(Minghui.org) Saya ditahan secara ilegal di kamp kerja paksa pada tahun 2005, dan melakukan aksi mogok makan untuk memprotes penganiayaan. Saat saya dibebaskan, saya sangat lemah, kurus, dan tidak bisa berdiri. Saya juga temukan bahwa putra kami yang berusia 13 tahun tinggal dengan adik perempuan saya, suami saya telah hidup bersama mantan kekasihnya. Ibu saya telah meninggal dunia karena stres, takut, dan sakit kepala akut. Saya merasa semua telah tiada, dan saya tidak memiliki rumah untuk pulang.
Mendengar bahwa saya telah dibebaskan, suami bergegas akan menceraikan saya. Dia mengajukan bahwa saya akan membesarkan putra kami dan dia akan membayar biaya tunjangan anak. Saya tidak ingin pisah dari putra saya lagi dan setuju dengan permintaannya.
Tante dan adik perempuan saya menentang pilihan saya. Saya tidak memiliki sebuah pekerjaan dan tidak berada dalam kondisi yang sehat. Saya juga tidak pernah hidup sendiri sebelumny, jadi bagaimana saya membesarkan seorang anak sendirian? Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya hanya bisa menangis.
Di tengah penderitaan, saya tiba-tiba berpikir, “Saya adalah seorang praktisi Dafa. Selama saya bisa berjalan di jalan yang lurus, Guru akan membantu saya. Biarlahitu terjadi.”
Saya lalu berbicara pada suami dan dia setuju untuk menerima putra kami. Tetapi dia tidak bisa membawanya pulang ke rumah. Tunangan dia menolak karena anak tunangan dan ibunya sudah tinggal bersama suami saya. Putra saya dikirim ke rumah kakek-neneknya, sementara saya tinggal bersama adik perempuan saya.
Membesarkan Remaja yang Bermasalah
Tidak peduli betapa sulitnya situasi, hati saya untuk berlatih Dafa sudah mantap. Setelah kondisi tubuh saya membaik, saya pergi ke tempat kakak laki-laki saya. Guru lalu membantu saya mendapatkan nafkah, saudara laki-laki saya memberikan sebuah toko kecil untuk dijalankan.
Keuntungan dari toko itu tidak begitu besar. Setelah membayar biaya sewa, saya tidak bisa membeli sayur-sayuran. Dan saya masih coba untuk berhemat agar bisa menyisihkan sedikit untuk kedua mantan mertua saya. Mantan suami tidak memberikan tunjangan sedikitpun kepada mantan mertua, jadi sangat sulit bagi mereka untuk membiayai putra saya.
Tanpa ada bimbingan yang baik, putra saya mulai mengembangkan sifat-sifat buruk. Dia sering berselancar di internet, menggunakan kata-kata kotor, tidak belajar dengan baik, dan memiliki penampilan yang berantakan. Rambutnya seperti sarang burung.
Pada tahun terakhir di sekolah menegah, dia berkelahi dengan teman-teman kelasnya dan tidak lagi ingin pergi ke sekolah. Dia bahkan dikeluarkan dari sekolah sebelum lulus. Saya tahu saya belum memenuhi tanggung jawab saya sebagai seorang ibu. Para praktisi tidak hanya mengultivasikan diri mereka sendiri dan menyelamatkan makhluk hidup tetapi juga perlu mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Saya membawa putra saya kembali bersama saya dan tidak terlalu lama, saya mengahadapi ujian pertama saya sebagai orang tua. Putra saya tidak memiliki uang untuk pergi kedai internet, jadi dia mencuri uang saya.
Saya sedang menabung uang dengan menaruh dalam celah dari sebuah pemutar kaset kecil waktu itu. Saya tidak hati-hati di depan putra saya dan menyimpan uang didepannya. Saat saya ingin menggunakan uangnya suatu hari, semuanya sudah lenyap. Saya langsung tahu putra saya telah mencurinya.
Saya marah dan ingin memukulnya. Saya tidak dapat menerimanya, bagaimana dia bisa melakukan hal tercela seperti itu. Setelah saya tenang dan memikirkannya lagi, saya tahu bahwa amarah saya itu bukanlah solusi. Sebagai praktisi, kita harus sadar dari Fa dan mendidik anak-anak kita dengan baik. Saya lalu terpikir akan ajaran Guru.
