(Minghui.org) Saya seorang pria 24 tahun yang pernah tersesat. Saya beruntung mengetahui tentang Falun Dafa ketika saya dibebaskan dari kamp kerja paksa bulan Mei lalu. Saya terbangun, diyakinkan dan bertekad untuk berkultivasi mengikuti bimbingan Falun Dafa. Sudah lebih dari lima bulan sekarang dan saya telah berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda dan menemukan jalan saya lagi.
Saya ingat di kamp kerja paksa, terlepas dari kerja keras yang dipaksakan kepada saya, hati saya tetap liar, meskipun saya setuju untuk menjadi orang yang berbeda ketika dibebaskan. Saya pikir saya tidak akan mengambil bagian dalam kegiatan ilegal lagi, saya akan mencurahkan hati untuk menghasilkan lebih banyak uang dan mengompensasi masa muda saya yang hilang. Otak saya penuh dengan ide-ide tentang cara menghasilkan kekayaan.
Tetapi hati saya sangat menderita setelah saya membaca buku-buku Falun Dafa tulisan Guru Li. Saya menyesali semua hal buruk yang saya lakukan dan semua karma yang saya tambahkan ke diri saya setiap hari. Saya menyadari bahwa saya menentang prinsip-prinsip fundamental alam semesta: Sejati, Baik, Sabar. Keluarga dan teman-teman saya berusaha menjadikan saya orang yang lebih baik, tetapi saya tidak menanggapinya secara positif dan berpikir menjadi orang jahat akan lebih bermanfaat. Akibatnya, saya tidak pernah ingin menjadi baik. Guru Li mengungkapkan alasan mengapa orang harus menjadi orang baik dengan membahas prinsip-prinsip universal, sifat manusia, standar moral dan perkembangan masyarakat manusia. Itu membuat saya menyadari seseorang ingin menjadi orang seperti apa adalah masalah yang penting sehubungan dengan apakah seseorang dapat meningkat atau tidak. Saya bertekad untuk menjadi seorang praktisi Falun Gong, menjadi orang yang baik, berasimilasi dengan Sejati, Baik, Sabar dan untuk kembali ke sifat sejati saya.
Namun, kesulitan dalam berkultivasi datang dari berbagai arah. Konflik pertama sering kali datang dari keluarga sendiri. Saya seorang pemuda, tetapi sangat sulit bagi saya untuk mendapatkan pekerjaan karena saya hanya lulusan sekolah menengah dan pernah di hukum kamp kerja. Tidak seorang pun di keluarga saya yang menyukai saya hanya tinggal di rumah dan tidak bekerja. Selain itu, saya membaca buku Guru Li dan juga melakukan latihan di rumah, yang tidak dapat dipahami atau diterima oleh anggota keluarga saya. Saya selalu dicaci maki tanpa alasan. Saya memperlakukan insiden ini sebagai hambatan yang harus saya atasi dan peluang bagi saya untuk meningkatkan karakter saya. Saya mulai menjadi anak yang baik di rumah dan orang yang baik di masyarakat. Tidak peduli seberapa buruknya orang lain memperlakukan saya, saya selalu melihat ke dalam hati saya sendiri untuk menemukan kekurangan saya, mengukur semua hal dengan menggunakan standar Dafa dan bertindak sesuai dengan itu.
Setelah saya mulai berkultivasi, saya mengajukan diri untuk melakukan semua pekerjaan rumah dan mengultivasi karakter saya melalui belajar Fa. Saya perlahan-lahan menyingkirkan banyak kebiasaan buruk yang sebelumnya tidak bisa saya singkirkan. Saat ini keluarga saya jauh lebih menyenangkan. Meskipun saya masih memiliki banyak hal yang perlu diperbaiki, saya telah mengubah banyak hal dari dalam dan menjadi orang yang lebih baik. Saya juga lebih energik.
Ada satu lagi kisah yang ingin saya bagikan. Ada banjir besar tahun lalu di kampung halaman saya pada bulan Juli. Keluarga saya sedang merenovasi rumah dan telah membeli pasir dan meletakkannya di lantai bawah. Setelah banjir, beberapa orang yang tinggal di sekitar datang, berencana untuk mencuri pasir. Ayah saya mencoba menghentikan mereka tetapi tidak ada yang mendengarkan. Ketika saya tahu, saya bergegas turun ke bawah untuk menghentikan mereka sebelum memikirkan masalah itu. Meskipun semuanya tidak menjadi tambah buruk, saya memang mengatakan beberapa hal buruk seperti, "Saya tidak takut mati" untuk menakuti mereka. Mereka semua tahu masa lalu saya dan tidak berani melanjutkan. Saya sangat menyesali perilaku saya setelah kejadian ini, karena sifat kompetitif saya terungkap. Saya menyadari bahwa saya tidak lulus ujian ini. Tentu saja, saya tidak berteriak atau memukul orang seperti yang akan saya lakukan dulu. Jika saya yang dulu, saya sudah akan memukuli mereka jika saya dirugikan, apalagi mencuri pasir dari rumah saya.
Di masa lalu, orang-orang yang tinggal di rumah kami takut pada saya dan juga membenci saya. Mereka sering mengalihkan pandangan dan menatap saya dengan hina. Ketika saya dikirim ke kamp kerja paksa, semua orang tersenyum dan merasa lega. Ketika saya kembali, mereka semua berpikir bahwa pembuat onar telah kembali dan bencana akan terjadi. Pendapat mereka benar-benar berubah setelah saya mulai berkultivasi Falun Dafa. Kemudian, selama banjir, saya secara sukarela membangun sebuah kapal dan menempuh perjalanan dua mil dengan beberapa pemuda untuk mendapatkan air bersih untuk digunakan semua orang. Matahari sangat panas, airnya dingin dan kotor. Tanah sangat panas dan kaki saya melepuh, tetapi saya tidak mengeluh. Saya berpikir, "Saya adalah seorang praktisi Falun Dafa dan ini adalah sesuatu yang harus saya lakukan." Saya juga membantu orang-orang dari gedung lain pindah. Saya berenang untuk membeli makanan dan minuman untuk semua orang. Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Semua orang memuji saya dan tersenyum.
Tentu saja, membuat orang memperlakukan saya dengan baik bukanlah niat saya. Kultivasi Falun Dafa, yang telah menghasilkan efek positif ini. Saya tidak akan bertindak seperti ini jika bukan karena Falun Dafa. Memang saya sudah berubah. Karakter saya telah membaik. Saya lebih bertekad untuk berkultivasi. Apa pun hambatan yang saya temui di masa depan, saya akan menggunakan Falun Dafa sebagai cermin dan guru saya untuk mendisiplinkan diri dan meningkatkan seluruh keberadaan saya. Saya akan mencapai kriteria seorang praktisi Falun Dafa sejati, menjadi orang baik dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.