(Minghui.org) Saya bekerja sebagai teknisi yang bertanggung jawab atas produktivitas di sebuah perusahaan kecil. Untuk lebih menghemat waktu, saya meningkatkan efisiensi dan berusaha menyelesaikan pekerjaan sambil tetap mempertahankan kualitas, sehingga saya dapat memanfaatkan waktu luang untuk berpartisipasi dalam kegiatan mengakhiri penganiayaan Falun Gong di Tiongkok. Dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan semacam ini semakin sering diadakan, dan beberapa kegiatan mendesak saya harus mengambil cuti dari pekerjaan. Beberapa kali hal ini terjadi tanpa masalah, sampai sebuah kejadian terjadi di Hari Orientasi, dimana berbagai asosiasi komunitas memperkenalkan budaya mereka. Tentu saja, para praktisi Falun Dafa ingin berpartisipasi dalam acara tersebut. Tapi tak seorang pun di kantor yang bisa menggantikan saya, untungnya, ada cukup banyak praktisi bisa menghadiri acara tersebut. Karena itu, saya lebih mengutamakan perusahaan dan memutuskan untuk tidak hadir dalam kegiatan ini. Namun tidak banyak yang bisa dilakukan di kantor, dan pekerjaan saya sudah selesai sebelum siang hari. Selama makan siang, muncul ide di benak saya: "Mengapa tidak pergi sekarang?" Saya kemudian mengirim email kepada wakil manajer untuk izin cuti setengah hari, dan buru-buru pergi sebelum dia kembali dari makan siang.
Ketika saya kembali bekerja keesokan harinya, wakil manajer berkata kepada saya, "Menurut kontrak kerja, anda harus tetap berada di kantor selama 8 jam sehari. Menurut aturan perusahaan, anda harus memberi pemberitahuan dua minggu sebelum mengambil cuti. Anda telah melanggar kontrak dan perusahaan sangat tidak senang karenanya! Perusahaan ini tidak ingin mempertahankan karyawan seperti itu." Wakil manajer kami adalah wanita bertemperamen keras. Beberapa bulan setelah dia bergabung dengan perusahaan, manajer departemen kami mengundurkan diri karena konflik dengannya. Wanita ini mengeluhkan bahwa manajer tersebut tidak cukup produktif. Setelah itu, saya menjadi satu-satunya staf di departemen tersebut. Sebelum berlatih Falun Dafa, saya adalah orang yang keras kepala. Sayangnya, saya tidak banyak berubah setelah berkultivasi. Saya selalu berpikir bahwa perusahaan harus menghargai saya karena telah melakukan pekerjaan sendirian. Saya sudah mempertimbangkan untuk tidak mengambil cuti sehari demi perusahaan, lagipula saya sudah menyelesaikan pekerjaan saya di hari itu. Mengapa saya tidak diizinkan mengambil cuti setengah hari? Karena itu, saya berkata kepada wakil manajer, "Anda harus lihat catatan perusahaan. Saya selalu menyelesaikan tugas dalam satu hari, untuk pekerjaan yang membutuhkan waktu dua hari bagi karyawan lain. Efisiensi saya seharusnya memberikan saya keleluasaan jam kerja. Apa yang terjadi kemarin adalah kasus tidak biasa, mengapa anda harus begitu serius?" Dia berkata, "Setelah anda menyelesaikan pekerjaan, anda dapat membantu pekerjaan staf lain. Saat anda bekerja, seluruh waktu anda harus dikhususkan untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan pekerjaan; jika tidak, anda telah melanggar kontrak anda." Karena dia sangat menekankan pada masalah jam kerja, sementara saya berbicara efisiensi, tidak mungkin bagi kami untuk mencapai titik temu. Karena itu, saya menyarankan untuk berkonsultasi dengan manajer.
