Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Fahui Tiongkok | Dafa adalah Akar Kehidupan Saya

20 Nov. 2018 |   Oleh pengikut Dafa di Kota Beijing

(Minghui.org) Saya adalah kelahiran tahun 90-an, tahun 2013 mulai Xiulian (berkultivasi) Dafa. Sepanjang perjalanan tidaklah begitu gigih maju, namun di tahap akhir pelurusan Fa ini, Shifu yang maha belas kasih tidak meninggalkan saya, membangunkan saya dari debu dunia manusia, dan membawa saya pulang.

Tersesat Beberapa Putaran, Akhirnya Mendapatkan Fa

Ayah dan nenek mendapatkan Fa pada tahun 1993, saat itu saya berusia 2 tahun. Saya belum pernah membaca “Zhuan Falun” saat kecil, hanya mengenal tiga huruf “Sejati-Baik-Sabar”. Setelah agak besar, kadang ikut ayah ke tempat latihan, namun belum begitu mengerti apa yang terjadi. Tahun 1999 Falun Gong dianiaya.

Saat itu saya baru kelas 2 SD. Suasana sekeliling saya rasakan lantas berubah, teman-teman sekolah mengetahui ayah berlatih Falun Gong, mulailah mereka berubah sikapnya, saudara-sobat-kerabat dan tetangga mulai kasak-kusuk. Suasana sekeliling membuat saya malu bukan kepalang, hati ini bagai tertekan beban yang sangat berat. Tahun 2001, saat menyaksikan film tentang bakar diri, hati saya sangat takut, saya percaya dengan kebohongan pemerintah.

Kemudian rumah kami digeledah polisi, ayah secara ilegal dimasukkan ke kelas cuci otak. Setiap hari saya terbenam dalam ketakutan akan kehilangan ayah, malam hari seringkali tidak bisa tidur, terus-menerus memandang pintu menunggu kapan ayah pulang……sejak itu hati kecil saya tertutup lapisan bayangan kelam, tidak ada rasa aman, hilang percaya diri. Sejak saat itu saya memiliki kesalahpahaman yang mendalam terhadap Dafa.

Sekembalinya ayah dari kelas “transformasi”, ia tidak lagi Xiulian. Dan saya semakin percaya kepada pemerintah, bahkan bersyukur dengan begini rumah kami baru bisa aman tentram. Sejak saat itu, semua yang terkait dengan Falun Gong telah saya kubur dalam-dalam di relung hati, tidak pernah lagi mengungkitnya dengan siapa pun.

Selang 10 tahun sejak ayah di-“transformasi”, ditengah proses ini, saya beranjak dewasa di tengah indoktrinasi budaya partai, ateisme berakar dalam pikiran. Meskipun berpikir tanpa Falun Gong kehidupan saya akan menjadi lebih baik, kenyataannya saya tidak bahagia. Saat SMA saya terkena depresi, setiap hari bersimbah air mata, hati sangat rapuh. Malangnya saya telah melupakan harapan yang lama diinginkan ketika datang ke dunia ini, tidak berhenti mengejar nama-kepentingan dan perasaan, hati ini terasa getir setiap hari.

Setelah Xiulian saya baru mengerti, ini dikarenakan saya tercemar sangat parah di tengah manusia biasa, sangat banyak benda buruk dari dimensi lain yang menempel di tubuh, yang membuat saya menjadi pesimis. Namun saat itu saya berada dalam kondisi dan rasa sakit yang sangat dalam tanpa bisa ke luar, lebih tidak mengerti penderitaan ini berasal darimana. Saya banyak membaca buku filsafat, ingin mencari makna hidup ini yang sesungguhnya, mengapa hidup manusia demikian menderita, tetapi saya tidak mendapatkan jawabannya. Barangkali Shifu melihat saya masih ada harapan, barangkali takdir pertemuan telah matang, tanpa disadari telah muncul perubahan dalam perjalanan hidup saya.