“Anda mengurus anak juga tidak perlu seperti itu, anda sendiri jangan sampai benar-benar marah, anda perlu lebih rasional mendidik anak, baru benar-benar dapat mendidik anak dengan baik.” (Ceramah Sembilan, Zhuan Falun)
Saya pertama-tama perlu melihat masalah ini dari perpektif putra saya dan mencoba memahaminya. Dia masih muda, dan selama bertahun-tahun, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil, tidak bahagia. Dengan kondisi demikian, tentu sulit baginya untuk menolak pengaruh buruk di masyarakat
Saya memutuskan untuk mendidiknya dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar Dafa. Saya memberitahuya mengenai bahaya dari kekacauan sosial dan menunjukkan bagaimana berprilaku.
Putra saya merasa bersalah dan mengakui perbuatannya. Dia memiliki pikiran bahwa saya akan marah dan tidak pernah memaafkannya. Saya berkata, “Ibu kamu berlatih Sejati-Baik-Sabar dan mendengarkan kata-kata Shifu. Saya tidak mengajarkan anak-anak seperti apa yang manusia biasa lakukan.”
Putra saya bercerita bahwa dia penuh kebencian pada ayahnya karena dia merasa disia-siakan. Saya mengingatkannya untuk memperlakukan ayah dan kakek-neneknya dengan baik. Saya memberitahunya kisah Tiongkok kuno mengenai pembalasan karma dan betapa ayahnya mencintainya saat dia masih muda. Saya memintanya untuk memahami kesulitan ayahnya.
Saat mendidik putra saya, saya juga memberikan perhatian pada aspek-aspek apakah sesuai Fa dalam setiap kata-kata dan tindakan saya, yang lambat laun memberikan pengaruh padanya dalam kehidupan dan memberikan teladan baginya. Dia pernah sekali menanyai saya, “Mengapa semua anggota keluarga ayah meminta saya mendengarkan ibu?” “Mereka semua percaya bahwa Dafa adalah baik,” saya menjawabnya.
Saya sering mendengar ceramah Guru dan menyaksikan DVD Pertunjukan Shen Yun dengannya. Perilaku putra saya lalu berubah membaik. Dia tidak lagi mengutuk dan berhenti pergi ke kedai internet. Dia juga mengambil inisiatif untuk membantu saya dalam pekerjaan di rumah.
Diberkati Karena Mendukung Dafa
Menyaksikan kondisi kesehatan saya yang baik, hati yang lapang dan ramah, putra saya mendukung saya dalam berlatih Dafa dan memiliki pikiran lurus yang kuat. Seseorang pernah memintanya untuk membujuk saya berhenti berlatih, tetapi dia berkata, “Saya mendukung ibu berlatih Falun Dafa, dan saya akan selalu mendukungnya.” Di suatu waktu, polisi menemukan tempat produksi materi klarifikasi kami dan menunggu diluar pintu siang malam. Putra saya mengambil risiko dan masuk ke dalam ruanganserta mengeluarkan tiga buah printer untuk menghindari penyitaan aparat.
Dia lalu diberkati karena dukungannya pada Dafa. Saat dia berusia 17 tahun, kakak laki-laki saya menemukan pekerjaan untuknya sebagai sales. Dia sangat pintar dalam pekerjaan sehingga majikannya secara resmi mempekerjakannya hanya dalam waktu beberapa hari.
Putra saya memiliki penghasilan yang sangat baik. Untuk membalas kebaikan Dafa, dia berjanji akan menyumbang uang untuk tempat pembuatan materi klarifikasi setiap bulannya. Dia pernah sekali pergi membeli sebuah komputer baru pada hari berikutnya setelah mendengar saya mengatakan bahwa komputer yang digunakan untuk mencetak brosur sudah tua.
Empat belas tahun telah berlalu. Putra saya dan saya diliputi karunia Dafa dan hidup menjadi lebih baik dan lebih baik. Saya menjadi semakin rajin dalam kultivasi dan putra saya kini mendengar ceramah Guru setiap malam hari. Dia berkata,”Sepanjang saya mendengar ceramah Guru, semuanya berjalan dengan baik bagi saya.”
Putra saya telah membeli sebuah rumah dan mobil, kemudianmembuka toko sendiri. Saya sangat bersyukur pada Guru atas kesempatan berkultivasi ini karena telah membimbing saya dalam mendidik putra saya. Terima kasih Guru, atas semua yang telah Guru berikan pada saya.