Pagi berikutnya, manajer mengatakan kepada saya bahwa sebagai perusahaan yang berkembang pesat, perlu memiliki peraturan ketat untuk kebutuhan manajemen. Setiap karyawan harus mematuhi aturan tertentu. Tentu saja, di sisi lain, perusahaan sangat menghormati minat dan kebiasaan karyawan. Ambil contoh Falun Gong: Dia berkata, "Perusahaan sangat mendukung Falun Gong, namun tidak tepat bagi anda untuk begitu sering melanggar peraturan perusahaan." Saya bertanya apakah perusahaan bisa membuat daftar keterlambatan saya. "Anda tidak bisa," kilah saya. "Saya telah bekerja di perusahaan lebih dari setahun, dan yang dapat anda ingat hanyalah tiga atau empat kasus pengecualian. Mengapa orang lain memiliki jam kerja yang fleksibel, sementara meskipun saya sudah selesai melakukan pekerjaan, saya masih tidak diizinkan menggunakan waktu lebih leluasa?"
Percakapan kami seolah menemui jalan buntu, dan saya bisa merasakan medan yang kuat di antara kami, menghalangi kami mencapai titik temu.
Saya menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, yang membuat pikiran saya lebih jernih. Saya berkata pada diri sendiri, saya adalah praktisi Dafa, Guru Li mengajarkan kita untuk menjadi karyawan yang baik di tempat kerja. Apa yang salah dengan saya hari ini? Jika orang lain berusaha mencari kesalahan saya, pasti ada sesuatu yang keliru. Kita harus mencari ke dalam dalam segala situasi; ini adalah perbedaan mendasar antara praktisi Dafa dan mereka yang bukan praktisi. Semua karyawan di perusahaan ini sebenarnya mendukung Dafa, dan tidak ada yang mengeluh jika saya membaca website Minghui setiap hari. Sebelumnya, wakil manajer tidak pernah menegur saya. Lalu apa alasannya hari ini?
Kata-kata Guru Li tiba-tiba muncul di benak saya. Bahwa kita harus mempertimbangkan kepentingan orang lain dalam situasi apa pun. Sebagai praktisi Tionghoa yang tinggal di Barat, kita harus menghormati kebiasaan orang Barat dan cara mereka berurusan dengan berbagai hal. Sebagai contoh, orang Tionghoa akan berpikir bukanlah masalah besar apakah kita membukakan pintu untuk orang lain atau tidak; setiap orang dapat melakukannya sendiri. Namun dalam budaya Barat hal ini dianggap sebagai tanda sopan santun dan menghormati orang lain. Tiba-tiba saya mengerti di mana masalahnya: wakil manajer itu marah karena saya tidak memberitahukannya cukup awal sebelum saya meninggalkan pekerjaan. Saya tidak menghormatinya dalam hal ini. Saya bertindak lebih dulu dan baru melapor padanya, yang telah melukai harga dirinya sebagai atasan.
Saya meminta maaf padanya dengan tulus, dan menjelaskan berbagai perbedaan antara Timur dan Barat. Saya juga berjanji untuk meminta izin padanya sebelum melakukan sesuatu di masa depan. Saya juga menjelaskan tujuan dari kegiatan kami dan waktu itu sangat mendesak. Saya menekankan lagi bahwa saya telah meningkatkan efisiensi saya dan tidak mengharapkan kompensasi finansial; yang saya inginkan adalah beberapa waktu luang untuk melakukan pekerjaan Dafa. Segera setelah itu suasana mencair. Sikap wakil manajer jauh melunak. Akhirnya manajer itu berkata kepada saya sambil tersenyum, "Anda menang kali ini. Anda boleh minta kontrak anda direvisi, untuk memberikan fleksibilitas saat bekerja. Saya yakin anda akan melakukan pekerjaan dengan baik."
Bukan saja saya tidak menduga konflik terselesaikan demikian cepat, tetapi saya juga diperbolehkan melakukan pekerjaan Dafa secara terbuka. Memikirkan kembali pengalaman ini, saya sampai pada pemahaman lebih jelas tentang mengapa penting bagi kita untuk bertindak sesuai kriteria Dafa.
Di sisi lain, tentu perlu bagi rekan-rekan praktisi yang memiliki jadwal kerja yang ketat untuk menghormati atasan mereka dan melakukan kewajiban saat jam kerja. Kita harus mempertimbangkan kepentingan orang lain terlebih dahulu dan mendapatkan rasa hormat sebagai pengikut Dafa di mana pun kita berada.