Suatu hari di tahun 2013, ayah tiba-tiba tersadarkan, ia mulai Xiulian kembali. Saat saya mengetahuinya hati ini bagai tersengat listrik, rasa takut di masa kecil, perasaan depresi seketika mencuat ke luar, seperti luka yang paling dalam terkoyak kembali, sakit tidak terkira. Sikap saya terhadap Dafa saat ini telah sangat frontal, ingin lakukan apa saja agar ayah tinggalkan Xiulian-nya. Mulailah saya selalu cari keributan, setiap kali melihat dia membaca buku Dafa sengaja mengganggu dia, tidak membolehkan ayah belajar Fa. Saya mencoba berdebat dengannya dari berbagai sudut pandang seperti fisika, kimia, filsafat, dan lain-lain. Saya ingin meyakinkan dia dengan pengetahuan empiris. Setiap kali ayah berbicara tentang prinsip-prinsip hukum Dafa, saya tidak bisa berkata-kata, itu membuat saya tidak berdaya, cemas, marah!

Tahap ini adalah masa magang di universitas, karyawan dan atasan di unit saya saling intrik meng-intrik setiap hari demi masalah upah, saya yang tidak tahu apa-apa ikut terlibat, hidup sangat lelah setiap hari. Saya mulai berpikir: “Orang macam apakah dalam masyarakat yang demikian kompleks yang bisa disebut sebagai orang baik?” Pada saat ini, saya ingat ayah pernah memberi tahu saya tentang prinsip Falun Gong menjadi orang baik, lalu saya pulang ke rumah dan bertanya, “Saya bukan ingin mempelajarinya, tapi saya ingin tahu bagaimana menjadi seorang yang baik.” Ayah menjawab, “Jika kamu benar-benar ingin mencari tahu, baca sendiri bukunya.”

Saya tahu ayah ingin menarik saya belajar Fa, namun saat itu saya cukup keras kepala. Tetapi saya pikir lagi, sebenarnya boleh-boleh saja sekadar melihat, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Falun Gong, mengapa bisa membuat ayah begitu gigih, tunggu sampai saya mengerti, pasti kembali membujuknya jangan berlatih. Maka dari itu saya menyetujuinya.

Melihat gelagat tersebut ayah langsung memakai jurus radikal, ia bilang, “Jangan kamu kira buku ini mudah dibaca, kalau kamu benar-benar bisa melahap buku ini sampai habis, ayah salut.” Mendengarnya saya jadi penasaran, berpikir sekian tahun entah berapa banyak buku yang telah saya baca, apakah buku yang satu ini tidak bisa selesai saya baca. Saya pasti akan membacanya hingga selesai biar ayah tahu rasa!

Namun begitu membaca “Zhuan Falun” baru rasakan memang tidak semudah yang dibayangkan. Seringkali membaca huruf demi huruf namun tidak mengerti artinya, kadang baru membaca dua baris sudah mengantuk dan tertidur tanpa terasa. Tiba-tiba sibuk dengan pekerjaan, lembur hingga larut baru pulang, tidak ada semangat membaca lagi. Saya merasakan hambatan yang sangat besar. Tetapi sudah terlanjur sesumbar, kalau ditinggalkan begitu saja di tengah jalan, bagaimana menjaga muka saya? Maka saya bersikeras harus membacanya hingga selesai. Saya mengunduh “Zhuan Falun” versi elektronik ke ponsel, setiap hari membacanya di sela-sela naik kereta. Gigih membacanya setiap hari, tidak pernah putus. Setelah beberapa bulan, akhirnya saya selesai juga membacanya.

Malam hari selesai membaca buku tersebut, saat menutup lembaran terakhir “Zhuan Falun”, lubuk hati saya serasa bercampur aduk, entah bagaimana melukiskan perasaan hati saat itu, hanya merasakan pertemuan yang amat terlambat! Hati saya menjerit, “Mengapa? Mengapa? Mengapa Dafa yang demikian luar biasa saya baru membacanya sekarang ini? Padahal sejak kecil hingga dewasa Ia ada disamping saya, namun mengapa baru hari ini baru diizinkan masuk ke dalamnya?” Saya sangat menyesal telah menyia-nyiakan waktu 20 tahun lamanya, hingga hari ini baru terbangun dari mimpi.

