(Minghui.org) Yang Chuanhou, penduduk Kota Suihua, Provinsi Heilongjiang, dibebaskan pada 2 Oktober 2020 setelah menjalani masa tahanan dua tahun karena keyakinannya pada Falun Gong, sebuah disiplin spiritual yang telah dianiaya oleh rezim komunis Tiongkok sejak 1999. Ia baru-baru ini menceritakan cobaan beratnya di sebuah artikel yang ia kirimkan ke Minghui.org.
***
Saya ditangkap di siang hari, 3 Oktober 2018, bersama dengan empat praktisi Falun Gong lainnya. Wang Fang [Perempuan], Bai Xia [Perempuan], Zhao Tingting [Perempuan] dan Wang Fuhua [Perempuan], setelah kami dilaporkan karena berbicara kepada orang-orang tentang Falun Gong. Kami dibawa ke Kantor Polisi Beianxiang. Polisi menginterogasi kami dan meminta alamat serta sumber materi Falun Gong yang kami bagikan. Tidak seorang pun dari kami yang menjawab pertanyaan mereka.
Petugas di Kantor Polisi Beianxiang melaporkan kasus kami ke Kantor Keamanan Domestik Wilayah Lanxi. Ketika kami dipindahkan ke Departemen Kepolisian Wilayah Lanxi, saya berusaha mengklarifikasi kebenaran tentang Falun Gong ke Zhang Tao, direktur Kantor Keamanan Domestik dan mendesaknya untuk tidak berpartisipasi dalam penganiayaan. Zhang menampar wajah saya. Salah satu telinga saya mengeluarkan darah dan salah satu gigi saya terlepas.
Di departemen kepolisian, kami di rantai di kursi interogasi yang terbuat dari metal semalaman dan terus berlanjut untuk di interogasi. Sebelum subuh, kami diberikan 15 hari masa penahanan dan dibawa ke Pusat Penahanan Wilayah Lanxi. Polisi menginterogasi saya lagi di pusat penahanan, tapi saya menolak patuh atau menandatangani dokumen apapun.
Empat belas hari kemudian, saya dipindahkan ke tahanan kriminal. Pada malam itu saya dibawa ke fasilitas penahanan lain, tahanan lain menuangkan air dingin ke pakaian saya selama hampir satu jam sebelum mereka mulai memukuli dan secara verbal menyiksa saya. Mereka juga berkata kepada saya untuk mengutuk pencipta Falun Gong dan memuji Partai Komunis Tiongkok. Saya berteriak, “Falun Dafa baik” dan “Partai Komunis Tiongkok jahat.” Tahanan itu menyiksa saya selama sekitar satu jam, tapi saya tidak menyerah. Pemukulan itu menyebabkan cedera di sekujur tubuh, khususnya di bagian tulang rusuk saya. Saya tidak bisa tidur menyamping selama dua bulan.
Di hari berikutnya, Zhang Tao dan petugas lain, Liu Tong, datang menginterogasi saya lagi. Mereka berusaha memaksa saya memberikan informasi palsu untuk menjebak praktisi lain. Saya menolak menandatangani dokumen yang telah mereka siapkan.
Saya melakukan aksi mogok makan selama lebih dari 20 hari untuk memprotes penganiayaan. Tekanan darah saya menjadi sangat rendah, saya jatuh koma, dan tubuh saya kejang-kejang. Saya dibawa ke rumah sakit untuk di resusitasi. Setelah saya dibawa kembali ke pusat penahanan sepuluh hari kemudian, Yang Bo, kepala Divisi Keamanan Domestik Provinsi Heilongjiang, datang untuk bertanya apakah saya seorang koordinator dan apakah saya mengenal praktisi dari kota lain. Setelah saya menolak menjawab pertanyaannya, ia kembali datang sebanyak empat kali untuk menginterogasi saya. Saya dipaksa duduk di kursi interogasi yang terbuat dari metal setiap kali ia datang.
Saya mengalami beberapa kali serangan jantung selama interogasi dan kehilangan kemampuan berbicara secara rasional. Karena itu akhirnya petugas tersebut pergi.
Seorang tahanan bernama Zhang Jinfeng memukuli saya. Lutut dan betis saya cedera, dan saya tidak bisa berjalan selama dua bulan. Tahanan lain, Mou Lixin, menyuruh saya membersihkan toilet. Tapi saya menolak. Seorang pembunuh berusaha memukuli saya, tapi saya mengajukan keluhan kepada petugas dan mereka memindahkannya segera.
Tiga bulan kemudian, saya dipindahkan ke Pusat Penahanan An’da dan ditahan di sana selama sepuluh bulan. Tahanan di sana sering memukuli dan menyiksa saya secara verbal. Akibatnya suatu kali kepala saya mengalami pendarahan. Saya juga dipaksa duduk di kursi kecil tanpa bergerak. Saya batuk, demam dan memuntahkan darah selama lebih dari delapan bulan. Berat badan saya turun dari 200lbs ke 120lbs (90 kg ke 54kg). Meskipun saya menderita rabun dekat yang parah, penjaga mengambil kacamata saya selama ditahan dan menyebabkan banyak ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari saya.
Selama waktu itu, polisi melimpahkan kasus kami ke Kejaksaan Anda. Ketika jaksa datang untuk memberikan pertanyaan, saya memberi tahu mereka bahwa polisi membuat bukti palsu.
Pengadilan Anda kemudian menghukum kami semua hingga dua tahun penjara dan denda 10,000 yuan. Istri saya, Song Hongwei, yang ditangkap pada 10 Oktober 2018, karena meminta pembebasan saya, dihukum satu setengah tahun. Gao Jinshu [Perempuan], yang ditangkap bersama istri saya, dihukum satu tahun. Mereka masing-masing juga di denda 5,000 yuan.
Saya kemudian dibawa ke Penjara Hulan sedangkan praktisi wanita dibawa ke Penjara Wanita Provinsi Heilongjiang. Saya dipaksa duduk di kursi kecil tanpa bergerak dan akses sangat terbatas untuk ke toilet.
Laporan terkait dalam bahasa Inggris:
Seven Falun Gong Practitioners Sent to Prison After Appeals Court Upholds Their Wrongful Convictions
Appeals Court Reverses Decision to Assign Trial Court Judge to Hear Appeal of Own Cases
Suihua, Heilongjiang Province: Eight Arrested in One Week for Their Faith, Seven Facing Trial