Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Berkultivasi Ketika Mengkreasi Seni Rupa (Bagian 1)

11 Okt. 2018 |   Oleh praktisi Australia Barat

(Minghui.org) Salam kepada Guru, dan salam kepada teman-teman praktisi.

Saya seorang praktisi Australia kelahiran Polandia. Ketika saya berumur 17 tahun dan masih tinggal di Polandia, saya terinspirasi untuk melukis gambar Tuhan tengah mengubah dunia untuk sebuah kompetisi seni. Saya bekerja keras sepanjang malam untuk menyelesaikannya, meskipun saya tahu bahwa guru seni saya adalah seorang komunis dan ateis dan kemungkinan besar menolak lukisan itu. Dia [laki-laki] tertawa melihat lukisan itu dan menyitanya.

Tahun 2003, saya menjadi seorang praktisi Falun Dafa.

Dalam puisi “Menciptakan Kembali dengan Mahakarunia” Guru berkata:

“Dafa menciptakan langit bumi dan segala sesuatu,
Raja Fa menguasai alam semesta dan semua makhluk hidup”

Sekitar 35 tahun setelah menyelesaikan Sekolah Seni, saya kembali ke Polandia untuk reuni sekolah dan berbicara mengenai sebuah kejadian buruk yang saya alami sebelum saya berlatih Falun Dafa dan kesembuhan ajaib yang saya alami setelah membaca Zhuan Falun. Saya berbicara mengenai penganiayaan, mengajarkan mantan teman-teman sekelas latihan Falun Dafa, memberi mereka brosur, dan mengumpulkan tanda tangan petisi untuk menghentikan penganiayaan. Guru seni saya yang dulu menandatangani petisi, begitu juga mantan kepala sekolah saya. Dengan tangan gemetar, dia menuliskan namanya. Guru sejarah mulai menangis dan meminta maaf karena segala kebohongan yang ia [perempuan] pernah katakan mengenai komunis. Dia juga menandatangani petisi.

Saya sudah tidak tertarik melukis selama beberapa tahun. Karya seni gila dari dunia modern menyebar, dan saya tidak ingin menjadi bagian dari hal itu. Namun, suatu hari tahun 2007 saya membaca Majalah Compassion dan benar-benar tersentuh oleh cerita Chen Aizhong. Saya tahu bahwa hal itu bukanlah suatu kebetulan dan bahwa semuanya telah diatur dengan teliti bagi kita, bahkan detail yang paling rumit sekalipun.

Saya membaca bahwa Chen digantung di sebuah persimpangan dan meninggal di usia 33 tahun, seperti Yesus, karena ia menolak untuk melepaskan kepercayaannya terhadap Falun Dafa. Enam anggota keluarga Chen juga disiksa secara kejam hingga meninggal. Saya ingin mengatakan pada semua orang mengenai hal itu dengan cara yang dapat menyentuh hati banyak orang. Saya mempelajari “Ceramah Fa di Lokakarya Kreasi Seni Lukis” dalam Ceramah Fa pada Konferensi Kreasi Seni Musik dan Lukis tahun 2003 untuk dapat memahami lebih baik mengapa kita harus mengkreasi seni yang indah. Hal itu sangat membantu saya.

“Melampaui Kesabaran – Penyiksaan Chen Aizhong, praktisi Falun Gong”

Melukiskan sebuah penyaliban dalam salju merupakan tantangan. Saya harus menangkap kebejatan penindasnya dan menciptakan kembali keadaan itu di atas kanvas. Salah satu penyiksanya menumpukkan salju ke kaki Chen, dia berlutut di depan praktisi. Bagian tersulit adalah untuk melukis wajah Chen. Saya tidak tahu bagaimana untuk menggambarkan wajahnya dalam kesakitan. Saya mencari ke dalam dan ingat dengan penderitaan saya sendiri. Hidup saya telah diselamatkan berkali-kali dan saya tahu bahwa terkadang ketika kita melepaskan segalanya, termasuk hidup dan mati, tidak ada lagi rasa sakit. Saya memberi nama lukisan itu “Melampaui Kesabaran – Penyiksaan Chen Aizhong, praktisi Falun Gong.”