Tiba-tiba saya teringat pemandangan bersila ganda di tempat latihan di masa kecil bersama ayah, hampir 20 tahun apakah saya masih bisa melakukannya? Saya mencoba menyilangkan kedua kaki, tak disangka - ternyata masih bisa! Kedua paha terasa sangat sakit, saya mengatupkan kedua mata menahannya, dalam hati berpikir, “Baiklah, semua rasa sakit datanglah, mulai sekarang tidak peduli bagaimanapun sakitnya, saya tidak akan melepaskannya.”

2. Menerobos Ego Mengklarifikasi Fakta Kebenaran

Setelah mendapatkan Fa, saya selalu kesulitan mengklarifikasi fakta. Karena punya konsep asalkan saya bicara, ujung-ujungnya orang tersebut memiliki kesan negatif ke saya, konsep ini sangat kuat. Saya bermaksud memulainya dari orang yang paling akrab.

Ibu memiliki konsep keliru yang sangat dalam terhadap Dafa, lagipula ia terkontaminasi budaya partai sangat parah. Tidak peduli saya bicara dari aspek mana, reaksinya selalu sangat antipati, semua kata-kata saya dibantahnya. Suatu kali saya berbicara fakta kebenaran, ibu menolak mendengar, saya menasehatinya dengan tulus, “Tahukah jika saya sedang menyelamatkan ibu!...” Mendengarnya ibu bicara dengan nada ketus, “Biarpun saya masuk neraka pun, tidak mau diselamatkan!” Saya sangat terkejut, saya bertanya apakah dia serius, ibu menjawab dia serius. Saya benar-benar sangat kecewa, merasakan klarifikasi fakta sangatlah sulit, klarifikasi ke ibu sendiri saja gagal, apalagi ke orang lain. Perasaan hati sangat berat, namun tiba-tiba teringat kata-kata Shifu, memang ada saja orang yang tidak dapat terselamatkan lagi di dunia ini. Saya pikir, di antaranya mungkin saja ibu salah satunya, dan saya tidak bisa dikarenakan satu orang yang tidak terselamatkan itu lalu tidak berusaha menyelamatkan yang lain yang lebih banyak, saya harus melepas Qing (ikatan perasaan) ini!

Maka mulailah saya mencari ke dalam, saya temukan kondisi ibu begini sangat mungkin ditujukan kepada hati manusia saya. Karena saya tidak berani terbuka dengan identitas saya sebagai praktisi Xiulian, klarifikasi dengan ibu sendiri tentunya tidak diperlukan hal itu, dengan kemudahan kondisi tersebut sebenarnya saya ingin menutupi keterikatan yang sesungguhnya – rasa takut. Jika digali lebih dalam lagi, rasa takut ini sebenarnya bersumber pada keterikatan akan nama, keterikatan akan pandangan orang lain terhadap saya sangat kuat, takut harga diri terlukai. Saya kurang percaya diri memberitahukan orang tentang Dafa merupakan hal yang terbaik di muka bumi ini. Ini sebenarnya karena saya belum mencapai taraf “Percaya Shifu Percaya Fa” sepenuhnya. Sikap ibu memperkuat rasa takut dan konsep saya, saya menyadari jika tidak menerobosnya, sampai kapanpun saya tidak akan bisa mengklarifikasi fakta kebenaran.

Tetapi saya sunguh tidak mampu, hati ini sangat resah. Oleh karenanya saya mengambil sebuah jalan yang bodoh, yaitu dengan mendengarkan banyak sekali artikel sharing praktisi, jika menemukan kata-kata yang dirasa bagus maka saya mencatatnya sesuai aslinya, lalu menghafalnya sepenggal-sepenggal, lalu ditambah dan dirapikan dengan kata-kata sendiri, sedikit demi sedikit terkumpul, perlahan-lahan mulai ada pengalaman.

