(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1998, ketika berusia 31 tahun. Saat itu saya sedang mencari solusi atas konflik yang terjadi pada keluarga, dan Dafa tampaknya memiliki jawaban.
Sayangnya, ketika Partai Komunis Tiongkok mulai menganiaya Dafa, kurang dari setahun kemudian, saya menjadi takut. Saya menyembunyikan buku-bukunya meski saya tahu Dafa baik, tapi ketika berhenti berlatih, saya mulai kehilangan tujuan hidup.
Saya kembali berlatih Gong secara diam-diam.
Ketika keluarga membuka toko pada saat itu, saya akan membaca buku Dafa secara sembunyi-sembunyi. Namun saya memutuskan untuk membacanya secara terbuka ketika saya pikir tidak ada orang yang tahu buku apa yang saya baca.
Beberapa waktu kemudian saya bertemu dengan rekan praktisi, yang memberikan saya artikel Guru terbaru dan salinan dari Minghui Weekly. Ketika melihat pengikut Dafa divonis dan dianiaya hingga meninggal, saya bertanya pada diri sendiri apakah saya masih ingin melanjutkannya: jawabannya jelas ya!
Berikut ini merupakan pengalaman bagaimana saya mempertahankan pikiran lurus setelah melalui berbagai situasi.
Menyelamatkan Makhluk Hidup
Pada tahun 2004, lebih dari 40 praktisi di daerah saya maupun di kota, ditangkap setelah pergi ke daerah terpencil untuk membagikan materi Dafa. Dengan ditangkapnya koordinator di daerah saya, dan saya pun mulai berperan sebagai koordinator untuk membimbing praktisi lain.
Menengok ke belakang, saya tidak berani memikirkan bagaimana melewati hari-hari itu.
Saya bangun pukul 3 pagi setiap hari untuk melakukan latihan Gong sebelum pergi keluar pukul 5, untuk mengambil barang untuk toko saya. Saya membayarnya dengan uang kertas dengan pesan tulisan saya tentang Falun Gong. Selama perjalanan, saya juga mengantar Minghui Weekly kepada para praktisi dan melakukan beberapa koordinasi pekerjaan.
Untuk membagikan materi, saya membeli baju yang dipakai untuk kamuflase pada malam hari dan sepatu yang tidak menimbulkan bunyi. Awalnya saya takut untuk memasukkan materi itu ke baju saya, namun seiring pikiran lurus saya bertambah kuat, saya mulai membawa tas besar berisi materi untuk dibagikan pada malam hari.
Tak lama berselang, rekan-rekan praktisi mulai melangkah keluar dan bekerja sama dengan saya. Saya bekerja-sama dengan praktisi pria yang lanjut usia, yang mengenal daerah perdesaan itu lebih baik; ketika ada praktisi muda yang bisa mengendarai sepeda, kami pergi ke daerah terpencil untuk membagikan materi.
Sebelumnya saya pernah bekerja sama dengan praktisi lain di daerah saya. Namun karena saya akan berjalan sepanjang malam untuk membagikan 300 sampai 400 selebaran dan menggantung spanduk, beberapa praktisi lain menjadi kelelahan setelah membagikan selama satu malam dan menolak bekerja sama dengan saya lagi.
Pada suatu kali tepat sebelum Tahun Baru Imlek, rekan praktisi memberikan saya enam kotak berisi buku Sembilan Komentar tentang Partai Komunis, untuk dibagikan selama periode tersebut.
Saya menemukan seorang praktisi yang mau pergi dengan saya, namun dia terlalu lelah untuk membawa sekotak buku dan menolak pergi untuk kedua kalinya. Saya akhirnya membagikannya dengan menitipkan di rumah praktisi tua, membawa dua kotak sekaligus, menyembunyikan mereka di tempat yang aman, dan kembali ketika sudah kehabisan. Saya baru kembali ke rumah praktisi setelah saya selesai membagikan mereka semua.
Saya selesai membagi enam kotak semuanya sampai pukul 5 pagi. Ketika kembali ke rumah praktisi, dia merasa menyesal hingga menangis.
Terlepas dari betapa sibuk atau lelahnya saya, saya akan memastikan untuk terus melanjutkan pekerjaan Dafa di sekitar rumah saya.
Suatu kali, saya kembali pada pukul 5 pagi, setelah semalaman membagikan bahan materi, saya membersihkan rumah dengan suami saya, dia tidak tahu saya pergi. Saya hanya beristirahat di tempat tidur pada malam hari.
Suami dan saya tidak tinggal di rumah yang sama, karena saya harus membuka toko kami lebih awal dan tidak ingin membangunkan dia. Maka dia tidak tahu bahwa saya selalu pergi pada malam hari, sampai dia terbangun pada suatu pagi dan menemukan materi klarifikasi fakta berada di rumah saya.
