(Minghui.org) Saya telah berkultivasi selama bertahun-tahun. Beberapa waktu lalu ada seorang praktisi yang jatuh sakit, dan dirawat di rumah sakit. Sejumlah rekan praktisi berdiskusi bahwa praktisi ini sudah lama memiliki mentalitas bersaing yang sangat kuat. Mereka bertanya pada saya apa yang menyebabkan hal itu. Tanpa berpikir panjang, saya berkata bahwa itu karena hatinya tidak bersih murni; sejumlah rekan praktisi yang telah berkultivasi beberapa tahun, namun masih suka bertengkar dan iri hati, maka sejumlah kesengsaraan mengikuti diri mereka.
Akar Penyebab Hati yang Tidak Bersih
Dalam perjalanan pulang saya mendapat lebih banyak pemikiran tentang “hati yang tidak bersih murni.” Sebab sebelum ini saya hanya mengaitkannya dengan sejumlah keterikatan dan keinginan, namun kini saya menyadari bahwa hati yang tidak bersih murni, cakupannya bisa melampaui dari hal-hal tersebut. Ketika kita memiliki pemikiran manusia biasa, hati ini sudah tidak murni karena manusia biasa mendambakan hidup nyaman dan mapan. Sebagai praktisi, jika kita masih berpikir untuk hidup dengan penuh kenyamanan, maka kita sudah memperlakukan diri seperti manusia biasa, hati kita sudah tidak bersih murni. Orang-orang yang mendambakan kenyamanan, dalam prosesnya harus merugikan orang lain. Ini sesuatu yang bertentangan sebagai seorang praktisi, maka kita seharusnya menghindari hal-hal tersebut.
Saya menemukan bahwa dalam beberapa hal saya juga memiliki hati manusia biasa. Sebagai contoh, keterikatan saya pada putra saya terlalu kuat, saya selalu khawatir padanya. Saya tidak bisa berhenti berpikir bahwa sayalah yang harus merawatnya dengan lebih baik karena dia selalu bekerja keras. Saya khawatir bila ia akan melakukan sesuatu yang tidak baik, dan akan menanggung konsekuensinya. Saya juga sangat cemas pada suami saya yang tidak belajar Fa dengan baik, dan pada saat dia melalui penderitaan.
Guru berkata,
“Anda tidak akan dapat mencampuri kehidupan orang lain, tidak mampu mengatur nasib orang lain, termasuk nasib istri dan anak-anak anda, ayah-ibu dan kakak-adik anda, apakah hal itu tergantung keputusan anda?” (Ceramah Empat, Zhuan Falun)
Hati yang tidak bersih murni tidak hanya terwujud pada aspek-aspek ini saja. Jika ditelusuri sampai ke akar, maka masalah yang paling utama adalah ketidak-percayaan saya pada Guru dan Dafa. Ketika saya mulai belajar Fa, saya tidak menyadari ada perbedaan antara “hening” dan “bersih murni.” Pikiran saya selalu bergejolak, dan sering teralihkan. Ketika saya berlatih Gong dan belajar Fa, pikiran saya selalu mengembara dan tidak memperhatikan perbedaan di antara dua kata tadi, karena mengira bahwa secara konsep—itu hal yang sama. Saya berpikir bahwa pikiran saya tidak akan mencapai taraf hening.
Suatu hari saya terkejut saat menyadari bahwa ternyata kedua kata ini memiliki arti berbeda. Jika tidak bersih murni, hati saya tidak akan mencapai taraf tenang dan tenteram. Saya menemukan bahwa makna “bersih murni” menjadi terlalu dalam dan tidak bisa dipahami begitu saja. Sampai saat ini saya berpikir bahwa saya bisa memahami makna Fa Guru, meski saya tahu, ada makna yang jauh lebih tinggi.
Melihat ke dalam, saya bisa melihat mentalitas bersaing, fanatik, penasaran, rasa takut, serakah, hasrat, kemalasan, mementingkan diri sendiri, cinta, takut menderita, dan Qing pada keluarga. Saya memahami bahwa beberapa gangguan datang dari rekan praktisi dan sejumlah rekan dan keluarga. Jika seseorang tidak dapat berkultivasi, orang itu akan tercemari kembali oleh kehidupan manusia biasa.
Keterikatan yang Berkaitan Dengan Hati yang Tidak Bersih
Saya menemukan bahwa hati yang tidak bersih murni erat hubungannya dengan mentalitas bersaing, pamer diri, dan iri hati. Dalam hal pekerjaan, mentalitas bersaing saya sering kali timbul. Ketika saya belajar Fa dan melakukan tiga hal dengan baik, tidak ada fenomena seperti ini. Saat bersantai di sofa, konsep manusia saya sering kali muncul. Sebagai contoh, jika saya pergi ke pesta, saya selalu ingin mengenakan pakaian yang bagus untuk dipamerkan pada teman-teman sekelas saya. Ketika mereka lebih baik, saya jadi iri dan ketika mereka tidak bisa lebih baik dari saya, diam-diam saya merasa bangga. Jika orang tua saya lebih menyukai saudara perempuan saya, maka saya berupaya mengambil hati. Itu sebuah sikap yang buruk! Dengan mentalitas itu, bagaimana saya berharap bisa hening?
Di telusuri jauh ke dalam, saya menemukan bahwa sifat buruk saya merupakan bagian dari keegoisan. Di permukaan saya sepertinya bisa melepaskan keterikatan pada nama dan perolehan, namun sebenarnya saya masih ingin mendapatkan perolehan pribadi. Karena itu saya tidak dapat hening dengan segala jenis pikiran semacam itu. Meski saya telah melepaskan banyak hal selama kultivasi dan sebagian telah disingkirkan, saya menemukan bahwa masih banyak lagi keterikatan hati lagi yang tersembunyi. Faktanya, hasrat saya pada perolehan pribadi masih mendominasi dan telah menghambat peningkatan saya dalam berkultivasi.
Guru berkata,
“Seberapa dalam daya hening seseorang, itu adalah manifestasi dari tingkatannya.” (Ceramah Sembilan, Zhuan Falun)
Memikirkan hal ini, saya ingin segera menyingkirkan segala keterikatan ini. Ketika saya menyingkirkan sebuah keterikatan, saya bisa merasakan hati saya menjadi lebih bersih murni dan tenteram.