Klarifikasi fakta ke ibu sendiri gagal, saya putuskan menerobos dengan mencoba pada tiga sahabat saya yang terdekat. Suatu kali kami janjian bertemu di saat hari libur, saya ingin menggunakan kesempatan ini mengklarifikasi fakta ke mereka. Saya mempersiapkan diri masak-masak, menulis sebuah artikel khusus ditujukan untuk mereka, tulisan itu saya hafal huruf per huruf, dipelajari berulang kali. Saya katakan ke diri sendiri, kali ini saya harus menerobos halangan psikologis, beritahu mereka fakta kultivasi saya. Di hari pertemuan, dalam perjalanan saya tidak berhenti memancarkan pikiran lurus, membersihkan segala kehidupan dan unsur jahat yang menghalangi saya menyelamatkan mereka, mencerai-beraikan segala niat pikiran dan konsep yang menghalangi saya menyelamatkan orang lain.

Di pertemuan, saya mencari kesempatan berbicara, tetapi terhenti ketika mau melangkah, baru saja mau membuka mulut, kata-kata yang nyaris keluar tertelan kembali. Dalam hati saya bagai gelombang samudra, cemas dan takut. Sampai menjelang akhir pertemuan, namun fakta kebenaran belum terucap sepatah kata pun. Hati mulai panik, beralasan ke kamar kecil untuk menenangkan hati ini. Sambil menatap di kaca, saya bicara ke diri sendiri, “Kali ini adalah untuk menyelamatkan mereka, lepaskan ego-mu, ayo lepas saja!”

Kembali ke meja, persiapan sekitar dua menit, saya mulai bicara, “Sesungguhnya hari ini ada yang ingin saya sampaikan ke kalian.” Bersamaan itu, salah satu teman tiba-tiba memukul meja, sambil bercanda ia berkata, “Kenapa baru bicara sekarang?!” Saya termangu, barangkali Shifu melihat saya sangat tidak becus, memakai mulutnya menyadarkan saya. Saya katakan, “Yang ingin saya sampaikan ke kalian adalah: sekarang saya telah kultivasi Falun Gong.” Saat mengucapkan kata-kata ini otak bagaikan kosong, saya menunggu mereka memborbardir dengan sengit. Tak disangka, mereka malah sangat tertarik, berebut menanyakan Falun Gong itu apa sebenarnya? Maka dengan gagahnya saya menceritakan fakta kebenaran tentang Falun Gong, mereka semua bisa menerimanya, malahan mereka setuju melakukan tiga pemunduran. Mereka bilang, sekalipun orang lain tidak bisa memahami saya, mereka akan tetap mendukung saya.

Hasil ini membuat perasaan hati berkecamuk, segala hal yang saya kuatirkan ternyata tidak terjadi sama sekali, benar sekali apa kata Shifu, “Saat terlihat tidak ada harapan, dikatakan sulit untuk dilakukan, maka anda boleh coba lakukan, lihat akhirnya sanggup atau tidak. Bila anda benar-benar berhasil, anda menemukan memang benar pepatah mengatakan: “Setelah melewati bayangan gelap pohon willow, akan ditemukan kecerahan bunga dan sebuah desa lain.”” (“Zhuan Falun”) Akhirnya saya tahu ternyata mengklarifikasi fakta benar-benar tidak sulit, yang sulit adalah keberanian diri untuk menerobos dan memulai langkah pertama.

Yang lebih ajaib lagi, satu hari setelah saya menerobos klarifikasi fakta, ibu secara pro-aktif berkata ke ayah, ia juga ingin mulai berkultivasi. Saya hampir tidak percaya dengan pendengaran sendiri, kebahagiaan ini datangnya terlalu mendadak. Saya mengerti, kondisi ibu sebelumnya itu eksis dikarenakan saya, sekarang saya telah menerobos halangan tersebut, maka kondisi tersebut sudah tidak perlu eksis lagi. Saya pahami sesungguhnya, jika ingin menyelamatkan orang, diri sendiri terlebih dulu harus berkultivasi dengan baik!

