(Minghui.org) Saya selama bertahun-tahun mengikuti sejumlah sesi belajar Fa bersama dari kelompok berbeda. Namun sebagian dari mereka tidak menghargai lingkungan belajar ini, sehingga saya berhenti datang.
Mengapa saya menyebutkan hal itu di atas? Sebagai contoh, setelah mempelajari satu ceramah Fa, ada praktisi yang mulai mengobrol tentang urusan manusia biasa. Mereka berbicara tentang kejadian yang menimpa keluarga A; praktisi B meninggal dunia; putra praktisi C diterima di perguruan tinggi yang baik; praktisi D akan menikah dengan seseorang, dan seterusnya.
Mereka juga membicarakan perang dagang antara Tiongkok dan Amerika; merebaknya flu babi di Tiongkok; vonis penjara bagi para pejabat yang korup; serta konfrontasi antara administrator kota dengan warga sipil.
Namun jika seseorang mengangkat topik tentang kultivasi, kelompok tersebut tidak ada sesuatu untuk dikatakan, seakan mereka tidak ingin mengutarakannya.
Mungkin ada praktisi yang memiliki berbagai pengalaman kultivasi—bercerita dalam grup, namun setelah beberapa waktu, tidak ada lagi yang ingin membagikan pengalamannya.
Saya yakin bahwa ini merupakan kondisi yang tidak seharusnya terjadi dalam kelompok belajar Fa, lebih mirip sebuah klub untuk manusia biasa. Menyiarkan berita sampingan, tidak akan membantu praktisi membuat peningkatan dalam kultivasi mereka.
Guru telah meninggalkan lingkungan kelompok belajar Fa kepada kita. Jika kita mengubah kelompok belajar Fa menjadi tempat untuk bersosialisasi, akan membuat Guru sedih. Hal itu yang membuat saya lebih menyukai belajar Fa di rumah.
Kelompok belajar Fa adalah untuk praktisi meningkatkan pemahaman terhadap Fa dan memberikan taraf kondisi yang lebih tinggi melalui berbagi pengalaman.
Keterikatan Manusia Menciptakan Lingkungan yang Keliru
Guru berkata,
“Ada juga yang mengajak sekelompok orang bermain-main dengan sangat gembira, apakah kita ini sebuah klub? Memang ini adalah sifat hati manusia, bermacam-macam sifat hati manusia, semua akan terefleksi dalam Xiulian.” (“Ceramah Fa pada Hari Falun Dafa Sedunia”)
Bagi saya kutipan Fa di atas terasa tidak masuk akal untuk waktu yang lama. Saya merasa bahwa perkataan Guru ini lebih cocok ditujukan bagi orang lain. Kini setelah kembali mempelajari Fa ini, saya menyadari bahwa Guru sedang membicarakan setiap individu.
Ada praktisi yang merasa kesepian di rumah, lalu ikut bergabung dalam kelompok belajar Fa untuk membicarakan topik manusia biasa, dan di antara mereka ada yang menunjukkan mentalitas pamer dan sering mengganggu praktisi lain.
Saya tidak mengatakan bahwa saya lebih baik dalam hal kultivasi, kemudian ingin menyalahkan mereka. Saya hanya ingin mengingatkan kepada sesama rekan praktisi bahwa Guru telah memberikan kita lingkungan ini untuk belajar Fa bersama.
Para praktisi mulai dari koordinator grup hingga setiap individu, harus mempertahankan keseriusan saat mengikuti kelompok belajar Fa. Kita tidak boleh membahas topik yang tidak berhubungan dengan kultivasi dan harus menghargai waktu. Kita juga semestinya saling mengingatkan satu sama lain dan jangan takut menyinggung perasaan seseorang.
Tanah Suci
Saya teringat saat bergabung dengan belajar Fa bersama di Kota Changchun, sebelum penindasan dimulai.
Saya dalam perjalanan bisnis saat menghadiri sesi belajar Fa setempat. Ada sekitar 50 orang dalam sebuah rumah kecil. Koordinator mengumumkan ceramah yang akan dibaca dan menanyakan apakah ada orang yang suka rela membaca Fa. Banyak praktisi yang mengangkat tangan.
Seorang praktisi dipilih untuk membaca Fa, secara verbal sesuai buku. Setelah itu, koordinator menanyakan apakah ada praktisi yang menyadari makna yang terkandung di dalam Fa atau seseorang sedang menghadapi kesulitan dan ingin menceritakannya ke dalam grup itu.
Meski rumah itu penuh sesak, lingkungan di dalamnya terasa tenang dan damai. Anda bisa merasakan medan energi yang kuat serta semangat dari para praktisi yang ingin membagikan pemahaman mereka tentang Fa. Karena itu adalah sebuah “tanah suci.”
Saya teringat dengan seorang praktisi yang mengatakan sulit untuk melepas nafsu birahi. Seseorang membagikan pemahamannya berdasarkan prinsip Fa. Yang lain membagikan cara untuk melepaskan nafsu tersebut. Koordinator juga membagikan pemahamannya sendiri tentang subjek ini. Saya sungguh merasa terkesan.
Ketika selesai, saya bertanya dengan seorang praktisi seberapa jauh jarak yang ia tempuh ke tempat ini. Dia berkata lebih dari 5 km. Saya terkejut mendengar dia tinggal sangat jauh, tapi dia mengatakan ada lagi praktisi yang tinggal lebih jauh dari rumahnya.
“Jarak bukan masalah,” ucapnya. “Lingkungan belajar Fa bersama ini sangat bagus. Anda dapat menemukan berbagai masalah tentang diri anda dan mengultivasinya.”
Kelompok belajar Fa seharusnya memiliki kemampuan untuk menarik praktisi. Kemampuan ini muncul dari sebuah lingkungan di mana praktisi dapat saling berbagi dan mengalami kemajuan dalam kultivasi mereka. Jika sejumlah praktisi absen, maka mereka yang selalu hadir akan kehilangan minat untuk datang ke tempat belajar.