Namum, terlepas dari perubahan dalam lingkungan, saya tidak pernah berhenti membagikan materi klarifikasi.
Suami dan saya tinggal bersama ibu dan saudara laki-lakinya setelah toko saya disita, sekembalinya saya dari kamp kerja. Tinggal dengan mereka membuat saya tidak nyaman untuk membuktikan kebenaran Fa. Saya harus menunggu mereka tidur di larut malam sebelum keluar untuk membagikan materi.
Menerobos Konsep Manusia
Adalah Dafa yang telah mengubah saya menjadi orang yang luar biasa, dan selama proses melangkah ke keluar, saya telah melalui sejumlah konsep manusia.
Musim dingin di Heilongjiang sangat ekstrem. Ketika keluar rumah, keterikatan pada rasa “dingin” telah mengganggu saya, membuat saya berpikir negatif terhadap temperatur di luar sana. Namun, ketika saya menerobos konsep dingin ini, semuanya berubah.
Hal ini terjadi ketika saya ingin keluar rumah setelah memancarkan pikiran lurus pada malam hari dan memiliki keterikatan pada rasa takut. Namun ketika saya menerobos konsep ini, tidak ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan lega.
Suatu ketika saat suami memasak, saya sedang membaca buku di toko, dia meminta saya untuk membawakan beberapa kayu bakar dari halaman. Saya setuju tapi malas untuk bergerak, karena cuaca sangat dingin di luar.
Namun, saya memutuskan untuk melakukan sesuatu, saya harus melakukannya tanpa konsep apa pun. Saya sadar saat tidak ada konsep, pekerjaan apa pun dapat diselesaikan dengan cepat.
Saya pernah keluar bersama seorang praktisi untuk memasang poster. Saya menyiapkan poster-poster tersebut saat berjalan dan menempelkannya di tiang. Saya bekerja dengan cepat hingga praktisi itu tidak menyadarinya.
Ketika mulai membaca Minghui Weekly, saya akan menulis kalimat dan kata-kata yang praktisi gunakan untuk mengklarifikasi fakta dan menghafal sebagian dari mereka, untuk saya gunakan dalam klarifikasi. Orang-orang yang sering saya ajak bicara sering menanyakan saya dari lulusan sekolah mana, memuji saya begitu pintar, dan mengatakan saya seharusnya menjadi dosen.
Ketika saya ditahan pada tahun 2016 karena mengajukan petisi yang menuntut mantan Partai Komunis Jiang Zemin, saya bekerja sama dengan praktisi yang juga ditahan selama dua hari. Saya menggunakan kalimat yang pernah saya catat untuk mengklarifikasi fakta. Ketika opsir polisi mendengar saya, dia menanyakan pada rekan praktisi apakah saya seorang dosen.
Ditahan dan Dikirim ke Kamp Kerja Paksa
Saya ditangkap sebanyak tiga kali dan ingin bercerita dua dari penangkapan itu, serta bagaimana saya menahan penganiayaan.
Dibebaskan Dari Pusat Tahanan Dalam Waktu Delapan Hari
Saya dilaporkan ke polisi pada tahun 2011. Opsir menggeledah rumah saya sekaligus menyita komputer, DVD klarifikasi-fakta, dan spanduk. Mereka membawa saya ke kantor polisi, di situ saya melihat semua materi yang disita berada di atas sofa. Ketika opsir datang untuk memeriksa materi-materi itu, saya memanfaatkan kesempatan ini untuk membiarkan mereka membaca materi Dafa.
Opsir dari departemen kepolisian datang dan membawa saya ke sebuah ruangan, dan menanyakan apakah saya pergi ke Beijing dan dari mana materi ini berasal.
Saya bertanya pada mereka, “Hukum mana yang mengatakan bahwa berlatih Falun Gong ilegal? Tidak ada salahnya mengikuti prinsip Sejati-Baik-Sabar untuk menjadi orang baik.”
Mereka terdiam dan kemudian membawa anak saya untuk membujuk saya.
Anak saya tidak ada pilihan selain mengatakan, “Bu, jika punya pengakuan apa pun, harap katakan!”
Saya memberitahu anak saya bahwa saya tidak melanggar hukum dan memintanya untuk pulang ke rumah dan mengatakan pada neneknya bahwa saya akan kembali ke rumah.
Saat petugas tidak memperoleh informasi apa pun, mereka mengirim saya ke pusat tahanan.
Ketika melakukan mogok makan, kepala pusat tahanan bertanya mengapa saya menolak untuk makan. Saya berkata padanya tentang perlakuan tidak adil dari polisi terhadap praktisi Falun Gong. Ketika dia membujuk saya untuk makan, saya menolak. Saya dipukul dua kali.