3. Melewati Ujian Qing yang Menyayat Hati Menusuk Tulang

Setelah mendapatkan Fa, ujian Xinxing pertama adalah halangan cinta. Bagi saya, ini sangat sulit, tidak ingin nama dan kepentingan, tetap ingin cinta. Shifu katakan, “Keterikatan di tengah manusia biasa yang belum dapat dilepas, harus dapat anda lepas. Segala keterikatan hati asalkan masih anda miliki, lewat berbagai situasi harus dikikis habis. Anda dibiarkan terjungkal, agar dapat sadar akan Tao, demikianlah Xiulian itu berlangsung.” (“Zhuan Falun”)

Hampir bersamaan mulai berkultivasi Dafa, saya bertemu dengan mantan pacar yang seorang manusia biasa. Awalnya dia sangat perhatian, sehingga timbul hati ketergantungan yang kuat kepadanya. Saat itu saya tidak menyadarinya, hingga konflik tiba-tiba mencuat: suatu kali saya ke rumah teman praktisi dan tidak mengangkat panggilan teleponnya, ia sangat marah, pertama kali mengajukan perpisahan. Hati saya sangat takut, rasanya kehilangan dia sama dengan kehilangan segalanya, saya tidak berhenti minta maaf. Tetapi dia malah minta jaminan ke depannya saya tidak boleh lagi melakukan pekerjaan Dafa, tidak boleh bergaul dengan sesama praktisi. Sama sekali tidak pernah terpikir kalau dia menggunakan Dafa mengancam saya, hal yang selama ini tidak pernah terjadi.

Saya langsung paham, ini pasti ujian untuk saya, apakah saya ini memang sejati berkultivasi, mampukah saya melepaskan segalanya demi Xiulian? Saya memandangnya dengan serius, “Ini sama sekali tidak mungkin.” Dia semakin marah, yakin mau berpisah. Saat itu saya sama sekali tidak siap dengan perpisahan, tidak tahan saya lantas menangis. Dia bertanya, “Di antara Falun Gong dan saya, kamu pilih siapa?” Sebuah pertanyaan yang paling menakutkan telah muncul, saya tidak mau membuat pilihan. Tetapi dia memaksanya, katanya, “Saya berikan kesempatan terakhir, kalau janji tidak Xiulian, kita kembali rujuk. Kamu tidak perlu bicara, cukup anggukkan kepala saja. Saya hitung sampai tiga…” Saya seperti dipaksa ke sudut buntu, tidak tahu harus bagaimana. Saya tahu ini pasti konspirasi kekuatan lama, memperalat dia menarik saya jatuh. Saya menutup mata dan menangis, dalam hati berujar, “Mohon Shifu beritahu saya, saat ini apa yang harus saya lakukan…” Sebuah suara muncul di dalam benak, “Kamu tahu jawabannya.” Saya tenang kembali, saya tahu tidak ada pilihan, Dafa adalah akar kehidupan saya, siapapun tidak bisa membuat saya melepaskan Xiulian! Saya menggelengkan kepala sambil menangis, merasakan benar arti kata “menyayat hati menusuk tulang” rasanya seperti apa. Dengan marah dia memukul meja dan pergi tanpa menoleh.

Saya tahu saya akan kehilangan dia, hati bagaikan kosong, menangis sejadi-jadinya. Sambil menangis perlahan-lahan hati tenang kembali. Tiba-tiba dia muncul kembali dan berkata, “Maafkan tadi tidak sepatutnya saya memaksamu.” Dia bagaikan orang lain, sepertinya kejadian tadi tidak pernah terjadi, dan kami baikan kembali. Saya seperti orang bodoh, tidak berani percaya kenyataan ini. Saya tahu ujian ini sudah saya lewati, saya benar-benar belajar melalui peristiwa ini kata-kata Shifu yang mengatakan, “…, tetapi peningkatan yang sesungguhnya adalah melepas, bukan memperoleh.” (Ceramah Fa di Berbagai Tempat II - “Ceramah Fa pada Konferensi Fa Philadelphia, Amerika Serikat tahun 2002)

