Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pikiran Saya Setelah Membaca “Pentingnya Perilaku yang Baik Diantara Lawan Jenis”

17 Nov. 2020 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Saya ingin berbagi pemahaman saya setelah membaca artikel, “Pentingnya Perilaku yang Baik Diantara Lawan Jenis” yang dipublikasikan di situs web Minghui pada tanggal 4 Agustus 2020).

“Buku Etiket dan Seremoni” berisikan prinsip-prinsip untuk membimbing hubungan antara pria dan wanita. Tetpai, orang-orang di masyarakat hari ini, termasuk para praktisi Falun Dafa, tidak tahu banyak mengenai buku itu, dan penulis artikel ini hanya menyebut sedikit saja. Saya rasa keseluruhan isi dari buku ini, yang berbicara mengenai perilaku selayaknya antara pria dan wanita, akan membantu mengembalikan budaya tradisional.

Dalam masyarakat Tiongkok hari ini, nafsu birahi dan berbagai keinginan tidak terkendali, banyak orang, termasuk beberapa praktisi, telah membangkitkan pikiran-pikiran buruk dan secara tidak sadar berperilaku buruk.

Saya sering bertemu rekan-rekan praktisi berperilaku kurang pantas. Sejumlah praktisi pria dan wanita membuat komentar sembarangan mengenai satu sama lain, terlalu dekat secara fisik, dan membuat candaan yang kurang pantas, atau saling melihat kesalahan orang lain. Sejumlah praktisi wanita menertawai pakaian pria dan berkata yang tidak seharusnya. Berikut adalah beberapa contoh.

Abang saya adalah seorang praktisi lama Falun Dafa. Suatu hari, seorang praktisi wanita datang menemuinya. Saat praktisi wanita itu pergi dia sedang menghapus air matanya. Istrinya, yang bukan praktisi, mengetahuinya dan bertanya pada abang saya apa yang telah terjadi. Dia dengan sembunyi-sembunyi menjawab, “Dia memberitahu saya bahwa dia mengalami keguguran dan bertanya apa yang dia seharusnya lakukan,” Si praktisi wanita itu marah dan bertanya pada abang saya bagaimana memandang keguguran dari prinsip-prinsip Dafa.

Kakak ipar saya dengan marah bertanya, “Kenapa dia bertanya padamu mengenai keguguran dia? Apakah itu anakmu?” Abang saya berulang kali menjelaskan, tetapi kakak ipar berpikir pembicaraannya bohong dan berkata, “Saat seorang wanita memberitahu seorang pria mengenai keguguran, siapa yang percaya itu tidak ada sangkut pautnya dengan si lelaki?” Saya mencoba untuk membantu abang saya menjelaskan kepada kakak ipar bahwa para kultivator bertukar pemahaman kami dalam berbagai masalah dari perspektif atau prinsip-prinsip Dafa, tetapi kakak ipar saya tidak percaya saya dan mencaci abang saya selama berhari-hari.

Saya mengingatkan abang saya untuk mencari ke dalam atas segala keterikatan hati, dan memperingatinya bahwa para non-praktisi tidak akan memahami apa yang para praktisi bicarakan. Di sisi lain, saya rasa praktisi wanita ini seharusnya mendiskusikan dengan praktisi wanita lain. Tidaklah tepat untuk mendiskusikan topik semacam ini dengan seorang pria. Semua orang, bukan hanya kakak ipar saya pasti akan bertanya kenapa. Ini merusak citra para praktisi Dafa.

Saya mengalami sebuah kejadian serupa. Pada suatu hari seorang praktisi wanita menelpon saya dan berkata, “Saya baru memiliki bayi.” Saya merasa sedikit gugup dan bingung, hati saya mulai berdetak kencang karena tidak tahu mengapa dia memberitahu saya hal ini. Sambil mencari ke dalam, saya teringat dulu kami pernah bekerja sama cukup dekat. Saya mungkin memiliki sedikit pikiran birahi. Saat kita perlu berbicara dengan rekan praktisi lawan jenis, kita tidak seharusnya mengatakan apapun yang tidak selayaknya atau mengajukan pertanyaan yang kurang pantas. Baik praktisi pria maupun wanita harus memiliki pikiran lurus yang kuat, dan menaruh perhatian pada etika.

Seorang praktisi wanita pindah ke daerah kami. Situasi finansialnya tidak bagus, jadi seorang praktisi pria yang memiliki apartemen kosong berkata dia tidak keberatan membiarkan praktisi ini tinggal beberapa hari di apartemennya. Istrinya pergi ke apartemen itu untuk ambil sesuatu dan melihat dia di sana. Istrinya mengira suaminya telah menyembunyikan wanita lain di apartemennya, dan bertanya kenapa praktisi wanita itu ada di sana. Ini sebuah kesalahpahaman yang menyebabkan pertengkaran besar.

Praktisi pria itu seharusnya mendikusikan dulu hal ini dengan istrinya dan meminta persetujuan istrinya. Jika istrinya tidak setuju, pria itu seharusnya jangan melanjutkan. Meski istrinya tidak tahu, dia seharusnya memberitahu kepada istrinya.

Seorang praktisi yang mengunjungi negara lain memberitahu saya bahwa rekan praktisi di luar negeri memiliki aturan-aturan tertentu. Seorang praktisi pria dan wanita tidak akan berpergian dengan sebuah mobil yang sama jika mereka bukan suami istri. Jika perlu berbicara satu sama lain, orang lain harus ada juga. Saya terkejut mendengar ini awalnya, karena tidak ada orang di Tiongkok yang begitu. Berbagai hal kurang pantas terjadi demikian sering sehingga orang tidak merasa bersalah.

Saya setuju dengan penulis artikel yang menulis, “Meski kita hidup dalam zaman yang berbeda, tradisi dan adat warisan dewa kepada manusia adalah tidak berubah. Orang bijaksana dengan moral tinggi dan rasa tahu malu dalam masyarakat hari ini menaruh perhatian pada nilai-nilai tradisi, dan terus menjaga jarak antara pria dan wanita. Kontak yang berlebihan atau tidak sepatutnya - melanggar tata etika yang diberikan dewa kepada manusia dan dapat membangkitkan birahi dan nafsu antara pria dan wanita, bahkan bisa membawa ke perilaku tidak patut yang dikuasai oleh iblis birahi.”

Kita semua hidup dan berkultivasi dalam triloka, yang dipenuhi oleh birahi dan emosi. Jika kita tidak menaruh perhatian, pikiran kira dengan mudah bisa tercemari. Ini sangatlah berbahaya. Meski contoh-contoh yang saya sebutkan di atas jarang terjadi, semua itu bisa memberikan dampak negatif terhadap para praktisi Dafa. Sebagai praktisi Xiulian, kita harus tetap waspada pada masalah ini.