(Minghui.org) Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Berbahasa Jerman yang pertama diselenggarakan di Zurich, Swiss, pada tanggal 13 Oktober 2019. Para praktisi yang menghadiri konferensi tidak hanya dari daerah Swiss yang berbicara bahasa Jerman, tetapi juga dari daerah yang berbicara bahasa Prancis dan Italia, serta dari Jerman, Austria, dan Amerika Serikat.
Konferensi Berbagi Pengalaman Falun Dafa Berbahasa Jerman yang pertama diselenggarakan di Zurich, Swiss, pada 13 Oktober 2019
Di antara 19 praktisi yang berbicara di konferensi adalah praktisi yang telah berlatih Falun Dafa dari hanya enam bulan yang lalu hingga lebih dari 20 tahun. Mereka berbicara tentang bagaimana menerapkan prinsip Falun Dafa, Sejati-Baik-Sabar dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing praktisi juga mengatakan berlatih Falun Dafa telah meningkatkan karakter dan moral mereka.
Menjadi Orang yang Lebih Baik
Praktisi muda Laetitia mulai berlatih Falun Dafa kira-kira dua tahun yang lalu, dan dia sekarang memandang dunia dengan mata yang segar. “Saya tidak lagi ingin menjalani kehidupan yang dulu, karena menyimpang terlalu jauh dari prinsip alam semesta Sejati-Baik-Sabar,” katanya. Dia berhenti merokok dan minum minuman keras segera setelah berlatih, dan tidak lagi keluar bersama dengan laki-laki. Kecemasan dan keserakahannya akan makanan yang telah lama mengganggunya juga hilang. Dia menjadi lebih positif dan berpikiran terbuka. “Saya lebih mudah menerima kritik, dan tidak lagi khawatir, tidak peduli apa yang terjadi pada diri saya atau dengan siapa saya tinggal,” lanjutnya. Dia mengatakan orang-orang di sekitarnya sekarang menganggapnya lebih mudah didekati dan santai.
Dengan terus-menerus berkultivasi, dia menyadari bahwa perubahan di atas hanya permukaan dan dia perlu meningkatkan hatinya secara mendasar. “Kadang-kadang ketika saya memberi tahu orang lain tentang keindahan Falun Dafa atau penganiayaan di Tiongkok, saya perhatikan masih memiliki konsep bahwa saya berpengetahuan. Dengan kata lain, saya perlu melenyapkan keterikatan seperti kesombongan, puas diri, dan pamer. Ini akan membantu saya berkomunikasi dengan orang-orang dengan cara yang lebih baik,” pungkasnya.
Dia perhatikan kadang-kadang merasa tidak enak melihat di bagian mana praktisi lain telah melakukan lebih baik dari dirinya dalam berkultivasi atau klarifikasi fakta tentang Falun Dafa. Dia mulai berpikir bahwa dirinya sangat terlambat ikut berlatih dan ini tidak adil; konsep ini perlahan-lahan memengaruhi harga dirinya. Dengan terus-menerus belajar ajaran Dafa, dia sadari pikiran ini disebabkan oleh iri hati. “Sementara itu, saya menemukan kecemburuan saya tidak masuk akal. Bagaimanapun, Guru telah mengatur untuk semua jalur kita, di mana berbeda bagi masing-masing orang. Memikirkan lebih lanjut, saya sadari telah membuang terlalu banyak waktu untuk beradaptasi dan meniru apa yang orang lain lakukan, bukannya benar-benar meningkatkan hati sendiri berdasarkan Fa,” jelasnya.
Masalah harga dirinya lenyap dan dia bisa berinteraksi dengan orang-orang secara lebih terbuka serta ramah. Dia mulai memberi tahu orang-orang tentang Falun Dafa demi kebaikan mereka sendiri, bukan berdasarkan rasa superioritasnya. “Saya bekerja keras untuk meningkatkan Xinxing sambil tetap rendah hati, yang memungkinkan saya berhubungan baik dengan orang lain. Orang-orang bisa merasakan empati saya, saya juga belajar melakukan dengan baik tanpa bersikap ekstrem atau hanya mengikuti hasrat saya,” lanjutnya.
Ketika Laetitia berupaya untuk mengubah hatinya secara fundamental, orang-orang di sekitarnya menjadi lebih mau menerima dan ingin mendengar tentang Falun Dafa. “Saya sangat berterima kasih atas belas kasih Guru, karena Dafa benar-benar bisa mengubah kita. Jika kita selalu mencari ke dalam dan melakukan yang terbaik, kita akan bisa membantu menyadarkan semua orang yang kita temui,” katanya.
Sembilan belas praktisi berbagi pengalaman mereka di konferensi
Bersyukur karena Menjadi Praktisi Dafa
Jorge berasal dari Kuba dan telah tinggal di Swiss selama lebih dari 20 tahun. Dia memiliki penyesalan di masa lalu, seperti masalah narkoba, tetapi dia beruntung bertemu Falun Dafa di sebuah taman pada tahun 2007 dan ikut berlatih. Walaupun pada awalnya dia menghindari konflik Xinxing dengan memisahkan diri dari kelompok, Guru tidak meninggalkannya. Kira-kira tiga tahun yang lalu, dia kembali ke kelompok belajar Fa setempat dan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konflik antar praktisi.