Ketika saya belajar bagaimana untuk menulis namanya di atas salib dalam aksara Mandarin, seorang praktisi memberi tahu saya bahwa namanya memiliki arti seorang yang cinta dan setia terhadap negaranya, dan aksara untuk “hati penuh kasih” telah dihapus dari aksara Mandarin oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT). Saya takjub mengetahui hal itu.

Lukisan saya tidak diterima untuk Kompetisi Seni Dafa, namun hal itu tidak begitu mengganggu saya. Saya memasangnya di dinding rumah dan berhenti melukis. Saya terikat dengan waktu. Tidak tahu berapa banyak waktu tersisa, saya melakukan proyek lainnya di Australia dan luar negeri. Memikirkan lukisan itu, saya tahu bahwa orang-orang belum siap untuk suatu perbandingan yang demikian konfrontatif.

Lima tahun kemudian kekasih saya dari Komunitas Seni Polandia bertanya apakah saya memiliki lukisan untuk pameran. Saya hanya memiliki satu, jadi saya bertanya padanya apa topik dari pameran tersebut. “Tabu,” jawabnya. Saya berterima kasih kepada Guru karena pengaturannya dan menerima tantangan itu. Saya tahu bahwa, dengan pikiran lurus dan hati belas kasih, saya dapat menahan gangguan kejahatan.

Mayoritas orang Polandia adalah penganut Katolik yang taat, dan itu akan menjadi ujian yang bagus bagi saya. Hanya dengan tetap dalam Fa, tidak mengakui kejahatan, melihat sisi baik dari orang-orang, dan hati ingin membantu menyelamatkan mereka barulah akan ada hasil yang positif.

Guru berkata dalam “Ceramah Fa pada Konferensi Fa di Houston tahun 1996”: “Hanya dengan menuruti kehendak langit baru dapat berhasil berkat dukungannya,”

Lukisan saya diterima meskipun tidak untuk dijual. Itu adalah pameran penting di sebuah galeri seni terkemuka di distrik pusat bisnis Melbourne. Awalnya, saya sedikit gelisah mengenai penempatan lukisannya, namun dengan cepat saya tolak pikiran manusia biasa itu. Saya memercayai pengaturan Guru dan mendapatkan hasil optimal – lukisan diletakkan di tengah, tepat di belakang podium untuk para pembicara. Ada orang dari komunitas seni dan juga banyak orang-orang Polandia dan pegawai pemerintahan. Semua foto dan video dari para pembicara mempunyai lukisan saya sebagai latar belakangnya.

Beberapa orang menangis haru; ada juga mahasiswa Tiongkok yang sangat terkejut membaca deskripsi lukisannya. Terima kasih kepada para praktisi di media pada acara ini. Kisah Chen Aizhong dan kesembuhan saya yang ajaib diterbitkan di website Minghui. Itu juga diterbitkan di website dan versi koran Epoch Times Hongkong. Yang memungkinkan banyak orang Tionghoa mengetahui fakta kebenaran mengenai penyiksaan brutal dan pembunuhan keluarga praktisi Falun Gong yang baik ini oleh rezim komunis. Beberapa orang memasangnya di media sosial mereka. Saya berterima kasih pada Guru atas pengaturan ini.

Dalam salah satu puisi berjudul “Pilihan” tahun 2012, Guru berkata: “Pengikut Dafa dan Sang Sadar yang dilanda derita apa bedanya?”

Tahun 2017, saya berada di persimpangan jalan, tidak tahu apa yang harus dilakukan lagi, bertanya-tanya apakah saya tengah memenuhi sumpah janji, suatu malam saya mengalami mimpi yang nyata. Saya hendak turun ke bumi ketika sebuah suara berat menanyakan saya ingin menjadi apa. Pada saat itu saya teringat tentang banyak penderitaan sebagai seorang seniman dalam kehidupan sebelumnya, namun saya masih menjawab “seniman” dan terjaga.

Saya selalu berpikir bahwa tidak peduli dengan nama atau keuntungan sangatlah penting, jadi saya mengabaikan karunia yang diberikan pada saya yang memungkinkan saya untuk menjadi seorang seniman. Saya penuh dengan penyesalan. Belas kasih Guru tak terhingga. Gambar yang ingin saya lukis namun tidak pernah terlaksana mulai muncul di benak.

