(Minghui.org) Sembilan praktisi Falun Gong di Kota Xintai, Provinsi Hebei dikirim ke Pusat Pencucian Otak Kota Xintai antara bulan Juni hingga Agustus 2020, di mana mereka diperintah untuk melepaskan keyakinan mereka.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah ajaran spritual yang telah dianiaya oleh rejim komunis TIongkok sejak 1999.
Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Minghui.org, 553 praktisi Falun Gong telah dikirim ke pusat pencucian otak, yang dikenal sebagai “Rumah Peduli dan Kasih SayangKota Xingtai” bagi orang luar, dalam dua dekade terakhir.
Para petutas menyiksa para praktisi dalam berbagai cara yang berbeda untuk mencoba memaksa mereka melepaskan keyakinan mereka. Teknik mereka antara lain memukul, diganggu saat tidur, diberikan makan secara paksa, pencucian otak secara intensif, dan menggunakan obat perusak saraf.
Pusat Pencucian Otak Kota Xingtai
Xiao Yunsheng Dikirim ke Pusat Pencucian Otak Dua Kali Dalam Dua Minggu
Xia Yunsheng, 54 tahun ditangkap di tempat kerja pada tanggal 29 Juli 2020 oleh tujuh orang petugas polisi. Dia langsung dikirim ke pusat pencucian otak. Tiga petugas lainnya menggeledah rumah Xia setelah penangkapan dirinya tetapi tidak menemukan materi-materi apapun yang berhubungan dengan Falun Gong.
Saat mengetahui penangkapan Xia, suaminya bergegas ke pusat pencucian otak dan meminta agar dia dibebaskan.
Meski pihak berwajib memperbolehkan Xia untuk pulang ke rumah dengan suaminya saat dia kembali ke pusat pencucian otak pada keesokan paginya, mereka menangkapnya di rumah lagi pada tanggal 13 Agustus 2020 dan membawanya kembali ke pusat pencucian otak.
Ini buan pertama kalinya Xia telah dianiaya karena keyakinanya. Dia dipecat dari tempat kerjanya dan terpaksa tinggal jauh dari rumah pada bulan Oktober 2001. Dia dijatuhi hukuman tiga tahun di Penjara Wanita Provinsi Hebei setelah penangkapannya pada bulan Mei 2004.
Dua Orang Tetangga Dikirim Ke Pusat Pencucian Otak Dua Kali dalam Satu Bulan
Yang Yangqiu ditangkap pada tanggal 4 Februari 2020, karena menempelkan poster-poster mengenai Falun Gong. Meksi polisi membebaskannya satu hari kemudian, dia ditempatkan dibawa kamera pengawas dan tidak diperbolehkan untuk pergi kemanapun secara bebas.
Tetangga Yang, Huo Guiqing, yang berusia 50an, juga ditangkap pada tanggal 17 Maret 2020, karena menempelkan stiker-stiker informasi mengenai penganiayan terhadap Falun Gong. Rumahnya digeledah. Dia kemudian dibebaskan dengan jaminan.
Kedua praktisi pernah dilarang tidur selama tiga hari. Para kaki tangan (orang yang ditugaskan untuk melakukan cuci otak) menyerang Falun Gong dan mencoba memaksa Yang dan Huo menandatangani surat pernyataan melepas Falun Gong. Polisi mengancam Huo bahwa putrinya akan kehilangan pekerjaannya jika ia menolak tanda tangan.
Seorang Praktisi Dikirim ke Pusat Pencucian Otak Sementara Dua Meninggalkan Rumah
Liu Guangyu, Liu Xizhen, Wang Sanni, semua warga Kabupaten Xingtai, diganggu pada bulan Juni 2020. Tiga orang praktisi yang sebelumnya diganggu bersamaan pada bulan September 2018 saat sedang menggantungkan spanduk dengan informasi mengenai Falun Gong. Mereka masing-masing dijatuhi hukuman delapan bulan penjara dan dibebaskan pada bulan April 2019.
Polisi kembali ke rumah ketiga praktisi ini pada tanggal 20 Juli 2020, dan mencoba untuk mebawa mereka ke pusat pencucian otak. Sementara Wang dan Liu Xizheng meninggalkan rumah untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut. Liu Guangyu dikirim ke pusat pencucian otak oleh putrinya, yang ditekan oleh pihak berwajib.
Tiga Praktisi Asal Desa yang Sama Dikirim ke Pusat Pencucian Otak
Zheng Jingzi, Zhang Xiying, dan Yan Xiaobai, semua dari Desa Dongyin, Kabupaten Longyao, Kota Xintai, dibawa ke Pusat Pencucian Otak Kota Xingtai sekitar jam 8 malam pada tanggal 21 Juli 2020.
Para pejabat mencoba untuk memaksa para praktisi agar melepaskan keyakinan mereka dengan cara mengancam untuk memaksa anak-anak atau cucu mereka keluar dari pekerjaan dan sekolah.
Semakin Banyak Praktisi yang Diganggu dan Diancam
Para praktisi lain yang dibawa ke pusat pencucian otak baru-baru ini antara lain Hu Hui dan seorang praktisi asal kotapraja Sansi.
Wei Qingmei, empat praktisi asal kotapraja Sansi, Kabupaten Nanhe dan dua praktisi asal Kabupaten Linxi (di bawah pemerintahan Kota Xingtai) juga diganggu.