Setengah tahun kemudian, orang tuanya menemukan “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis” yang saya berikan kepadanya, mereka akhirnya tahu jika saya berkultivasi Falun Gong, memaksanya berpisah dengan saya. Waktunya bersamaan dengan belum seminggu meninggalnya kakek, saya dan keluarga masih dalam suasana duka yang mendalam, saat itu dia mengajukan kata perpisahan, saya bagai disambar petir di tengah siang bolong, kepedihan di atas kepedihan. Karena baru pertama kali ditinggal orang yang kami kasihi, suasana keluarga sangat kalut, para kerabat berdatangan menenangkan nenek yang menangis, ibu ikut menangis, ayah kewalahan dan menangis diam-diam. Melihat seisi rumah dalam suasana berkabung, situasinya sulit dikendalikan, sungguh saya tidak tega beritahu mereka berita buruk tentang hubungan saya dan dia. Malamnya dia menelpon, memohon saya agar melepas Xiulian, minta saya memberi jaminan kepada orang tuanya mau berkehidupan manusia biasa. Melintasi ujian tempo hari, kali ini saya semakin tegas, saya bilang, “Sekalipun sekarang ini kamu suruh saya mati, saya juga tidak akan melepaskan Xiulian.” Secepat dia berpisah dengan saya, secepat itu pula dia menemukan kekasih baru.

Dalam waktu singkat saya mendapat pukulan dengan kehilangan kakek dan pacar bersamaan, langit seakan mau runtuh, menangis sekeras-kerasnya, tetapi tidak yakin saya menangis demi siapa, dalam hati teringat sebuah kata: “Ratusan derita sekaligus menimpa Lihat dia bagaimana hidup Bisa menelan derita dunia, Keluar duniawi adalah Buddha” (Hong Yin – “Derita Pikiran dan Hatinya”)

Walaupun saat berpisah sangat tegas, namun menghilangkan karma dan keterikatan Qing merupakan proses yang berkepanjangan. Beberapa hari setelah berpisah, setiap kali teringat dia, hati serasa diiris-iris, sakitnya benar-benar sakit fisik yang nyata. Saya tahu ini adalah karma masa lalu barulah ada penderitaan sekarang sebesar ini, saya hanya pasrah menerimanya. Akan tetapi saya senantiasa diliputi oleh berbagai emosi, perasaan dipersalahkan, benci dendam, iri hati yang kuat mengelilingi setiap saat. Saya selalu teringat masa lalu kala masih bersamanya. Satu malam saya tidak bisa tidur karena terlalu sedih, saya berlutut sambil menangis di depan foto Shifu dan berkata, “Maafkan saya Shifu, pengikut benar-benar mengecewakan, kali ini saya benar-benar tidak bisa melewati ujian ini…” Tidak lama kemudian, ponsel saya berbunyi, ternyata sahabatku mengirimkan sebuah gambar, gambarnya begini: seseorang bersujud memohon perlindungan Dewa, orang tersebut lalu berdiri dan berjalan, saat ia berjalan sebuah batu kecil jatuh dari langit menimpanya, jatuh persis di kepalanya, sambil menangis orang itu mengeluh Dewa-nya tidak mengurusnya. Tetapi saat dia berbalik badan, terlihatlah Dewa berdiri di belakangnya membentangkan lebar kedua lengan-Nya, melindunginya dari hantaman batu besar yang banyaknya tak terbilang.

Pastinya ini adalah pencerahan dari Shifu, Shifu melindungi saya setiap saat, karma saya dari kehidupan sebelumnya sedemikian banyak dan telah ditanggung oleh Shifu, dan saat ini saya hanya menanggung sedikit saja, saya sudah menyatakan tidak sanggup, bagaimana saya menghadapi pengorbanan Shifu demi saya yang demikian besar?

Suatu hari, saya membaca “Sejati Berkultivasi” (Petunjuk Penting untuk Gigih Maju), Shifu berkata, “Wahai para pengikut yang sejati berkultivasi, apa yang saya ajarkan kepada anda adalah Fa untuk berkultivasi Buddha dan berkultivasi Tao, tetapi kalian malah mengeluh kepada saya karena mengalami kerugian dalam kepentingan pribadi di tengah manusia biasa, dan bukan merasa risau terhadap keterikatan hati di tengah manusia biasa yang belum mapu anda lepaskan, apakah ini Xiulian?”