Tidak ada pilihan, dia melapor ke departemen kepolisian dan saya dibawa ke rumah sakit untuk menjalani makan-paksa. Ketika berjalan di rumah sakit dengan belenggu, polisi berkata mereka melakukan ini untuk menjadikan saya sebagai contoh.
Namun saya pikir sebaliknya.
“Saya merasa bangga bisa berlatih Dafa. Hal yang paling membahagiakan adalah berlatih Dafa!”
Mereka kemudian memasukkan tabung melalui hidung saya. Ketika mereka tidak melihat, saya mengeluarkannya. Melihat perlawanan saya, mereka kembali membawa saya ke pusat tahanan.
Hari berikutnya, enam agen dari Kantor 610 datang membujuk saya untuk makan. Ketika saya menolak, mereka mulai berandai-andai apa yang terjadi pada anak saya jika saya meninggal. Saya mengatakan kepada mereka bagaimana orang-orang di dalam sejarah bersedia dipenggal kepalanya karena mengatakan kebenaran. Tidak mampu menjawab perkataan saya, mereka menyeret saya untuk makan-paksa.
Saya mengalami makan-paksa sebanyak tiga kali sebelum dibebaskan pada hari ke-8.
Ketika masih di pusat tahanan, polisi pergi ke rumah saya dan memaksa suami untuk membayar biaya makan-paksa, tapi dia menolak mereka. Dia kemudian berkata pada anak saya bahwa saya sedang melakukan mogok makan, namun anak saya punya keyakinan bahwa saya akan segera pulang. Dia memiliki pikiran lurus, saya sering membacakan buku-buku Dafa untuknya ketika dia ada waktu. Kini dia sudah di sekolah tinggi, dia banyak membantu saya saat mengerjakan pekerjaan Dafa.
Ketika dijemput keluarga pada hari kedelapan, mereka mengira saya tidak makan apa pun selama periode itu. Mereka merasa lega ketika melihat saya masih memiliki tenaga setelah hanya minum air dan saya menceritakan apa yang terjadi selama di pusat tahanan.
Suami saya berkata bahwa dia pergi ke kantor polisi untuk menanyakan keberadaan saya, polisi di sana mengatakan bahwa Falun Gong sungguh luar biasa karena teleponnya kerap berbunyi, dan panggilannya berasal dari seluruh dunia pada malam penangkapan saya. Suami saya juga mengatakan pada tetangga betapa tabahnya saya ketika ditahan. Suami saya penuh kekaguman terhadap Dafa dan pengikut Dafa.
Setahun di Kamp Kerja
Pada tahun 2012 ketika saya ditangkap. Mereka begitu takut saya akan melakukan mogok makan lagi, maka mereka membawa saya ke Pusat Rehabilitasi Harbin selama dua tahun. Saya dikurung dalam sebuah ruangan bersama seorang narapidana yang selalu mengawasi dan membantu polisi “mengubah” saya, atau memaksa saya melepaskan Dafa.
Seorang penjaga datang berbicara dengan saya setiap hari. Untuk membuat saya “berubah,” mereka bahkan mempermalukan saya. Tanpa pikiran lurus yang kuat, pasti sulit bagi saya untuk melalui rintangan ini.
Ketika pertama kali di kirim ke kamp kerja, pikiran saya kosong dan saya tidak bisa mengingat sedikit pun Fa Guru.
Setelah mengingat sebuah paragraf dari salah satu DVD klarifikasi-fakta bahwa saya harus memiliki pikiran lurus. Saya bisa mengingat secara berangsur-angsur Fa Guru.
Ketika instruktur mengatakan bahwa saya akan divonis dua tahun kerja paksa, saya berpikir apa yang mereka katakan tidak dapat diperhitungkan.
Di kamp kerja, kami harus menulis sebuah komposisi seminggu sekali, namun saya menolak untuk bekerja sama. Saya menulis alasan mengapa saya tidak menuruti perintah mereka dan menjelaskan pada mereka nilai sesungguhnya dari kebudayaan tradisional Tiongkok, karena mereka mencoba untuk menggunakan versi rusak untuk mencuci otak kami. Saya menulis puisi Guru “Minum Ramuan Serigala” dari Hong Yin III.
Ketika saya menunjukkan ini pada tahanan, dia terkejut dan berkata masa tahanan saya akan diperpanjang bila saya menyerahkan ini. Namun, para penjaga tidak dapat berkata apa-apa dan memperlakukan saya lebih baik. Mereka mencoba membuat saya menarik kembali, namun saya katakan agar mereka menaruhnya di arsip kasus.
Ketika seorang opsir datang untuk berbicara, saya berkata bahwa kata-kata yang dia ucapkan tidak berasal darinya. Dia kemudian berjalan pergi sambil mengatakan, “Ya, kata-kata itu bukan berasal dari saya, melainkan dari iblis jahat.”
