi mengenai bagaimana Falun Gong membantu meningkatkan moralitas. Salah satu dari peserta melaporkan dia ke polisi, yang berbuntut penangkapan di rumahnya dua hari kemudian.
Lei ditahan di kantor polisi setempat selama dua minggu sebelum dipindahkan ke pusat cuci otak pada tanggal 1 Juli, sebuah fasilitas di luar hukum yang digunakan untuk menahan praktisi Falun Gong. Lima hari kemudian, dia dibawa ke sebuah rumah sakit, di tempat itu dia ditahan selama beberapa waktu.
Ibunda Lei, Yu Fengxian, dan adik perempuannya, Lei Ruoying, juga ditangkap dan dibawa ke pusat cuci otak yang berbeda. Akibatnya Ruoying kehilangan pekerjaan.
Adik perempuan Lei yang lain, Lei Ruoqin, yang tinggal di kampung halaman di Provinsi Jiangxi, diganggu oleh polisi setelah penangkapan saudara laki-lakinya.
Lei dipindahkan ke unit lain di dalam rumah sakit itu setelah pembebasannya. Dia sulit melakukan pekerjaannya karena polisi terus menerus mengganggunya karena upayanya untuk memberitahu para kolega tentang penganiayaan Falun Gong yang ilegal.
Lei mengajukan pengunduran diri pada tanggal 15 April 2013. Satu bulan kemudian, pada tanggal 20 Mei, saat sedang berada di rumah, dia melihat pintunya terbuka, ayah dan beserta pamannya, polisi, serta staf komite lingkungan datang menerobos masuk ke dalam. Dia menyadari bahwa ayah dan pamannya telah dijadikan sandera untuk menangkap dirinya. Dia menghubungi telepon darurat 110 (sama dengan 911). Dua opsir tiba, tapi mereka berlalu tanpa mengusir para penyusup.
Lei dan ibunya, Yu, dibawa secara paksa ke mobil polisi yang sedang menunggu. Mereka ditahan di pusat cuci otak setempat selama 45 hari.
Ibu dan putra ini kembali ke rumah mereka di Kota Yingtan, Provinsi Jiangxi, empat hari setelah pembebasan mereka. Pada tanggal 16 Juni 2015, mereka mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin ke Kejaksaan Agung. Mereka mengirim salinan tuntutan ke MahkamahAgung satu bulan kemudian.
Latar Belakang
Pada tahun 1999, Jiang Zemin, ketua Partai Komunis Tiongkok, mengabaikan anggota Komite Tetap Politbiro lainnya dan melancarkan penindasan berdarah terhadap Falun Gong.
Penganiayaan ini telah mengakibatkan kematian banyak praktisi Falun Gong selama 18 tahun terakhir. Lebih banyak lagi yang telah disiksa karena keyakinan mereka dan bahkan dibunuh untuk diambil organ tubuhnya. Jiang Zemin bertanggung jawab langsung karena telah memulai dan meneruskan penganiayaan brutal tersebut.
Di bawah perintahnya, Partai Komunis Tiongkok membentuk lembaga keamanan di luar kerangka hukum, “Kantor 610” pada tanggal 10 Juni 1999. Organisasi tersebut berada di atas kepolisian dan sistem yudisial dalam melaksanakan perintah Jiang Zemin terkait Falun Gong: hancurkan reputasi mereka, bangkrutkan secara finansial, dan hancurkan mereka secara fisik.
Konstitusi Tiongkok mengizinkan warganya untuk menjadi penggugat dalam kasus pidana, dan banyak praktisi yang sekarang menggunakan hak tersebut untuk mengajukan gugatan pidana terhadap mantan diktator tersebut.
Mahkamah Agung Tiongkok menyatakan akan menjamin pengajuan dan memproses semua penuntutan. Kebijakan baru ini mulai efektif pada tanggal 1 Mei 2015.