(Minghui.org) Keluarga yang berjumlah empat orang di Kabupaten Zhuolu, Provinsi Hebei, diterpa berbagai masalah kesehatan dan berjuang untuk membayar tagihan medis. Kesehatan mereka pulih setelah berlatih Falun Gong, metode kultivasi pikiran-tubuh dengan latihan meditasi yang berlandaskan prinsip Sejati-Baik-Sabar.
Kehidupan bahagia keluarga tersebut berakhir ketika rezim komunis Tiongkok mulai menganiaya Falun Gong pada Juli 1999. Zhang Quanxing, istrinya (Gao Yuzhen), putra mereka (Zhang Lihua), dan putri mereka (Zhang Qinghua) telah ditangkap karena menolak untuk melepaskan keyakinan mereka pada Falun Gong.
Pensiun Zhang Quanxing ditangguhkan pada tahun 2003 dan putrinya pernah menjadi gila saat ditahan.
Zhang Lihua, yang cacat, menyerah pada tekanan penganiayaan dan meninggal sekitar tahun 2015. Ibunya, Gao Yuzhen, meninggal tak lama setelah itu.
Zhang Quanxing, yang pensiunnya tidak pernah direalisasikan, meninggal dalam kemiskinan pada Mei 2019. Hingga saat ini, pihak berwenang masih belum mengembalikan pensiunnya yang ditangguhkan dengan jumlah lebih dari setengah juta yuan kepada putrinya yang masih hidup, Zhang Qinghua.
Masalah Kesehatan Keluarga Lenyap
Zhang Quanxing adalah seorang kepala sekolah di Kota Zhangjiabao, Kabupaten Zhuolu. Dulu, dia menderita masalah jantung, hati, ginjal, perut, sakit leher, dan punggung serta sering sakit kepala. Tagihan medisnya menghabiskan hampir semua penghasilan bulanannya.
Istri Zhang, Gao Yuzhen, berjuang untuk merawatnya, putra mereka yang menderita polio, dan ibunya yang sakit. Beban hidup berdampak buruk terhadap kesehatannya sehingga dia menderita insomnia dan depresi.
Kemudian, keluarga yang putus asa itu diperkenalkan kepada Falun Gong dan mereka memutuskan untuk mencobanya.
Tidak lama kemudian, penyakit Zhang dan istrinya menghilang tanpa minum obat.
Latihan ini juga membantu putra mereka, Zhang Lihua, untuk mendapatkan kembali perasaan dan fungsi parsial di kaki kirinya. Dulu, daya ingatnya terganggu. Tetapi setelah berlatih Falun Gong, ingatan Zhang Lihua meningkat secara signifikan dan bahkan dapat mengajari anak-anak teman-temannya berbahasa Inggris. Banyak orang tua datang untuk berterima kasih kepadanya karena menawarkan kelas les gratis dan membantu anak-anak mereka meningkatkan nilai mereka.
Falun Gong juga membuat keluarga Zhang lebih berbelas kasih dan pemaaf. Tanah mereka yang digunakan oleh pemerintah daerah tidak diberi kompensasi selama belasan tahun. Keluarga percaya bahwa penduduk setempat mendapat manfaat dari penggunaan tanah mereka oleh pemerintah. Oleh karena itu, Zhang tidak berupaya untuk mendapatkan kembali tanah tersebut.
Hidup Bahagia Berubah Menjadi Petaka
Setelah penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada Juli 1999, keluarga Zhang menjadi sasaran utama para pejabat desa. Lima orang dikirim untuk memantau kegiatan sehari-hari mereka sepanjang waktu. Para tetangga juga diminta oleh pihak berwenang untuk mengawasi mereka.
Polisi sering mengganggu keluarga Zhang dan mengancam akan menangkap mereka jika mereka tidak berhenti berlatih Falun Gong.
Pensiun Ayah Ditangguhkan
Zhang ditangkap pada 8 April 2002. Dong Fei, kepala Divisi Keamanan Domestik, menahannya di kursi. Dong dan dua petugas lainnya menampar wajahnya, menginjak kakinya dengan sepatu bot, dan memukulinya dengan tongkat karet berduri.