Saya menolak untuk menggunakan obat apa pun setelah mengalami gejala tekanan darah tinggi, cerebral infarction dan penyakit jantung. Saya memberitahu penjaga bahwa meski dokter mengatakan saya membutuhkan obat, Falun Dafa dapat menyelesaikan masalah semuanya.
Ketika penjaga mendengar hal ini, ia membawa saya ke ruang tugas kepolisian dan mencoba berbagai cara untuk memaksa saya, namun saya tidak tergerak. Dia tidak punya pilihan lain selain meminta saya kembali ke sel.
Kemudian, kepala kamp kerja secara pribadi membawa saya ke kantor medis. Di sana barisan polisi sudah menunggu beserta perawat yang siap memberi injeksi. Saya tahu mereka ingin memasukkan jarum injeksi secara paksa, jadi saya berkata saya akan melakukan mogok makan jika diberi suntikan.
Karena saya memiliki gejala penyakit jantung, mereka tidak berani menyentuh dan membawa saya kembali ke sel. Saya tidak diizinkan makan bersama yang lain. Kemudian saat mengetahui mereka telah memasukkan obat-0batan ke makanan saya, saya berhenti menyentuhnya.
Malam itu, kepala kamp kerja datang untuk berbicara, “Ambilah dua pil ini dulu. Pimpinan mengatakan bahwa anda akan dibawa ke dokter di luar kamp dalam waktu dua hari. Jika anda cukup sehat sesuai persyaratan, anda akan dibebaskan dengan jaminan.”
“Menurutmu saya ingin keluar? Saya ingin menyingkirkan penyakit ini. Saya tidak akan meminum obat apa pun jika anda membawa saya ke dokter,” kata saya.
Hari berikutnya, mereka membawa saya ke dokter, yang diagnosanya mengatakan bahwa saya mengalami tekanan darah tinggi, cerebral infarction, dan gagal jantung ringan. Dokter menyuruh saya meminum obat.
Saya tahu polisi tidak berani menahan saya lebih lama lagi, karena saya melihat mereka mempersiapkan pembebasan saya, mereka juga memanggil Kantor 610 untuk membawa saya pergi.
Polisi khawatir dan menelepon suami saya untuk membawa saya pulang tanpa membayar satu sen pun. Di perjalanan ke rumah, saya mengklarifikasi fakta pada petugas dan memberitahu pada mereka mengapa saya bertahan menghadapi penganiayaan di kamp kerja, Mereka menjawab. “Berlatihlah diam-diam di rumah dan jangan membagikan materi.”
Siang itu, kami pergi ke kantor stasiun polisi lokal untuk mencatat kasus saya, namun opsir yang menangani pendaftaran logistik sedang tidak berada di tempat, mereka menyuruh saya kembali pada Senin depan.
Pada Senin berikutnya, saya kembali dan melihat opsir yang sama. Dia bertanya apakah saya masih berlatih, dan saya menjawab hidup saya bergantung dari Falun Gong.
Dia berkata, “Berlatih diam-diam di rumah dan jangan membagikan bahan materi.”
Ketika saya bertanya siapa yang melihat saya membagikan materi, dia tetap diam dan menanyakan tentang keluarga saya dan hal-hal pribadi lainnya, lalu meminta tanda tangan saya dan menekan sidik jari pada dokumen.
Saya menolak, jadi dia menyuruh saya untuk menyalin kata-kata dari Wen Jiabao (Perdana Menteri Tiongkok saat itu), namun saya menolaknya lagi.
Tidak ada pilihan, dia menyuruh saya pergi ke kantor direktur dan menjelaskan situasinya pada dia. Direktur berkata, “Bawa dia ke kamp kerja dan biarkan dia mati di sana!”
Saya tetap diam.
“Apa anda ingin masuk ke sana lagi?” tanya dia.
Saya berkata, “Tidak, tapi jika anda memaksa, maka saya tidak ada pilihan!”
Mereka kemudian memanggil departemen kepolisian dan memberitahu bahwa saya menolak bekerja sama. Namun departemen menyuruh mereka memikirkan cara lain.
Setelah menutup telepon, direktur mengubah nada suaranya dan berkata bahwa saya akan dihabisi jika masuk ke sana lagi. Saya mulai mengklarifikasi fakta padanya. Dia berkomentar bahwa saya tahu banyak hal.
Dengan perlindungan Guru, saya kembali ke rumah setahun setelah menjalani dua tahun masa hukuman kamp kerja paksa.
Setelah kembali, saya belajar Fa dan melakukan latihan seperti biasanya. Seluruh gejala penyakit saya hilang dalam tiga bulan. Hal ini disaksikan oleh keluarga dan teman-teman.
Terima kasih pada Guru, atas perlindungan dan penyelamatan Anda! Bisa berkultivasi Dafa adalah puncak hidup saya.