“Sekarang saya menyadari bahwa belas kasih Guru Li ada di balik masing-masing konflik Xinxing ini. Kenyataannya, konflik ini adalah kesempatan bagi kita untuk mencari ke dalam dan mengidentifikasi masalah kita,” katanya, “Tidak ada kebetulan dalam kultivasi kita. Saya menaruh perhatian terhadap segala hal yang terjadi pada saya dan setiap kalimat dari praktisi lain, karena itu mengingatkan saya tentang hal yang perlu saya pelajari atau perhatikan.”
Gejala karma penyakit hampir merengut nyawanya setahun lalu. Dia pergi ke pemeriksaan lanjutan pada awal tahun ini, dan dokter memberi tahu dia bahwa tumornya sekarang jinak dan tidak perlu perawatan medis lagi. Bahkan metastasis ganas di paru-parunya pun hilang. Dokter tidak menyangka hasil bagi ini terjadi pada pasiennya berumur 60 tahun, Jorge.
Ketika mendengar berita ini, Jorge sangat berterima kasih kepada Guru Li. “Saya tahu hanya Falun Dafa dan Guru Li bisa membuat ini terjadi,” kata Jorge. Dia tidak tahu secara detail tentang apa yang terjadi, dan dia tidak ingin tahu. Satu hal yang dia tahu dengan pasti adalah sekarang dia sehat, dan dia tidak membutuhkan pemeriksaan lagi. “Setiap hari saya melakukan tiga hal dengan sukacita. Walaupun masih memiliki kekurangan, saya sangat beruntung menjadi pengikut Dafa – masa lalu telah menjadi sejarah dan saya harus terus memurnikan diri menuju ketidakegoisan,” katanya, “Kultivasi Falun Dafa adalah hal yang paling penting dalam hidup saya.”
Melatih Kesabaran
Simone memahami dari sejak awal kultivasi bahwa kesabaran adalah hal penting bagi seorang praktisi Falun Dafa, tetapi dia menemukan dirinya hanya mengalami konflik antarpribadi secara pasif. Setelah beberapa kali mentolerir konflik-konflik ini secara pasif, lambat-laun dia belajar bagaimana menjadi toleran sebagai seorang praktisi dan benar-benar menikmati kultivasi.
Suatu kali dia berada di toko roti ketika seorang pelayan tiba-tiba mengkritik dirinya dengan kata-kata tajam. “Saat dia memaki saya, hati saya tenang dan mendengarkan dengan diam. Saya sebenarnya sedikit senang, karena dari kata-katanya, saya sadari kekurangan dan celah kebocoran saya. Ditambah lagi, saya akhirnya bisa menghadapi situasi semacam ini dan tetap tidak terganggu,” katanya.
Sebelum terjadi peristiwa itu, Simone sudah menyadari bahwa ketika orang mengucapkan sesuatu kepadanya, itu bisa berhubungan dengan konsep manusianya. Jadi dia berterima kasih kepada pelayan itu atas kata-katanya dan memberi brosur Falun Dafa kepadanya. Pelayan itu menerima brosur dengan anggun dan tampak sangat senang.
Mempelajari Teknologi Baru
Ursula telah berlatih Falun Dafa selama 19 tahun. Dia bekerja sama dengan praktisi lain untuk membantu menghentikan penganiayaan di Tiongkok dengan membagikan materi kepada keluarga-keluarga di pegunungan. Dia juga menghabiskan banyak waktu untuk memancarkan pikiran lurus.
Seorang praktisi menghibahkan komputer kepada Ursula pada suatu hari, berharap dia akan belajar cara menggunakannya. Diliputi keraguan dan ketakutan, Ursula menjauhi komputer, kadang-kadang bahkan tidak ingin pulang ke rumah. Dia memahami pentingnya komputer itu, jadi dia memutuskan untuk belajar beberapa dasar operasi dari seorang praktisi. Dia kemudian bisa menangani sejumlah proyek klarifikasi fakta dan pembuktian kebenaran Fa dengan menggunakan komputer. Komputer Apple-nya sekarang menjadi temannya.
Melalui pengalaman ini, Ursula menemukan rasa takut dan ketidakpastiannya terhadap teknologi baru berasal dari kurangnya percaya pada Dafa dan Guru Li. “Karena Guru telah membuat semua pengaturan ini, mengapa saya masih harus meragukannya? Bukankah segala yang terjadi dalam kultivasi saya dan setiap rasa sakit yang saya alami berhubungan dengan peningkatan saya?” jelasnya. Dengan pemahaman itu, dia merasa rileks dan damai.
Seusai konferensi, para praktisi mendiskusikan apa yang telah mereka pelajari dari para pembicara dan banyak peserta mengatakan memperoleh manfaat besar dari pengalaman di konferensi. “Kisah-kisah dari para praktisi lain mengingatkan saya di mana yang perlu saya lakukan lebih baik. Sebagai contoh, saya harus selalu menaruh perhatian pada pikiran sendiri. Ini akan memungkin saya melakukan lebih baik di rumah, di tempat kerja, dan pada proyek klarifikasi fakta,” ujar seorang praktisi.