(Minghui.org) Setelah “Pengumuman untuk Semua Pengikut Dafa” dipublikasikan, saya berbicara dengan seorang praktisi muda yang tinggal berdekatan dengan saya, untuk memintanya menghapus WeChat. Dia mengaku tidak bisa karena aplikasi ini dipakai untuk bekerja.
Kerabat saya juga mengira saya mengada-ngada. Mereka tidak percaya bahwa ada orang yang bisa mengawasi kami, dan menganggap saya terlalu berprasangka. Mereka berbicara tentang betapa praktisnya aplikasi ini selain menghemat waktu, karena mereka tidak harus ke toko untuk membayar keperluan mereka. WeChat menjadi aplikasi favorit yang bisa dipakai untuk mengobrol dengan kerabat mereka sepanjang waktu. Tidak ada hal lain yang bisa saya lakukan, selain membiarkan mereka melakukan apa yang mereka inginkan.
Beberapa hari yang lalu saya melihat artikel di Minghui mengenai dampak WeChat yang sangat merusak. Hal ini mengingatkan saya pada sesuatu yang saya pelajari saat musim panas. Saya memutuskan untuk menulis artikel ini dengan harapan, agar semua orang dapat memperoleh hikmahnya.
Pada malam 16 Agustus, seorang kerabat datang ke rumah saya untuk makan malam. Dia berbicara tentang WeChat, dan memberi tahu saya bahwa sebelumnya ia tidak percaya kalau aplikasi ini dipakai untuk memata-matai rakyat Tiongkok, dan sekarang dia percaya 100 persen. Saya bertanya apa sebabnya, kemudian dia menceritakan bahwa salah seorang temannya telah mendapatkan masalah dari penggunaan WeChat.
Temannya adalah seorang petugas kepolisian kota. Beberapa bulan lalu, pemimpin Tiongkok Xi Jinping datang berkunjung ke kota kami dan kepolisian kota bertanggung jawab atas detail keamanannya. Tidak satu pun dari mereka diizinkan pulang sebelum Xi datang.
Istri polisi ini mengobrol dengan kerabat dan temannya lewat WeChat tentang situasi ini. Dia berbicara seperti, “Saya sangat sibuk dan lelah belakangan ini. Suami saya juga belum bisa pulang selama berhari-hari, karena Xi Jinping datang ke kota ini. Saya harus menangani segala urusan di rumah.” Dia juga menyebutkan nama hotel tempat Xi Jinping menginap dan kapan ia membuat pertemuan, tetapi suaminya belum juga pulang.
Dia tidak menyadari bahwa percakapan via WeChat akan membawa bencana pada keluarganya.
Kemudian kepala departemen kepolisian memanggil opsir ini dan memberi tahu bahwa dia telah membocorkan rahasia nasional kepada istrinya mengenai masalah sensitif seperti jadwal kunjungan para pemimpin ke kota. Mereka mengatakan bahwa kepolisian telah memutuskan untuk memecatnya dari kepolisian, juga menyuruhnya pulang untuk merenungkan diri. Apakah ia dipecat dari Partai Komunis Tiongkok (PKT) atau dilarang bekerja di pemerintahan masih belum ditentukan. Polisi ini benar-benar tertegun saat mendengar rekaman pembicaraan dari istrinya.
Kerabat saya bertanya, “Mengapa PKT takut dengan rakyatnya sendiri?”
Karena masih muda, ia tidak tahu asal-usul dan sejarah dari PKT. Saya menjawab bahwa ia adalah roh jahat yang telah menipu rakyat Tiongkok, menjanjikan kehidupan yang baik, dari mulai saat merebut kekuasaan di Tiongkok sejak tahun 1949.
Banyak intelektual dan para patriot yang tertipu dan bersekutu dengannya. PKT dengan kekuatan, menggunakan kekerasan dan memanipulasi orang untuk saling membunuh dalam setiap gerakan politik. Tujuan utamanya adalah untuk menghancurkan umat manusia. PKT sangat ketakutan jika ada orang-orang yang bisa melihat tujuan ia sebenarnya, karena itu ia selalu ingin mengganyang, menahan 1,3 milyar warga negara Tionghoa dengan memikat mereka ke dalam jaringan pemantau seperti WeChat, Tencent QQ, pesan singkat, rekaman suara, rekaman video, dll. Semua jenis peralatan beserta beberapa juta polisi internet siap memantau kita 24 jam sehari. Apa pun yang anda baca, bicarakan, atau lakukan—semuanya akan terlihat.
Jika seseorang mengatakan hal yang tidak disetujui oleh PKT, orang itu akan mendapat sanksi, bahkan dianiaya. Tidak ada seorang pun di Tiongkok, termasuk polisi maupun pejabat negara yang memiliki privasi saat menjadi anggota PKT. Semuanya akan diawasi, dipantau, dan ditertawakan, sehingga semua orang harus melepaskan diri dari jaringan ini.
Kerabat saya akhirnya berkata, “PKT sangat keji. Kenapa harus mengikutinya, jika itu akan mengantar kita ke kehancuran. Sepertinya keputusan saya untuk mundur adalah hal yang tepat—100 persen tepat. Saya tidak mau menjual jiwa saya lagi.