“Kalian haruslah ingat! Xiulian itu sendiri tidaklah menderita, kuncinya adalah tidak sanggup melepas keterikatan manusia biasa. Ketika nama, kepentingan dan perasaan kalian harus dilepas barulah terasa menderita.”,

kalimat Fa di atas memukul relung hati, saya sangat malu, dan bertekad bangkit kembali, dan berkultivasi dengan baik.

Shifu berkata, “Anda sekalian tahu, ada banyak hal, banyak keterikatan hati mengapa terus saja disingkirkan namun tak kunjung lenyap? Mengapa begitu sulit? Saya selalu mengatakan kepada anda sekalian, partikel adalah terbentuk setingkat demi setingkat dari mikroskopis terus hingga materi permukaan. Jika di tingkat yang ekstrem mikroskopis, anda sekalian lihatlah benda-benda keterikatan di dalam pikiran itu membentuk materi semacam apa? Dia adalah gunung, gunung yang raksasa, seperti batu granit begitu keras, sekali telah terbentuk orang sama sekali sudah tidak dapat mengusiknya.”

“Ada banyak hal kalian tidak sanggup melakukan, tapi Shifu sanggup melakukannya, namun bagaimana Shifu melakukannya? Tidak berarti begitu saya bertemu muka dengan anda langsung disingkirkan. Di saat anda meneguhkan pikiran lurus, di saat anda dapat menolaknya, saya seyogianya sedang menyingkirkannya sedikit demi sedikit bagi anda; seberapa banyak dapat anda lakukan, saya juga menyingkirkannya sebegitu banyak bagi anda, melenyapkannya sebegitu banyak bagi anda.” (Ceramah Fa Berbagai Tempat IV - “Ceramah Fa pada Konferensi Fa Chicago tahun 2004”)

Kini saya mengerti, di saat saya terjerumus dalam derita patah hati, sesungguhnya itu bukanlah diri saya yang sejati, tetapi merupakan saya yang terkomposisi dari Qing dan karma, saya harus mengikisnya-menolaknya-melenyapkannya terus-menerus, maka Shifu akan membantu saya menghilangkannya lebih banyak lagi.

Memang mudah mengatakan namun sulit dilaksanakan. Setiap kali melihat pasangan kekasih di tempat umum, hati saya tersentuh sakit, sedih diri ini tidak bisa mendapatkan kebahagiaan tersebut. Dalam rentang waktu yang cukup lama, setiap hari hati saya terasa sangat pedih, seringkali menangis saat makan. Tiap hari belajar Fa tetapi tidak masuk ke hati, tiga hal dilakukan dengan payah, dalam benak yang terpikir hanya bayangan dia saja. Saya tahu ini bukan kondisi seorang praktisi Xiulian, jika dibiarkan terus-menerus maka saya akan hancur.

Suatu hari ayah memperlihatkan Jingwen “Sifat Ke-Buddha-an” (Zhuan Falun Volume II), di bagian pertama tertulis, “Sekali suatu konsep terbentuk, ia dapat mengendalikan kehidupan seseorang, menguasai hatinya dan bahkan kebahagiaan, kemarahan, dukacita, dan kesenangannya. Ia adalah sesuatu yang diperoleh setelah lahir. Dengan berlalunya waktu, ia akan larut dalam pikiran seseorang, di lubuk hati seseorang, dan membentuk sifat seseorang.”

Tiba-tiba saya tersadarkan, sebuah unsur krusial yang menyebabkan saya menderita adalah konsep saya, saya selalu punya konsep seorang wanita perlu diperhatikan, diurus, ditemani, ini adalah kebahagiaan, jika kehilangan ini maka akan menderita dan kesepian. Yang saya sulit lupakan bukanlah dirinya semata, namun semacam konsep perasaan bahagia yang dapat dipenuhi saat sedang jatuh cinta. Saya telah terbawa oleh konsep ini, yang juga telah mengendalikan rasa bahagia maupun sedihnya diri saya, jika saya ingin terlepas dari jeratan Qing (perasaan), maka saya harus mengikisnya.