Untuk menunjukkan keindahan Dafa dan pengikut Dafa, saya mulai dengan melukis seorang praktisi saat meditasi. Saya harus memilih seseorang yang saya tahu rajin dan memiliki hati yang sangat baik, karena itu akan tercermin dalam karya saya. Praktisi lain mengatakan pada saya bahwa ia [laki-laki] terbuka Tianmu-nya, ia telah melihat orang-orang yang praktisi ini bantu selamatkan mengapung di atas kepalanya. Itu ide yang menarik. Saya selalu ingin mengungkapkan keagungan penyelamatan yang kita bawakan.

“Hati Belas Kasih”

Saat saya bertanya-tanya bagaimana caranya untuk menunjukkan hati belas kasih praktisi, secercah sinar muncul dari hatinya. Luar biasa. Hari itu mendung dan jendela saya berada di arah berlawanan dari sandaran kayu lukisan saya. Saya mengambil fotonya dan berterima kasih kepada Guru atas bantuannya. Saya melukis praktisi tersebut di depan gorden untuk mengingatkan bahwa kita ada di panggung, ditonton sepanjang waktu, tidak hanya oleh Guru dan orang-orang sekitar kita, namun juga oleh makhluk hidup yang tak terbilang jumlahnya di dimensi lain, yang baik yang mungkin tengah membantu kita, juga yang jahat yang menunggu kita melakukan kesalahan.

Bagian dari puisi Guru tahun 2010 berjudul “Ungkapan Rasa Takjub” muncul di pikiran:

“…Pengikut Dafa melangkah di dunia dengan belas kasih.
Dengan niat pikiran baik menyelamatkan manusia,…”

Orang-orang yang ia bantu selamatkan ada di medan energinya. Jam di pergelangan tangannya adalah pengingat dari waktu berharga yang tengah berlalu. Saya memberinya mawar kuning karena dikenal sebagai simbol harapan, ketahanan, kebijakan dan kekuatan. Saya menyelesaikan lukisan itu tepat sebelum 13 Mei, jadi lukisan dipublikasikan di website Minghui pada Hari Falun Dafa. Lukisan itu berjudul “Hati Belas Kasih”.

Lautan Penderitaan

Lukisan saya selanjutnya, “Lautan Penderitaan,” dibuat sebagai bentuk penghormatan dari penderitaan bisu anak-anak Falun Gong yang telah dianiaya hingga meninggal atau yang menderita karena penganiayaan. Beberapa telah menjadi yatim piatu atau kehilangan anggota keluarga yang mereka cintai. Lukisan ini menunjukkan anak-anak duduk di atas lotus putih memenuhi cakrawala. Sebuah pelangi membawa beberapa dari mereka ke surga. Saya selesai melukisnya tepat sebelum 20 Juli, siap untuk peringatan 19 tahun penganiayaan Falun Gong. Di hari lukisan itu selesai, saya berjalan ke luar dan melihat pelangi indah di langit.

Melukis adalah bagian dari kultivasi saya. Saya harus mencurahkan hati di dalamnya, selalu meningkatkan kesabaran, Xinxing, dan kemampuan saya. Ketika melukis, saya secara terus-menerus mencari warna asli, ekspresi asli, dan komposisi terbaik. Saya berharap, jika melalui lukisan-lukisan tersebut, beberapa orang dapat memahami Falun Dafa secara lebih baik dan terselamatkan, usaha saya tidaklah sia-sia.

Seperti banyak praktisi lainnya, saya juga memahami bahwa kesuksesan dari pekerjaan kita tergantung pada kultivasi kita. Kita datang ke dunia ini dengan tanggung jawab besar untuk membantu Guru menyelamatkan semua makhluk hidup. Guru bersama kita, menyemangati dan membantu kita. Kita diberikan Fa untuk membimbing kita dalam kultivasi dan kita diberi kemampuan dahsyat dari Pikiran Lurus dan hal itu tergantung pada kita bagaimana menggunakannya.

Arti dari Fa ini sangat mendalam. Kisah ini hanyalah bagaimana saya memahaminya sekarang pada tingkat kultivasi saya.

Terima kasih Guru. Terima kasih rekan-rekan praktisi.