(Minghui.org) Tiga penduduk Kota Shijiazhuang, Provinsi Hebei telah ditahan selama sebulan karena keyakinan mereka pada Falun Gong. Salah satunya, Zhang Fengyun [Wanita], menderita tekanan darah tinggi yang berbahaya, namun pihak berwenang menolak untuk membebaskannya dengan jaminan.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah latihan spiritual dan meditasi kuno yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999.
Zhang [wanita] dan Li Mingfang [Wanita] sedang berbicara dengan orang-orang tentang Falun Gong di jalan pada pagi hari tanggal 13 Oktober 2020, ketika mereka bertemu dengan seorang petugas polisi berpakaian preman dan ditangkap. Polisi menggeledah rumah mereka dan menyita buku-buku Falun Gong mereka. Tidak ada daftar penyitaan yang diberikan.
Sekitar jam 6 sore hari yang sama, praktisi ketiga, Sima Jing [Wanita], juga ditangkap dan rumahnya digeledah. Karena Sima bersama Zhang dan Li sebelum penangkapan mereka pada hari itu, keluarganya mencurigai bahwa polisi telah melacaknya melalui kamera pengintai.
Ketiga praktisi tersebut dimasukkan ke dalam tahanan kriminal pada tanggal 16 Oktober dan dikirim ke Pusat Penahanan No. 2 Kota Shijiazhuang.
Pengacara Zhang telah mengunjunginya dua kali di pusat penahanan dalam sebulan terakhir. Wanita berusia 64 tahun itu menderita tekanan darah tinggi yang mengancam nyawa, yang tidak kunjung turun meski telah mendapat perawatan medis. Dia juga mengalami sembelit yang serius. Ketidaknyamanan fisik menyebabkan dia tidak bisa makan atau tidur. Keluarga dan pengacaranya telah beberapa kali meminta pusat penahanan untuk membebaskannya, tetapi tidak berhasil.
Sekarang ketiga praktisi ini menghadapi penuntutan setelah polisi mengajukan permintaan ke Kejaksaan Distrik Qiaoxi untuk menyetujui penangkapan mereka pada 10 November 2020. Pengacara Zhang telah menyerahkan surat kepada kejaksaan dan meminta jaksa penuntut untuk tidak menyetujui penangkapannya, karena tidak pernah ada hukum yang memidanakan Falun Gong di Tiongkok.
Ayah mertua Sima berusia 90-an dan menantu perempuannya sedang hamil delapan bulan. Keduanya berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa kehadirannya.
Putri Li, yang sekarang kuliah dan mempersiapkan ujian masuk studi pascasarjana, juga sangat mengkhawatirkan ibunya.