Saya terus menghafal Fa Shifu, “Xiulian harus dilakukan di tengah penderitaan agar bisa dilihat apakah anda dapat rela melepas, dapat memandang hambar tujuh perasaan dan enam nafsu anda. Jika anda terikat pada benda itu, anda tidak akan sukses berkultivasi. Segala sesuatu selalu punya Yinyuan Guanxi, manusia mengapa dapat menjadi manusia? Karena di antara manusia ada Qing, manusia adalah hidup demi Qing ini, yakni Qing keluarga, Qing antara pria dan wanita, Qing orang tua, Qing perasaan, Qing persahabatan, dalam melakukan pekerjaan juga memerhatikan aspek Qing, kesemuanya tidak dapat lepas dari Qing ini, ingin atau tidak ingin untuk berbuat sesuatu, senang atau tidak senang, cinta dan benci, segala hal dari segenap masyarakat manusia, semua berasal dari Qing ini. Jika Qing ini tidak diputuskan, anda tidak akan berhasil Xiulian.” (“Zhuan Falun”)

Dafa sedang sedikit demi sedikit mengikis materi buruk dalam tubuh saya, setiap kali selesai menghafal terasa lebih baik sedikit, kalau rasa derita tak tertahankan datang menyerang, maka saya memenuhi pikiran dengan menghafal Dafa. Setiap hari saya berupaya bekerja, belajar Fa, melakukan tiga hal, segalanya berjalan dengan teratur langkah demi langkah. Kemudian saya Wu (menyadari), saat ini saya sedang berada dalam deru dan debu merah, masihkah ada benda yang layak untuk saya pertahankan? Di dalam kehidupan tidak ada yang buntu, sesulit apapun pasti bisa dilewati, mengapa belum melewati? Mengapa keterikatan akan kehilangan dan memperoleh berada di depan mata, ketika anda mampu melihat segalanya dengan sangat-sangat hambar, benda apa lagi yang bisa memengaruhi suasana hati diri sendiri?

Demikian setelah lebih dari dua tahun, akhirnya saya mampu melepas. Bagi saya Qing adalah ujian hidup dan mati, namun Xiulian memang menghendaki anda melepas pada hal-hal yang paling sulit anda lepaskan. Meskipun telah melewati proses Xiulian yang bagaikan mengukir tulang, hingga kini masih terasa sulit bagi saya untuk bisa hambar terhadap Qing sepenuhnya, kadang kala masih timbul ujian kecil, hanya saja sekarang saya bisa lebih berakal sehat, lebih jelas bagaimana mengikisnya. Semua pengaturan Shifu kepada pengikut adalah yang terbaik, setelah fase menyayat hati menusuk tulang, yang didapatkan adalah suasana hati yang lepas bebas, taraf kondisi setelah meningkat indah bersih murni tiada bandingnya!

4. Penutup

20 tahun sebelum mendapatkan Fa, kehidupan saya gelap gulita dalam kesesatan, seringkali jatuh bergumul dalam nama kepentingan dan Qing manusia biasa, setelah mendapatkan Fa, saya telah berubah menjadi orang yang optimis dan ceria, rasa bahagia dari dalam diri terpancar keluar. Adalah Shifu yang mengangkat saya keluar dari lembah nama-kepentingan dan Qing, karena Dafa maka hati dan spirit saya dibersih-murnikan. Kini saya sudah paham makna kehidupan, dan melihat harapan! Dafa adalah akar kehidupan saya. Shifu telah mewariskan Dafa Alam Semesta kepada saya, berapa besar penderitaan yang telah ditanggung-Nya saya tidak pernah bisa tahu, Shifu, pengikut ini sungguh telah menyusahkan!

Kini keluarga kami semua larut dalam maha karunia Dafa, setiap hari bahagia dan bersuka cita. Rasa terima kasih kami terhadap Shifu tidak dapat dituturkan dengan kata-kata, pengikut hanya dengan berupaya lebih gigih lagi, mengerjakan tiga hal dengan baik, agar tidak mengecewakan penyelamatan Shifu!

Heshi