(Minghui.org) Dua orang praktisi berbagi kisah menarik mereka dengan para rekan praktisi saat sedang menghadiri kegiatan belajar Fa bersama.
Seorang Pria Berkata, “Awan Warna-Warni Mengikuti Kalian!”
Pada paruh pertama tahun ini, saat saya pergi membangkitkan kesadaran mengenai Falun Dafa dengan seorang rekan praktisi, seorang pria datang menghampiri dan berkata, “Kalian para praktisi Falun Dafa berbeda. Orang bisa tahu hanya dengan sekali lihat.”
Saya bertanya kenapa dan bagaimana dia bisa berkata demikian. Dia menjawab, “Masing-masing dari kalian memiliki pilar bersinar yang besar di atas kepala kalian, pilar itu tinggi dan tebal. Kalian semua memilikinya.”
Pada paruh kedua tahun ini, saya pergi ke sebuah pameran yang ramai pengunjung. Seorang pria datang menghampiri dan berbicara kepada saya: “Anda sedang membagikan barang-barang bagus lagi. Mohon beri saya beberapa.”
Saya berkata sepertinya saya mengenalnya, tetapi saya tidak bisa mengigat siapakah dia. Pria itu berkata, “Anda pernah memberitahu saya mengenai Falun Dafa sebelumnya. Saya melihat awan indah di langit dari jarak yang sangat jauh, jadi saya datang kemari dan melihat ternyata kalian semua di sini.”
Saya bertanya seperti apakah awan itu terlihat. Dia menjawab, “Seperti pelangi dengan warna merah dan hijau. Kemanapun kalian pergi, awan-awan itu mengikuti kalian.”
Hati yang Transparan
Saya mengadakan kegiatan belajar Fa bersama di rumah pada tahun 1998. Saat saya mendapatkan ajaran Guru Li, Pencipta Falun dafa, saya merasa gugup tetapi itu karena saya buta huruf.
Tetapi sejak saat itu, saya putuskan untuk belajar Fa sendiri. Saya pergi ke luar untuk mencari anak saya untuk membantu saya membaca.
Saya meminta anak saya untuk mengajari saya membaca tiga huruf di sampul depan – yaitu Zhuan Falun. Anak saya berkata, “Ibu belum pernah sekolah dan masih ingin baca buku. Ibu tidak merasa malu kah?!”
Saya menangis di tempat. Saya lalu membakar dupa dan berlutut pada foto Guru, meminta diberikan kemampuan untuk membaca seluruh buku utama Falun Dafa.
Ini adalah pertama kali saya meminta bantuan Guru. Setelah bersujud, saya melihat sebuah hati merah transparan berputar dan meloncat-loncat di sekitar saya.
Saya sangat senang hingga menangis. Saya menyadari bahwa Guru telah melihat pikiran saya dan memperlihatkan keajaiban ini.
Kemudian, dengan bantuan para rekan praktisi dalam kelompok belajar Fa yang mengerti cara membaca, saya pun bisa membaca ajaran-ajaran Guru.