(Minghui.org) Sejak tanggal 20 Juli 1999, ketika Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menindas Falun Gong, para praktisi telah datang ke Washington, DC setiap tanggal tersebut setiap tahun. Mereka melakukannya untuk memperingati penganiayaan dan meminta bantuan dari komunitas internasional untuk menghentikan kebrutalan.
Praktisi Falun Gong menyelenggarakan rapat umum di depan Capitol Hill di Washington, DC, pada hari Kamis, tanggal 18 Juli 2019.
Erping Zhang, juru bicara Pusat Informasi Falun Dafa, mengatakan praktisi tidak menanggapi penindasan tersebut dengan kekerasan. Sebaliknya, mereka hanya melindungi hak-hak dasar keyakinan mereka. Dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar, mereka membantu melindungi nilai-nilai universal umat manusia.
Berkumpul untuk Pertama Kalinya 20 Tahun yang Lalu
Erping Zhang, juru bicara Pusat Informasi Falun Dafa.
Ketika PKT mulai menekan dan memfitnah Falun Gong 20 tahun yang lalu, para praktisi datang ke Washington, DC, untuk pertama kalinya. “Cuaca sangat panas dan praktisi dari seluruh AS berkumpul di depan Capitol Hill untuk meditasi. Beberapa dari mereka adalah ibu muda dengan bayi yang baru berusia beberapa bulan. Dan ada juga praktisi tua,”kenangnya.
Sebagian besar praktisi yang pergi ke Kongres AS untuk menjelaskan situasinya adalah pelajar, yang memiliki sedikit pengalaman berinteraksi dengan pejabat pemerintah, media berita, atau organisasi hak asasi manusia.
“Beberapa dari kami tidak siap dan bahkan mengenakan celana pendek. Kami juga tidak tahu bagaimana cara berbicara dengan orang-orang penting di pemerintahan, karena kami tidak pernah mendapat pelatihan seperti itu,”katanya. "Namun, kami semua melakukan hal ini dengan hati kami — dan itu mengharukan anggota Kongres."
Belakangan pada tahun itu, Kongres AS meloloskan resolusi pertamanya untuk menentang penganiayaan terhadap Falun Gong di Tiongkok. “Saat itu kami tidak terbiasa dengan resolusi tersebut. Seorang asisten anggota kongres adalah seorang Tionghoa-Amerika dan dia membantu kami menyusunnya. Itu adalah resolusi pertama yang kami miliki,”tambah Zhang.
Penganiayaan Menyebabkan Lebih Banyak Orang Mengetahui tentang Falun Gong
PKT telah menganiaya Falun Gong selama 20 tahun, dan Zhang berbagi pengamatan yang menarik: "Beberapa orang di Tiongkok tidak tahu apa itu Falun Gong. Setelah penindasan dimulai, mereka menjadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak. Dengan cara ini, beberapa dari mereka menemukan bahwa Falun Gong sangat baik dan mereka menjadi praktisi,”katanya.
Situasi serupa juga terjadi di negara lain. Falun Gong sekarang dilatih di lebih dari 100 negara dan ajarannya telah diterjemahkan di lebih dari 40 bahasa.
Ini berlawanan dengan maksud Jiang Zemin, mantan pemimpin PKT yang meluncurkan penganiayaan pada tahun 1999.
“Selama bertahun-tahun, jumlah praktisi telah meningkat. Terutama di Eropa dan Amerika Serikat, banyak orang Barat telah mulai berlatih,”lanjut Zhang.
Standar Moral
Karena semakin banyak orang telah mengetahui kenyataan dari situasi yang dihadapi praktisi Falun Gong di Tiongkok, banyak dari mereka telah melangkah maju untuk menyerukan diakhirinya kebrutalan. Beberapa pengacara membela praktisi yang mengajukan pembelaan tidak bersalah dan sejumlah besar warga telah menandatangani petisi yang mendesak pembebasan praktisi yang ditahan. "Situasi seperti ini telah terlihat di banyak tempat di Tiongkok," kata Zhang.
Satu perubahan dalam beberapa tahun terakhir adalah media berita PKT, termasuk saluran pro-PKTyang ada di luar Tiongkok, jarang menyebut tentang Falun Gong.
“Salah satu alasannya adalah, penganiayaan itu terkenal kejam di luar dan di dalam Tiongkok. Di sisi lain, penindasan masih berlanjut dengan penangkapan praktisi setiap bulan dan beberapa telah kehilangan nyawa mereka,”jelasnya.
Menurut Minghui, lebih dari 4.300 praktisi telah meninggal akibat penyiksaan selama tahanan polisi. Ini adalah kasus-kasus yang diperoleh setelah menembus blokade informasi di Tiongkok dan jumlah sebenarnya dikhawatirkan akan jauh lebih tinggi.
"Seiring semakin banyak kasus terungkap, terutama saat pengambilan organ secara paksa dilaporkan di media berita arus utama, semua orang menghadapi pilihan untuk berpihak pada yang benar atau yang salah," katanya. Selama 20 tahun terakhir, PKT telah menindas praktisi dengan propaganda kekerasan dan kebencian, namun para praktisi selalu merespons dengan rasional dan kebaikan.
“Apa yang dilindungi praktisi bukan hanya hak dasar keyakinan mereka. Sebenarnya, apa yang mereka lakukan adalah melindungi prinsip Sejati-Baik-Sabar, landasan nilai-nilai moral masyarakat,”pungkasnya.
Harapan Masyarakat
Gayle Manchin, Wakil Ketua Komisi Kebebasan Berkeyakinan Internasional Amerika Serikat (USCIRF)
Gayle Manchin adalah Wakil Ketua Komisi Kebebasan Berkeyakinan Internasional Amerika Serikat (USCIRF). Dia mengatakan sejumlah besar bukti tentang penganiayaan telah disajikan dan kita tidak bisa mengabaikannya. Penganiayaan terhadap Falun Gong masih berlanjut, dan praktisi masih ditahan dan berisiko menjadi korban pengambilan organ secara paksa.
Dia meminta pemimpin PKT saat ini Xi Jinping untuk bertindak berdasarkan hati nuraninya dan memperlakukan praktisi Falun Gong dengan baik, karena mereka tidak menginginkan apa pun selain meditasi damai.
Anggota Kongres OhioAS, Steve Chabot
Steve Chabot, anggota DPR AS mengatakan dia kenal beberapa praktisi Falun Gong. Mereka adalah orang-orang baik; jujur dan pekerja keras. Dia mengatakan para praktisi ini secara positif mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka, termasuk dirinya.
"Sepanjang masih di Kongres, saya dan banyak rekan saya, Republik dan Demokrat, akan memperjuangkan hak-hak kalian untuk berlatih secara bebas di Tiongkok, Amerika Serikat, atau di mana pun," katanya dalam rapat umum pada tanggal 18 Juli.
Pengacara Tiongkok Ning Ye di Washington, DC
Ning Ye, seorang pengacara Tiongkok di Washington, DC, mengatakan para praktisi Falun Gong menyelamatkan orang-orang Tiongkok dan masyarakat Tiongkok dari nilai-nilai moral yang telah merosot.
"Selama Falun Gong ada, orang-orang Tiongkok akan diselamatkan, dan masyarakat kita akan memiliki harapan," katanya.