(Minghui.org) Seorang anak laki-laki mengalami peristiwa traumatis hingga menjadi bisu, setelah menyaksikan penangkapan kakek-neneknya serta ibunya dalam waktu empat hari.
Nenek Haohao, Zheng Quanhua, dan ibunya Liang Yanni, keduanya berlatih Falun Gong, metode kultivasi jiwa dan raga yang mengalami penganiayaan oleh rezim komunis.
Zheng, warga dari Kota Pingdu, Provinsi Shandong, sebelumnya pernah ditangkap beberapa kali, karena menolak melepaskan Falun Gong. Dia dan suaminya pindah ke Kota Laixi untuk tinggal bersama keluarga putranya.
Saat Zheng dan suaminya sedang merawat cucu mereka Haohao, pada tanggal 17 Juli 2018, lebih dari 12 opsir polisi mendobrak masuk ke dalam rumah mereka. Mereka menangkap Zheng dengan alasan bahwa dia menulis sebuah surat kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk mengadukan mantan diktator Jiang Zemin karena secara ilegal telah memulai penganiayaan terhadap Falun Gong.
Liang dan suaminya pergi ke kantor polisi lokal untuk mencari cara membebaskan Zheng. Polisi mengatakan bahwa atasan mereka sedang dalam tekanan yang luar biasa karena kiriman surat Zheng pada Presiden Xi.
Liang berkata bahwa apa yang ditulis oleh ibu mertuanya dalam surat itu adalah fakta sebenarnya tentang bagaimana ia dianiaya karena keyakinannya. Polisi menyuruh Liang menandatangani namanya untuk mengonfirmasi semua pernyataan yang dia buat di kantor polisi itu memang benar. Liang menurut, tidak tahu bahwa tanda tangannya dipakai untuk menangkapnya dua hari kemudian.
Tiga opsir polisi muncul di kediaman keluarga itu pada tanggal 19 Juli. Mereka menipu suami Zheng, Yu Haibo untuk pergi bersama mereka untuk membayar biaya uji medis istrinya. Yu ditangkap dan langsung dibawa ke Pusat Tahanan Kota Laixi.
Sedangkan Liang ditangkap pada tanggal 20 Juli dan dikirim ke Pusat Tahanan Pudong.
Haohao berhenti berbicara setelah ibunya dibawa pergi oleh polisi. Dia kini berada dalam perawatan sanak familinya.