Dua gigi depan Zhang patah. Semua giginya yang lain kemudian kendur dan rontok satu demi satu.
Suatu hari setelah penangkapan Zhang, polisi menyita barang-barang berharga di rumahnya, termasuk TV, mesin jahit, dua tape recorder dan kipas. Segera setelah petugas meninggalkan rumah Zhang, mereka mendirikan sebuah kios di jalan dan mulai menjual barang-barang ini kepada orang yang lewat.
Polisi menahan Zhang di pusat penahanan lokal selama 60 hari dan memeras 3.400 yuan dari istrinya.
Anggota staf dari Kantor 610 setempat serta biro pendidikan dan administrasi desa pergi ke rumah Zhang pada Oktober 2003 dan berusaha memaksanya untuk menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong. Ketika dia menolak, Wang Dali, wakil direktur biro pendidikan lokal, mendenda 3.000 yuan dan menangguhkan pensiunnya.
Karena kehilangan pensiun, Zhang dan istrinya, yang keduanya berusia 60-an tahun pada saat itu, dipaksa untuk melakukan pekerjaan sampingan untuk menghidupi diri mereka sendiri.
Anak Cacat Dipaksa Berlari Tanpa Alas Kaki di atas Kerikil
Tidak lama setelah penangkapan Zhang pada tahun 2002, polisi juga menangkap istri dan putranya sekitar tengah malam, pada tanggal 24 April 2002. Kemudian, istri dan putranya dibawa ke pusat pencucian otak setempat dan masing-masing ditahan di sana selama 30 dan 45 hari. Uang mereka sejumlah 850 yuan juga diperas.
Meskipun kakinya cacat, para penjaga memaksa Zhang Lihua untuk berlari di jalan berkerikil. Mereka memukulinya dengan tongkat jika larinya melambat sampai tongkat itu patah.
Putri Menjadi Gila Akibat Penyiksaan di Kamp Kerja Paksa
Zhang Qinghua, putri Zhang yang bekerja di Beijing, ditangkap pada Januari 2006 karena menghubungi keluarga praktisi lain yang dipenjara di kamp kerja paksa. Polisi yang telah memantau teleponnya, menggeledah kediamannya dan menyita buku-buku Falun Gong dan materi terkait. Dia diinterogasi dan dipukuli di kantor polisi.
Setelah satu bulan penahanan, Zhang Qinghua dihukum dua tahun kerja paksa. Ini adalah pertama kalinya dia ditahan di fasilitas penahanan di Beijing. Itu membuat ia mengigau dan kondisi pikirannya kacau. Anggota tubuhnya juga menjadi sangat lemah dan dia tidak bisa menjaga dirinya sendiri.
Sementara itu, pihak berwenang menolak kunjungan keluarganya dan mencoba membuat mereka memberikan pernyataan bahwa Zhang Qinghua memiliki gangguan mental yang sudah diderita sebelum penangkapannya.
Enam bulan kemudian, Zhang Qinghua dipindahkan ke kamp kerja paksa di Hohhot, Mongolia Dalam. Dia dipaksa mengemas sejumlah besar sumpit setiap hari dan tidak diizinkan tidur jika dia tidak bisa menyelesaikan kuota harian.
Kondisi mentalnya terus memburuk setelah dia dibebaskan.
Kematian Tragis Anggota Keluarga
Zhang Lihua meninggal dunia setelah tidak dapat berlatih Falun Gong secara bebas dan harus terus-menerus khawatir tentang ditangkap (waktu kematiannya masih harus diselidiki). Tidak lama setelah itu, ibunya, Gao, meninggal pada tanggal 5 Januari 2015.
Setelah kehilangan dua anggota keluarga dan tanpa penghasilan, Zhang Quanxing hidup sendiri dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan dukungan dari kerabat dan teman-temannya. Polisi terus mengganggunya dari waktu ke waktu sampai dia meninggal pada Mei 2019, pada usia 80 tahun.